2. Hello, Jiwon.

7.7K 990 411
                                    

Laki-laki yang berada didalam sebuah kafe itu meregangkan tulang sekitar lehernya yang terasa linu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Laki-laki yang berada didalam sebuah kafe itu meregangkan tulang sekitar lehernya yang terasa linu. Pekerjaannya tidak banyak, tugasnya hanya memeriksa dan menentukan jenis penanganan apa yang akan diberikan untuk para pasien. Sisanya, para pasien itu akan ditangani oleh para terapis di departemennya. Sepertinya ia kurang berolahraga, beberapa minggu ini dirinya sudah jarang sekali mendatangi Gym tempatnya biasa latihan.

Ada dua gelas Coffee Latte dihadapannya, lengkap dengan dua potong sandwich yang sampai sekarang masih Woozi ingat sebagai makanan kesukaan perempuan itu. Sudah lima belas menit ia menunggu, dan sosok perempuan berbaju biru itu baru saja muncul dari balik pintu dengan satu jilid berkas ditangannya.

Seo Hajin menghela napasnya, ia menarik sebuah kursi dihadapan laki-laki itu kemudian duduk diatasnya. Tangan kanannya menggeser hasil laporan yang ia ketik menggunakan sistem kebut itu kearah Woozi. "Bersyukurlah karena jariku ini bisa bergerak secepat kilat." Katanya. Tanpa dipersilahkan, perempuan itu meminum segelas Coffee Latte-nya dengan terburu-buru. Ia kehausan.

"Banyak kesalahan penulisan. Kau menulis itak, bukan otak." Laki-laki itu mengoreksi.

Hajin menelan Coffee Latte-nya dengan susah payah, "O dan I itu bertetangga, tolong jangan mencari-cari kesalahan orang, Lee Woozi-ssi."

Woozi terkekeh pelan, "Aku mengerti, habiskan sandwich-nya, kau terlihat seperti singa kelaparan." Sindirnya, berhasil membuat bibir Hajin mengerucut sebal.

"Aku tidak bisa berlama-lama, aku harus ke Bandara setelah ini." Perempuan itu mengusap permukaan bibirnya yang dihiasi oleh busa halus dari Coffee Latte-nya. Setelah itu, tangannya terulur untuk meraih sepotong sandwich tuna kesukaannya yang sejak dulu selalu ia beli dari kafe ini.

"Orang itu akan membayarmu berapa? Temani aku hari ini, aku akan membayar dua kali lipat dari yang disepakati." Woozi meminum Coffee Latte-nya dengan elegan, berbanding terbalik dengan Hajin yang begitu urakan.

"Kau membuatku terlihat seperti seseorang yang akan menemui client seks-nya." Suaranya terdengar tidak jelas, mungkin karena sekarang mulutnya itu penuh dengan sandwich tuna yang sedang ia kunyah.

"Baiklah, Seo Hajin. Bisa kau hentikan Tour Guide-mu itu? Aku akan—" ucapan laki-laki itu terhenti tepat ketika Hajin menempelkan telapak tangannya di bibir Woozi.

"Hentikan, aku sudah dibayar mahal untuk ini. Lagipula aku hanya perlu menjemputnya di Bandara kemudian mengantarnya ke hotel. Aku akan memberikan sisanya pada Vernon." Hajin menjauhkan tangannya, tidak ada cara yang lebih baik dari ini untuk membungkam mulut seorang Lee Woozi. Hidup satu tahun dibawah atap yang sama membuat Hajin tahu betul isian luar dan dalam laki-laki ini.

"Aku pamit." Setelah menghabiskan sandwich-nya, perempuan itu dengan segera menjinjing tas yang ia simpan diatas meja keluar dari kafe. Tanpa basa-basi lebih, Seo Hajin pergi begitu saja meninggalkan Woozi untuk selanjutnya menghentikan sebuah taksi. Laki-laki itu menggeleng, ada senyuman kecil di bibirnya yang tipis.

F R O S T [JWW]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang