Dengan sangat hati-hati, Wonwoo merangkak turun dari atas tempat tidur. Ia mengutuk dirinya sendiri, bagaimana bisa ia tertidur disaat-saat seperti ini bahkan dengan orang asing disampingnya? Punggung tangannya menyentuh kening Jiwon, demamnya sudah mulai turun berkat tidurnya yang cukup lelap barusan. Ia sempat menatap perempuan yang terlelap disamping Jiwon, kemudian menjauh dari ranjang besar itu untuk selanjutnya keluar dari dalam sana.
Jam di ruang tengah menunjukkan pukul tujuh malam. Itu artinya, Jeon Wonwoo telah tertidur selama tiga puluh menit lamanya. Laki-laki itu menghampiri Yoo Seonho yang duduk menyila diatas sofa, dilihat dari kerutan yang nampak di keningnya, sepertinya laki-laki itu sedang memainkan game didalam ponsel yang dipegangnya.
"Om Presdir." Menyadari kehadiran Wonwoo, Seonho menyimpan ponselnya diatas meja setelah menekan tombol power di badan ponsel. "Obatnya sudah datang. Kau hanya membeli obat penurun demam?" Laki-laki itu meraih sebuah kantong plastik berwarna putih yang berisi satu botol sirup penurun panas.
"Hm, Mingyu bilang Jiwon seringkali demam mendadak. Dia menyuruhku membeli Paracetamol saja, katanya Jiwon akan sembuh dengan sendirinya keesokan hari." Wonwoo membaca kemasan bagian belakang botol sirup tersebut. Ia harus tahu berapa jumlah dosis yang harus ia berikan kepada anaknya nanti.
"Padahal kau ayahnya, tapi si Mingyu-Mingyu itu lebih tahu segalanya dibanding dirimu." Wonwoo mendelik tajam, mulut bocah tujuh belas tahun ini benar-benar perlu diberi sebuah tamparan. Yoo Seonho sangat blak-blakan dalam berbicara, kalau saja Wonwoo sedang emosional sekarang, setidaknya Seonho sudah mendapatkan satu tendangan kasar di pantatnya yang rata itu.
"Aku memang ayah biologisnya, tapi ... " Wonwoo berdecih, untuk apa juga ia melayani ucapan tak bermutu dari mulut Yoo Seonho? "Sialan kau, kerjakan tugas-tugas sekolahmu dan pertahankan nilai sempurnamu itu."
"Omong-omong, Noona satu itu cantik juga." Wonwoo yang saat itu hendak berdiri dari duduknya mengurungkan niatnya secara tiba-tiba. Ia menoleh, mendapatkan sebuah cengiran bodoh dari Seonho yang sekarang mengacungkan jari telunjuk dan jari tengahnya ke udara; meminta perdamaian.
"Sepertinya aku pernah bilang padamu, jangan menjadi laki-laki yang mudah tergoda dengan kecantikan perempuan atau kau akan menyesal nanti." Ingatnya, sukses membuat cengiran lebar itu memudar perlahan. Laki-laki itu memanyunkan bibirnya kedepan, sungguh, Wonwoo pikir Seonho tidak semuda itu untuk melakukan hal-hal 'lucu' seperti barusan.
"Maksudku, dia cocok untukmu. Kau tampan, dia cantik, dan Jiwon juga menyukainya. Kau masih tidak sadar juga? Noona itu ... menyukaimu." Wonwoo tahu, tidak seharusnya ia terpengaruh dengan pemikiran mentah dari seorang anak yang berada dalam masa pubertas seperti Seonho. Namun percaya atau tidak, Jeon Wonwoo malah menatap laki-laki itu dengan penuh antusias. Seolah menuntut penjelasan lebih kenapa Seonho bisa dengan mudahnya menyimpulkan bahwa Hajin menyukainya.
Seonho menggeser posisi duduknya hingga kini jarak mereka terhitung rapat, "Pikirkan saja, dia tidak mungkin mau datang kemari kalau dia tidak menyukaimu. Dia juga memel- ah, sial. Mataku ternoda karena telah melihat pemandangan dewasa di kamar tadi."
KAMU SEDANG MEMBACA
F R O S T [JWW]
Fanfiction[O N H O L D] [A Sequel of G R E Y] ✡️Cerita ini bisa dibaca dengan atau tanpa membaca cerita sebelumnya✡️ 'They are a frost under the grey sky' Start : 18 Nov, 2018.