Baik Jeon Wonwoo maupun Seo Hajin hanya diam membisu ketika keduanya berada di taman rumah sakit. Pandangan mereka terfokus pada dua manusia berbeda umur yang kini sedang duduk berduaan di ayunan. Salah satunya Hajin kenali sebagai Kim Jiwon, namun ia cukup asing dengan laki-laki berseragam SMA yang kini tengah mengayunkan ayunan dengan kaki panjangnya.
Perempuan itu mendesah, kentara sekali kalau dirinya tengah gelisah. Entah karena apa, namun Wonwoo tebak, pasti suasana hati perempuan itu sedang memburuk karena pertengkaran di ruang terapi tadi. Laki-laki itu berdeham, kemudian ia menyerahkan amplop cokelat yang dibawanya kearah Hajin dengan tatapan mata yang tertuju ke sembarang arah.
"Ini kontraknya, kau bisa membacanya nanti." Laki-laki itu menoleh ketika sadar kalau perempuan yang duduk diatas kursi besi disampingnya ini tidak juga mengambil amplop yang dia serahkan. "Kalau mau, kau bisa berpikir lagi. Aku tidak memaksa." Tambahnya, memberikan keringanan jika memang Hajin sedang tidak mau menerima pekerjaan apapun.
"Aku akan menandatanganinya, kau bawa pena?" Perempuan itu menyodorkan telapak tangannya kearah Wonwoo. Laki-laki disebelahnya terlihat merogoh saku dalam jasnya, ia mengambil sebuah pena berwarna hitam dari dalam sana kemudian mendekatkannya kearah Hajin. Baru saja perempuan itu hendak mengambil alih pena itu, Jeon Wonwoo menjauhkan tangannya ke belakang tubuh hingga kini decakan kesal keluar dari mulut perempuan yang bekerja sebagai terapis itu.
"Presdir Jeon." Ucapnya kesal.
"Baca dulu, siapa tahu kau tidak setuju." Jeon Wonwoo mengingatkan. Seo Hajin tidak boleh ceroboh, siapa tahu ada pasal-pasal perjanjian yang tidak sesuai dengan keinginannya.
"Semua kontrak kerja tidak ada bedanya, yang pasti aku hanya bisa datang setiap akhir pekan saja." Seo Hajin mencondongkan tubuhnya, mengambil pena yang bersembunyi dibalik tubuh tinggi itu dengan paksa. Ia membuka lembar demi lembar kontrak itu secara cepat, kemudian membubuhkan tandatangannya di lembaran terakhir tanpa rasa ragu. "Selesai, sekarang aku resmi menjadi bagian dari WJ Grup." Ia memberikan amplop cokelat itu kembali pada Wonwoo.
Laki-laki itu tersenyum, menyimpan amplopnya diatas paha kemudian menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi besi berwarna putih yang didudukinya. Matanya menyipit, senja di musim panas kali ini sangat cerah dengan warna kemerahan yang begitu memanjakan mata. Ia tidak perlu khawatir lagi soal Kim Jiwon, bocah perempuan itu mulai akrab dengan Seonho dalam waktu yang sangat singkat.
"Gajinya diberikan satu bulan sekali, bayaranmu dihitung per jam." Hajin berdecih, Jeon Wonwoo bukan atasan yang pelit dan penuh dengan perhitungan. Laki-laki itu adalah tipe orang yang tidak menyepelekan tenaga seseorang. Kalau tidak salah baca, bayarannya per jam nanti sekitar lima puluh ribu won. Itu artinya, dalam satu hari saja Hajin akan mendapat kurang lebih 250 ribu won. Jika dihitung, gajinya satu bulan bisa mencapai 2 juta won, nyaris sebanding dengan bayaran yang ia terima selama satu bulan penuh bekerja di Rumah Sakit Sunlim.
"Kau seperti orang yang bingung mau menghabiskan gunungan uangmu itu kemana." Sindir Hajin, sukses membuat laki-laki disebelahnya tertawa. "Omong-omong, terimakasih untuk yang tadi." Mata bulat Hajin yang selalu sayu dan menenangkan itu menatap Wonwoo, disertai dengan sebuah senyum tipis yang tampak sangat tulus di bibirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
F R O S T [JWW]
Fanfiction[O N H O L D] [A Sequel of G R E Y] ✡️Cerita ini bisa dibaca dengan atau tanpa membaca cerita sebelumnya✡️ 'They are a frost under the grey sky' Start : 18 Nov, 2018.