"Ini sudah kali kedua dalam seminggu kau memakaiku tanpa menggunakan pengaman."
Perempuan yang tubuh telanjangnya hanya ditutupi selimut itu meringsut, beberapa kali ia menggeliat untuk meredakan rasa ngilu yang kini menjalar di sekujur tubuhnya. Kedua matanya menatap seorang laki-laki yang kini berdiri didepan kaca jendela dengan tangan yang berjejal di saku celana. Tubuh bagian atasnya cukup atletis untuk ukuran laki-laki dengan proporsi tubuh yang tidak tinggi pun juga tidak besar.
"Aku lupa membelinya. Apa yang akan dikatakan orang saat tahu seorang duda membeli pengaman di apotek?" Lee Woozi berbalik, kali ini Jieun bisa melihat beberapa bekas keunguan di leher laki-laki itu. Dalam hati ia tersenyum, itu karyanya omong-omong.
"Jangan bodoh, apotek tidak hanya ada di Rumah Sakit Sunlim saja. Di minimarket dan apotek biasa pun banyak, dokter Lee Woozi." Ucapannya terdengar agak sinis. Laki-laki itu membuka tirai jendela sedikit, membiarkan cahaya matahari yang masih malu-malu masuk kedalam kamar milik Kang Jieun. Matanya yang kecil menyipit, ia tebak hari ini pasti panas akan terik. Ia harap, hujan tidak akan turun. Laki-laki itu benci hujan, merepotkan.
"Jangan diperpanjang, kau juga menikmatinya kan walau aku tidak memakai pengaman?" Kepalanya menoleh sedikit, menunjukkan satu sisi dalam wajahnya yang kini memberikan sebuah senyuman miring. Perempuan memang munafik, berlagak tidak mau padahal hatinya sangat menginginkan kepuasan.
"Kalau aku hamil?" Jieun bertanya, sebuah pertanyaan yang membuat Woozi berbalik hingga kini berjalan kearah ranjang. Laki-laki itu mencondongkan tubuhnya kebawah, mengusap pipi Jieun dalam jarak beberapa senti saja.
"Gugurkan." Ucapnya enteng.
"Mudah sekali kau berbicara seperti itu. Jangan bilang kalau mantan istrimu dulu keguguran karena suruhanmu." Mendengar kata 'mantan istri', raut nakal di wajah Lee Woozi memudar. Laki-laki itu menjauhkan wajahnya lagi, berdiri seperti patung begitu saja disamping ranjang dengan tubuh yang memunggungi Jieun.
Sialan, pekiknya dalam hati. Padahal tujuannya mencari hiburan tadi malam adalah untuk melupakan segala sesuatu yang berkaitan dengan Seo Hajin. Laki-laki itu tertawa, sedikit dipaksakan dan terkesan sangat pahit. "Kau pikir aku lelaki jahat macam apa yang tega menyuruh istrinya sendiri untuk menggugurkan kandungan?"
"Lihat kelakuanmu ini," Jieun memalingkan wajahnya, "Kau bisa dengan mudahnya bilang padaku untuk menggugurkan kandunganku. Tapi Hajin? Kau bilang kau bukan lelaki jahat? Tch, Bermain dibelakang istrimu saja sudah sangat cukup untuk menjadikanmu pembunuh yang tak bisa dimaafkan."
"Karena Hajin istriku, dan kau?" Woozi selalu tidak suka dengan pertengkaran tidak bermutu seperti ini bersama Jieun. Karena topik yang menjadi dasar pertikaian ini selalu sama; mantan istrinya. "Kau selinganku, selingkuhanku. Seharusnya kau cukup tahu diri untuk itu, Kang Jieun-ssi."
"Kau benar-benar seorang serigala berbulu domba, Lee Woozi-ssi." Perempuan itu menatap Woozi yang kini berbalik menatapnya, "Aku sudah menggugurkan dua janin dalam rahimku selama kenal dengan dirimu. Dan kau ... sial, sifatmu itu tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata lagi. Kau adalah si brengsek yang paling brengsek."
KAMU SEDANG MEMBACA
F R O S T [JWW]
Fanfiction[O N H O L D] [A Sequel of G R E Y] ✡️Cerita ini bisa dibaca dengan atau tanpa membaca cerita sebelumnya✡️ 'They are a frost under the grey sky' Start : 18 Nov, 2018.