"Ah."
Perempuan dengan pakaian biru tua itu mengaduh ketika rasa kaku di lehernya semakin menjadi. Ia meregangkannya dengan cara memutar lehernya ke arah berlainan. Namun sial, rasa sakit itu tidak kunjung menghilang dan malah semakin parah hingga menjalar ke bahunya.
Hajin masih memiliki dua pasien hari ini. Sebelumnya, perempuan itu sudah menangani tiga pasien dalam kurun waktu empat jam saja. Sekarang ia tengah beristirahat, mendudukan dirinya diatas kursi dekat depo farmasi untuk sekedar mencari udara segar. Suasana ramai di lantai dua agak menyesakkan, Hajin butuh ketenangan.
Baru saja ia berniat untuk membeli gel pereda sakit di apotek, perempuan itu dikejutkan dengan kedatangan seorang laki-laki berkacamata yang tiba-tiba saja muncul dihadapannya. Dia sempat menatap Hajin lalu menghela napas panjang, seolah sudah bosan dengan kebiasaan Hajin yang selalu saja salah posisi ketika tidur.
"Kau selalu tidur seperti bangkai." Lee Woozi duduk disamping Hajin, laki-laki itu meraih tangan kanan Hajin kemudian menggerakkannya untuk memberikan sedikit terapi fisik. "Sesekali bergeraklah, lehermu bisa patah kalau terus menerus seperti ini." Tambahnya.
Hajin meringis ketika Woozi mulai menekan titik rasa sakit di lehernya. Dalam hati ia mengumpat, kenapa laki-laki ini harus datang di waktu yang tidak pas seperti ini sih? Padahal Hajin ingin menghindari Woozi, ia tidak mau lagi terjebak dalam masa lalu yang sampai saat ini masih menggerayangi kepalanya setiap kali Lee Woozi memperlakukannya semanis ini.
"Aku akan meminta bantuan fisioterapis nanti." Saat Hajin hendak menepis tangan Woozi, laki-laki itu menekan lagi bahunya dengan kencang hingga Hajin menjerit.
"Kau mau lehermu tidak bisa diputar hah? Uratnya membengkak." Katanya agak sarkas, "Aku dokter, semua cabang rehabilitasi medik itu sudah aku kuasai dengan baik. Tolong duduklah dan biarkan aku mengobatimu." Ucapannya terdengar seperti sebuah perintah, berhasil membuat Hajin duduk dengan ringisan sakit di wajahnya.
Butuh waktu sekitar lima menit sampai Woozi menyelesaikan terapinya. Hajin memutar bahunya saat tangan laki-laki itu sudah menjauh dari tubuhnya. Rasanya agak lega, meskipun rasa sakit dan ngilu itu masih ada di leher sebelah kanannya. Dulu, saat Hajin dan Woozi masih berada dalam status suami istri, kejadian seperti ini tidak pernah terjadi karena Woozi selalu membenarkan posisi tidur Hajin yang sembarangan.
"Terimakasih." Kata Hajin dengan tulus.
"Lupakan." Woozi menaikkan kacamata minusnya yang melorot, "Kau tidak perlu secanggung itu kepadaku. Aku minta maaf untuk kejadian waktu itu di ruang terapi. Aku tidak berniat untuk berteriak padamu, aku sedang emosional hari itu."
Ingatan Hajin kembali pada beberapa hari kebelakang, tepatnya ketika pertengkaran sengit itu terjadi diantara Hajin, Woozi dan Wonwoo di ruang terapi. Perempuan itu tersenyum tipis, tampak jelas kalau ia sudah tidak nyaman dengan situasi yang ada dan ingin cepat-cepat pergi dari sini.
KAMU SEDANG MEMBACA
F R O S T [JWW]
Fanfiction[O N H O L D] [A Sequel of G R E Y] ✡️Cerita ini bisa dibaca dengan atau tanpa membaca cerita sebelumnya✡️ 'They are a frost under the grey sky' Start : 18 Nov, 2018.