07||pasar malam

140 18 2
                                    

Manusia itu sama namun sifat mereka saja yang berbeda

-Gioputra

Bulan tak menyangka ia bertemu dengan bara di pasar malam ini ,dengan sahabat nya sendiri.

Ia tersenyum miris akan diri nya sendiri seolah-olah takdir sedang bermain dengan nya.

Seolah takdir mengirim pangeran, untuk nya bersandar dan mengambil nya kembali. seolah itu hanya sebuah permainan yang kapan pun akan game over.

Hidup nya penuh kepalsuan, ia iri dengan orang-orang yang bisa menutupi nya dengan sangat rapat seolah hanya ia yang tau semua kepalsuan itu.

Varel kembali dengan membawa dua tiket bianglala, yang akan mereka naiki berdua.

Bulan tersenyum saat varel menunjukan dua tiket itu, Mereka berjalan berdampingan .

Bulan takut bara melihat nya sekrang,dan dugaan nya tepat mereka melewati bara dan dita.

"hai bulan"sapa bara sambil tersenyum seolah tidak tau perasaan nya sekarang

Dita hanya tersenyum tanpa menyapa bulan.

"eh haii bar"sapa bulan dengan tenang

Varel seperti tidak suka dengan keberadaan bara saat ini

"kita duluan ya bulan"ucap bara tenang sambil menggandeng tangan dita di sebelah nya.

"iya bar"ucap bulan menunjukan senyum setulus mungkin

Varel tau bahwa bulan menyukai bara, karna dari tatapan nya saja berbeda.

"lo suka sama bara"ucap varel sambil berjalan bersama bulan menuju bianglala

"enggak cuman ngagumi aja"jawab bulan jujur

"kalau perlu tempat curhat sama gue aja"ucap varel serius yang di angguki oleh bulan.

Mereka berjalan beriringin,menuju bianglala yang sangat ramai oleh anak muda.

"bulll woiii lannn"teriak gio yang berada tak jauh dari tempat varel dan bulan

"abanggggg"balas bulan merentangkan kedua tangan nya

Devan dan varel yang melihat nya hanya memutar mata malas, mereka seperti tidak bertemu ber abad-abad saja.

"lo sama siapa disini?"tanya gio

" varel"ucap bulan menunjuk varel yang tengah berdiri dengan wajah datar nya

"lo gak di apa-apain kan sama si landak betina"bisik gio kepada bulan

"gue denger"ucap varel tanpa ekspresi nya

Gio hanya menggaruk leher nya yang tidak gatal.

"hehe becanda rel"ucap gio dengan menunjukan gigi putih rapi nya.

"udah kayak nyamuk gue disini"ucap devan yang sedari tadi hanya memperhatikan mereka.

"kalian mau kemana?"tanya devan

"bianglala"jawab bulan antusias

"gak seru mending kita ramean ke rumah hantu "ucap gio dengan antusias

"tapi kita udah beli tiket naik bianglala"ucap bulan menunjukan dua tiket nya

"udah nanti aja yok"ucap gio menarik tangan devan dan bulan

Sebuah HarapanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang