09||dua pangeran

127 13 1
                                    

Merelakan jauh lebih baik bukan?

-vioananta

"aku pilih..... varel "ucap bulan menghembus kan napas panjang nya.

"see, lo liat bulan pilih siapa"ucap varel dengan senyum sinis nya

Bara yang melihat itu mengepal kan tangan nya menahan amarah.

Ia tak sudi gadis nya menerima pria brengsek seperti varel.

Tunggu, sejak kapan ia mengklaim bulan sebagai gadisnya.

Sepertinya ia telah jatuh hati pada gadis polos seperti bulan.

"gue gak bakal nyerah"desis bara tepat di telinga varel, yang hanya menanggapinya dengan senyum sinis nya.

Varel menarik tangan bulan. menuju taman belakang sekolah.

"lo kenapa pilih gue?"ucap varel datar

"gak tau"ucap bulan

****

Bell sma garuda telah berbunyi sejak tadi.

Saat ini bulan sedang berada di kloridor sekolah untuk menuju parkiran, karna ia sudah berjanji untuk menemani varel ke toko buku.

Bughh "aduh kalau jalan liat-liat dong"ucap bulan yang tak sengaja di tabrak oleh seseorang.

"maap"balas bara, ya cowok yang tadi menabrak bulan adalah bara

"iya gak papa"balas bulan berpura -pura cuek, untuk menutupi kegugupan Nya.

"kenapa lo milih varel"ucap bara dengan nada dingin nya

"karna aku suka dia"balas bulan untuk tidak gugup sebisa mungkin.

"gue gak yakin lo suka varel"ucap bara

"kamu bener bar, tapi aku harus nerima varel"ucap bulan dalam hatinya

"y-ya seterah aku lah"ujar bulan gugup

"gue udah tau jawaban nya,tapi gak masalah, gue bakal ngambil hak gue yang di rebut orang lain"ucap bara datar namun tegas.

Bulan terpaku oleh ucapan bara, ia ingin memeluk lelaki di hadapan nya,tapi ia tau diri ia tak pantas bersama bara.

Bara pergi meninggal kan bulan sendirian.

Bulan berjalan menuju parkiran, ia menemukan varel yang sedang bersandar di mobil nya.

"varell"teriak bulan sambil berlari menghampiri varel

"jangan lari bulan, nanti jatoh"ucap varel

"ayok var, kata nya mau beli buku"tanya bulan yang berada di samping varel

"kok lama tadi, abis kemana?"tanya varel merangkul pundak bulan.

"ee anu var abis ke perpus mulangin buku"jawab bulan dengan gugup karna tangan varel sekarang berada di pundak nya.

"yaudah yuk"ucap varel,membukakan pintu untuk bulan

Sebuah HarapanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang