03||Gio?

206 21 7
                                    

Hujan sampai kan kepada nya bahwa saat ini, aku masih mengaguminya.

Bulan, di antarkan pulang oleh bara sampai di depan rumah sederhana milik bulan.

"Mau mampir dulu bar"ucap bulan

"g usah"balas bara sudah mengendari motor nya

"o ydh hati-hati yaa"ucap bulan yang melihat bara pergi melajukan motor nya

Saat ini langit masih menurun kan air nya, walapun hanya sebatas gerimis kecil.

Bulan memasuki rumah, nya pemandangan pertama yang ia lihat orang tua yang tak pernah berhenti bertengkar entah meributkan apa.

Bulan hanya mengharap kan, keluarga yang harmonis di dalam nya.

Ia tak kuat lagi, ia langsung berlali ke luar rumah menuju taman yang terdapat sebuah danau yang sejuk.

Ia berjalan melewati grimis-grimis kecil itu
Air mata nya tidak terlihat lagi air mata yang telah basah di bawah air hujan.

Yang ia butuhkan sekarang hanya ketenangan.


****

Bulan sedang duduk di kursi taman sesekali badan nya di basahi oleh grmis kecil.

"aku benci hidup aku"teriak bulan melampiaskan kekesalan nya.

"semua nya palsu, aku benci aku benci"

"jangan benci hidup lo"ucap gio ya orang itu adalah gio yang tak sengaja lewat daerah ini

" gio"ujar bulan dengan suara serak nya

"wih terkenal juga gue"kekeh nya

"lo kenapa, ada masalah"ucap gio serius

"eh kita belum kenalan nih, nama lo siapa"ucap gio mengulurkan tangan nya

"bulan"ucap bulan menjabat tangan gio

"lo kenapa kok lo ujan-ujan ke sini, kalau lo sakit gimana"ucap gio

"orang tua aku berantem "ucap bulan menunduk sedih

Gio tak tega melihat nya, ia meraih badan bulan dan memeluk nya ia mengganggap vio sebagai adik nya sendiri.

"lo mau gak jadi adek gue, emang lo gak kasian liat gue ini sebatang kara, papa mama gue sibuk kerja mereka lagi nyari duit, biar nanti gue suruh si duit jadi anak mereka"ucap gio dramatis mencoba menjadikan nghibur bulan

Bulan tertawa di oleh lelucun gio, sebenar nya ia tak ingin tertawa karna memang tidak lucu tapi ia menghargai gio mencoba menghibur nya.

"bukan nya kita seumuran?"tanya bulan penasaran."ya gak papa soal nya gua gk punya adek." ucap gio sambil menggaruk tengkuk nya yang tak gatal.

"eh kok lo nangis bulan aduh gua salah ngomong ya maapin gua bulan"ujar gio panik melihat bulan yang ia anggap adik nya sendiri menangis

"apa aku boleh manggil abang"ujar bulan dengan polos nya sesekali ia sesenggukan

Bulan tak menyangka, ada yang mau memperlakukan nya dengan penuh kasih sayang. ia tak pernah di perlakukan dengan begitu oleh keluarga nya, yang ia dapat kan hanya makian dan makian.

Gio terkekeh oleh ucapan bulan, ya jelas gio mau karna sejak tadi gio telah menganggap bulan sebagai adik nya sendiri.

"boleh mau panggil abang sayang juga boleh kok bul"goda gio kepada vio yang sudah tenang

Bulan hanya menggelengkan kepala nya dengan tingakah gio yang menandang status sebagai keluarga barunya abang nya.

Gio terkekeh, di buat nya ia mengusap kepala bulan dengan lembut ia sangat menyayangi bulan seperti adik nya sendiri .

"yaudah jadi boleh nya abang manggil nya apa nih"ucap gio menggoda bulan

"seterah abang"ucap bulan masih dengan perasaan kesal nya

Mereka berdua menikmati waktu malam, dengan berbagai macam cerita hingga saat ini tepat pukul sebelas malam lewat.

"bul pulang yuk biar abang anter"ucap gio melihat jam yang melingkar di pergelangan tangan nya

"gak ush bang, abang duluan aja"ucap bulan tersenyum kepada gio

Mana mungkin gio meninggal kan bulan,yang sudah ia anggap adik sendiri disini dengan baju lembab dan tempat yang sepi ini.

"gak pokok nya abang anterin pulang "ucap gio tegas bulan hanya menganggukan kepala nya saja ia menenkuk kan wajah nya

****

Mereka sampai di rumah sederhana milik bulan, bulan turun dari motor besar milik gio

Saat kaki nya melanglangkah menuju pintu tiba-tiba pintu terbuka dan menampilkan sosok ayah nya

" DARI MANA AJA KAMU, JAM SEGINI BARU PULANG MAU JADI APA KAMU INI"ucap ayah bulan dengan kencang nya

Gio terpaku melihat kejadian itu, ia tak menyangka kehidupan bulan sangat menyedih kan.

Gio berjalan menuju bulan dan ayah nya, saat ayah bulan ingin menampar anak nya sendiri.

"siapa kamu,mau jadi pahlawan kesiangan kamu disini, pergi kamu jangan campuri urusan saya"ucap ayah bulan sedang marah

"ini malem kali om bukan siang"balas gio dengan muka polos nya

"pergi kamu dari sini"ucap ayah bulan dengan tegas nya

"jangan sakiti anak sendiri om nanti nyesel"ucap gio dengan enteng nya

"kamu siapa? Mengapa kamu mengurusi urusan saya"balas ayah bulan dengan sengit nya

"saya abang nya om , nama saya gio"ucap gio dengan bangga nya

"jangan mengaku-ngaku kamu, pergi kamu dari sini"balas ayah bulan

Sedari tadi bulan hanya mendengarkan mereka bedua berdebat, ia pusing dengan mereka berdua ia masuk kedalam rumah dan masuk ke dalam kamar nya.

Gio yang melihat itu hanya diam ia tau pasti bulan tertekan.

"udah ya om kalau saya liat om kasarin nata lagi, saya gak segan - segan malaporkan om ke polisi"ucap gio tegas

Gio melajukan motor nya dengan kencang, ia senang bisa bertemu dengan bulan yang sudah ia anggap adik nya sendiri.ia sangat bahagia karna bagi nya bulan adalah adik nya sendiri senyum dan dan tatapan polos itu sangat menggemaskan bagi nya.

Pokok nya sampe rumah gua harus minta adek sama mama sama papa HARUS!!

Ini chptr khusus gio sama vio
Smga sukaa

Sebuah HarapanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang