27||bertemu lagi?

78 5 0
                                    


Apa aku harus bahagia sekarang?

Hari senin, hari yang di benci hampir seluruh pelajar. karna satu alasan yang kuno, yaitu upahcara.

Berdiri di bawah trik matahari pagi yang sehat, tapi masih banyak yang mengeluh. mendengarkan amanat berceloteh ria entah tentang apa saja yang bisa di bicarakan. yang hanya ia saja yang mengerti sedangkan yang mendengarkan bingung apa yang ia bicarakan sukur-sukur ada yang mendengarkan.

Angkasa Bara Samudra,sedang berdiri di tengah-tengah lapangan bersama ke dua sahabat nya. Devan  dan gio saputra.

Kepala sekolah sma garuda, hanya menggelengkan kepala nya saja melihat ke tiga siswa nya yang tak pernah bosan melanggar peraturan yang telah di terapkan sekolah."kalian ini besar nya jadi apa?, kalau kelakuan kalian saja begini."

Gio menyauti omongan kepala sekolah dengan tampang tak berdosanya."kalau saya mau jadi pilot pak, nanti bapak boleh deh naik pesawat saya gratis sekali-kali saya sedekah."ucapnya yang di akhiri dengan cengiran polos nya.

"saya gak ngomong sama kamu gio."

"lah tadi bapak nanya,ya saya jawab."ucap gio dengan wajah bingung nya. Yang di sahuti kepala sekolah."heran saya, kok ayah kamu mau punya anak kayak kamu."

Gio mengangguk setuju ucapan kepala sekolah tersebut, ia menempelkan jari telunjuk nya ke dagu nya seolah sedang berpikir."iya ya pak saya yang anak nya aja bingung."

Pala sekolah hanya menghembuskan napas kasar oleh ucapan gio yang di luar pemikiran nya.

"kalau saya mau jadi polisi pak, nanti kalau rumah bapak ke rampokan bapak koling-koling saya aja."ucap depan mengedipkan sebelah matanya.

"kamu nyumpahin rumah saya kerampokan devan."sahut pak kepala sekolah dengan kedua tangan di pinggang nya.

Devan yang mendengarkan penuturan kepalasa sekolah nya tersebut langsung membelalakan matanya."saya mah salah mulu kapan bener nya, heran saya pak."

"kamu mah memang selalu salah gak pernah benar."

Bara cowok tersebut hanya menatap datar ke tiga lelaki yang berdebat hal yang menurutnya tak penting sama sekali.

Bara melangkah kan kaki nya, pergi dari tengah lapangan tersebut. ia tak menghiraukan teriakan kepala sekolah dan guru-guru yang memanggil nama nya.

Ia melangkah kan kaki nya menuju barisan IPA-1, menemui gadis yang sudah merubah pemikiran nya tentang wanita.

Bara menarik bibir nya membuat lengkungan kecil yang sangat manis."haii."

Bulan kaget akan keberadaan bara, yang tiba-tiba telah di samping nya. yang tadi nya misel, mengapa sekarang bara itulah yang ada di pikiran nya saat ini.

"kok kamu di sini, bukan nya kamu lagi di hukum di depan ya?"Ucap bulan dengan wajah bingungnya, bara terkekeh oleh ucapan bulan."makanya tinggi itu ke atas jangan ke bawah mulu."

"lah apa hubungan nya aku sama tinggi ke bawah?."tanya bulan dengan wajah bingungnya yang di jawab sentilan kecil di kening bulan."kalau kamu tinggi nya ke atas kan kamu bisa ngeliat aku di depan ngapain aja, ini udah pendek baris di belakang."yang di akhiri kekehan oleh bara.

Bulan, menjinjitkan kaki mungil nya untuk menjitak kepala bara."ish aku gak pendek, cuman kamu nya aja yang ketinggian."dengus nya di akhir kalimat.

Bara tertawa kecil melihat tingkah gadis yang sekarang berdiri di sampingnya.

"kok tadi kamu, devan sama, gio bisa di depan." tanya bulan yang melihat wajah bara yang sangat tampan yang terkena matahari.

" dasi."jawab bara dengan wajah datar nya,bara  kembali ke sifat semula nya yaitu DIET ABJAD.

Bulan hanya membuang napas kasar, ketika mendapar jawaban dari bara.

Gio dan devan, hanya berdiri sesekali menggoda perempuan yang menatap mereka dengan mengedipkan sebelah mata mereka.

Upah cara telah selesai, laporan terakhir pemimpin yang di tunggu-tunggu semua peserta upahcara.

Mereka berhamburan ke kantin untuk mengisi perut mereka atau membeli air mineral untuk membasahi kerongkongan yang telah kering.

Berbeda dengan bulan, ia merlari ke perpustakaan untuk meminjam buku kimia yang lupa ia bawa. sedangkan kedua sahabatnya telah lari ke kantin untuk membeli makanan, atau hanya membeli minuman entahlah.

Bulan melihat buku yang ia cari berada di rak paling atas, tinggi? Itulah pemikiran tali saat ini. Ia mengambil sebuah kursi lalu menaikinya, entah bagaimana cara nya kursi itu sekarang tak seimbang membuat tubuh nya seperti akan terjatuh.

Bulan memejamkan kedua matanya saat kursi tersebut akan jatuh.

Ia menutup wajah nya dengan tangan nya

Kok gak sakit?bulan perlahan membuka mata nya.

Kenapa cowok ini ada disini, bukan nya dia anak sma bangsa?




Jangan lupa vote sama komen, seenggak nya kalau kalian males untuk komen. hargain hasil karya dari penulis yang kalian baca sekarang, kalian kasih dia vote gampang banget tingga kalian pencet bintang selesai deh, kalian pikir deh betapa seneng nya penulis jika kalian kasih sebuah BINTANG:)

Sebuah HarapanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang