06||varel sang ketua osis

132 17 0
                                    

Apakah semua orang sama? Menjadikan orang lain pelampiasan di saat dirinya kesepian

Bulan menuruni tangga rumah nya, ia melihat ayah dan ibu nya yang sedang sarapan bersama.

Ia hanya tersenyum miris sekali,orang tua nya bahkan tidak peduli keberadaan nya.

Bulan berjalan menuju meja makan yang sangat sederhana itu, ia menghampiri ibu dan ayah nya.

"bu,yah aku ketaman dulu ya sebentar"ucap bulan dengan senyum yang kadang di paksakan.

"iya seterah kamu, mau juga tidak apa-apa"

Jujur ia sangat sakit, bukan-bukan sakit tapi sangat sakit ia ingin menangis,tapi ia tak ingin di nilai lemah oleh ayah nya sendiri. Ia hanya bisa tersenyum menampil kan sebuah senyuman palsu yang orang lain tidak tau.

"ayah! Ayah gak boleh ngomong gitu sama anak ayah sendiri"bentak ibu bulan kepada suami nya

"berani sekarang kamu ngelawan aku, demi anak gak tau diri itu"balas ayah bulan dengan tajam nya

Bulan hanya memperhatikan mereka yang sedang ribut karana diri nya.

Apa ia salah di lahirkan di dunia ini? Itu yang sekarang bulan pikiran

Ia hanya menahan air mata nya agar tidak terjatuh.

"cukup bu, yah cukup aku gak tau apa kesalahan aku, aku gak tau kenapa aku di bilang anak gk tau diri ,udah cukup aku capek yah,aku capek setiap hari kalian berantem gara-gara aku. Aku juga gak mau di lahirin cuman buat kalian berantem terus"ucap bulan yang sudah tak tahan menahan air mata nya.

"berani kamu sekarang ngomong gitu, dasar anak gak tau di untung kamu"ucap ayah bulan

Bulan berlari keluar rumah nya,satu tujuan nya saat ini ke makan ibu kandung nya, ia ingin mencurakan semua keluh kesah nya kepada ibunya. walau ia tau ibunya tak akan membalas pembicaraan nya tapi setidak nya ia lega.

Ia berjalan menuju makan ibunya,ia hanya membawa uang sepuluh ribu sisa uang jajan nya kemarin sekolah.

Ia terus berlari ia tak memikirkan panas nya sinar matahari, yang membakar kulit putih nya.

Bulan sampai di makam ibu nya saat ini, makam yang jarang ia kunjungi akhir-akhir ini,makan yang di tumbuhi rumput liar di atas nya.

Ia tersenyum melihat makam ibunya,ia mencabuti rumput-rumput yang tumbuh di sana.

"assalamualaikum mah,mamah pasti seneng kan disana,mamah tau gak ayah benci sama aku, semenjak mama pergi aku gak tau kenapa, aku di bilang anak pembawa sial, gak tau diri, aku selalu nanya ke ayah, tapi ayah malah bentak aku mah. aku mau ikut mama, aku capek mah"ucap bulan menundukan kepala nya sambil menangis.

"gak usah sedih, nasip lo masih beruntung punya bokap lah gua idup gak punya siapa-siapa"ucap seseorang laki-laki dengan senyum miris nya

Bulan mendongakan kepalanya ke atas, ia kaget saat melihat varel yang menjabat sebagai ketua osis di sma nya.

"kamu ngapain kesini?"ucap bulan bingung dengan keberadaan varel

"ngunjungin makan orang tua gua"ucap varel santai dengan mata sendu nya

"lo kesini sendiri?"tanya varel menghiraukan pertanyaan bulan

"iya"

"mau bareng"ucap varel dengan senyumanan menampilkan lesung pipi nya

"gak usah ,aku jalan aja soal nya deket"balas bulan dengan senyum nya

"gue gk terima penolakan ikut atau gue seret"ucap varel datar

Sebuah HarapanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang