Chapter 1: That 'Smiley' Boy

11.4K 277 6
                                    

"Pspspspsppspsps."

Ran terlalu sibuk menggambar, nggak memedulikan bisikan layaknya panggilan kucing yang barusan terdengar cukup dekat dari jaraknya duduk. Dia bisa mendengar cekikikan Tama, tapi berusaha tak mengindahkan karena tau.

Mereka kalo diladenin malah semakin merepotkan.

"Pspspspspsps cewek,"

Sekarang malah catcalling.

Alea yang duduknya disebelah Ran melirik sinis kearah mereka, tapi habis itu nyenggol-nyenggol teman sebangkunya seakan menyuruh Ran untuk meladeni mereka.

Padahal hari ini adalah hari pertama kelas sebelas. Tahun ajaran baru. Harusnya hari baru, kawan baru, kelas baru, suasana baruuuuuu.

Tapi bagi Ran ternyata semua itu hanyalah mitos.

Kebohongan yang terungkap setelah wali kelas mereka kelas sepuluh dulu bilang kalau selama tiga tahun itu, murid sekelas tak akan berubah. Katanya biar jiwa korsa, dan waktu itu Ran nggak masalah.

Tapi sekarang rasanya mending turn back time, deh.

Zahra melangkah memasuki kelas dengan satu tali tas disampirkan di bahu, satunya dibiarkan menjuntai. Dia mendekat kearah mereka berdua sambil lirik-lirik lima orang yang duduk di pojok, terus langsung berbelok tajam begitu menemukan cowok yang dia cari.

"Dino~!"

Yang dipanggil menoleh. Tawanya yang tadi terdengar digantikan panggilan menggelikan yang lebih nyaring.

"Eh, udah dateng. Kenapa, nih, tumben nyariin aku duluan?"

Kevin mendelik tak suka mendengar temannya sok romantis, sementara Mahesa menahan tawa. Jinan? Bodoh amat, dia masih sibuk catcalling salah satu cewek yang duduk di baris kedua dan lagi menggambar.

"Eh, kita sekelas lagi, lho. Nggak mau nyapa gue apa?" Ucapnya agak nyaring tanpa ada maksud menyindir. Ran menoleh dengan tatapan seakan ingin me-laser si pemuda ㅡkarena digangguㅡ buat Jinan jadi tergelak puas. "Mampus lo kudu tahan sama gue dua tahun lagi."

"Bacot ya sipit!" Balas Ran pedas, buat tawa Jinan memelan jadi dengusan kesal. Tama yang daritadi ngelihatin percakapan mereka berdua langsung terkekeh, mengejek Jinan dengan sebutan sipit yang langsung dibalas jitakan.

Saat Ran akhirnya kembali fokus menggambar dan suasana kelas berubah 'agak' hening, Alea iseng tanya-tanya.

"Kenapa sih jahil banget dia?"

"Mana tau, tanya anaknya lah."

"Oke. Tapi ntar pulang ekskul beli mekdi tiga kali, ya?"

Ran menoleh protes. "Ogah! Yang mau nanya elo, gue nggak ada hubungannya, kok minta sogokan ke gue?!"

"Ya siapa tau habis nanya gue ketemu jawabannya kenapa dia jahilin lo terus. Habis itu kita tau caranya diemin dia biar nggak jahil terus. Kan win-win solution."

Si cewek kembali menggerakkan stylus-nya pada permukaan layar ponsel sambil mencibir. "Win-win solution apaan. Winwin ensiti kali ah,"

Padahal dia juga penasaran. Padahal dia juga mau tahu kenapa dari dulu digangguin terus. Padahal dia juga mau tahu kenapa cowok itu sekarang malah ngelihatin dia sambil menopang dagu seakan orang lagi melamun tapi serius.

Sumpah, Ran berdoa dalam hati kalau setelah kali ini dia bisa menikmati sisa hari tanpa diganggu si cowok.

"Plis jangan ricuh, jangan ricuh lagi," gumamnya. Lama-lama merinding juga ditatapin begitu.

Hello Lovenemy [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang