Chapter 3: Crazy Plan

6.5K 231 3
                                    

Kak Chana tergelak puas melihat adiknya menderita malam itu. Mengenakan pakaian yang tak pernah ia sentuh sebelumnya, rambut ditata rapi oleh si ibu, dan sekarang sedang terdiam kaku dipakaikan make-up.

Meskipun sudah menolak berkali-kali, Ran sudah tak berdaya karena si ibu sudah siap sedia dengan peralatan mempercantik dirinya.

Mereka berkumpul di ruang tamu, sementara si ayah sedang bersiap-siap di kamarnya.

Chana mengusap ekor matanya, bergumam sendiri. "Ini kalo dimasukin YouTube, judulnya 'Mengubah titisan Shrek menjadi Elsa Frozen'."

Ran menahan diri, didepan wajahnya adalah si ibu yang tengah fokus. Kalau dia kelepasan, nggak hanya make-up nya jadi gagal, dia juga bakal dimarahi karena nggak sopan pada orang tua.

Mamanya bertepuk tangan sekali menandakan ia selesai, "Nah, kalau begini kan cantik! Coba kalo kamu setiap hari begini, kayaknya bakal bawa pacar dalam seminggu."

"Apa sih, mah."

Chana menipiskan bibir menahan tawa. "Nggak mungkin, ma. Yang ada pada kabur karena dikira badut mampang."

Ran melotot, bersiap melemparkan sepatu yang sedang ia pakai pada sang kakak.

"Tapi aku ini didandanin buat apa, sih, mah? Memangnya habis makan malam mau jalan-jalan keluarga kemana?"

"Siapa bilang jalan-jalan?" Kak Chana balas bertanya.

"Lah, bukan? Terus ngapain dong?"

Kali ini gantian si ibu yang merespon sambil merapikan peralatan make-up yang tadi dipakai. "Loh kamu belun tau? Kan kamu bakal ketemu calon masa depanmu malam ini."

"Hah?"

Ran langsung plonga-plongo.

"Lo dijodohin. Mama belum bilang?" Kak Chana menengok pada perempuan paruh baya yang sudah berdandan rapi itu, yang direspon jawaban polos.

"Udah, kok. Tadi sore dia reaksinya anteng aja, kaget bentar doang. Jadi mama kira udah tau dari kamu,"

"Lah aku suruh dia nanya mama." Chana baru menyadari sesuatu. "Mah, anaknya dijodohin tapi nggak dikasih tahu?"

"Bentar-bentar," Ran menahan percakapan keduanya, tiba-tiba merasa pusing karena nggak tahu apa-apa. Dia menatap kedua keluarganya itu bergantian, seakan meminta penjelasan. "Gimana-gimana? Apa tadi? Dijodohin? Kak Chana bilang dijodohin atau telingaku yang lagi error?"

"Iya, kamu dijodohin."

Rahang Ran serasa jatuh begitu saja. Enteng banget mamanya bilang dia dijodohin tanpa berunding dulu dengannya. "BENERAN?! JADI BUKAN SALAH TELINGAKU, NIH?!" Kedua lawan bicaranya mengangguk. "Maksudnya apa?! Kok tiba-tiba jodoh-jodohan? Jangan bilang gara-gara ucapan mama waktu itu? Kan aku udah bilang nggak mau!"

"Ran, tenang dong. Mama kan ngelakuin ini demi kamu juga. Soalnya kamu kan belum punya pacar,"

"Ya terus?!"

"Buat memastikan masa depan anak perempuan mama aja. Lagipula ini tradisi. Mama dulu juga dijodohin kok sama papa."

"BEDA!" Ran melompat berdiri. Rasanya mau melempar meja tamu didepan mata kalau saja dia kuat mengangkatnya. "Alasannya beda! Zamannya beda! Sifat setiap orang beda-beda! Nggak mau, ma! Aku bahkan nggak tahu siapa orangnya! Batalin aja!"

Chana mengamati situasi itu, sebelum memutuskan pergi ke dapur karena takut kena imbasnya. Si ibu jadi terkekeh kikuk, mengatakan sesuatu yang membuat Ran seketika naik pitam.

"Tapi keluarga teman mama itu udah mau kesini. Makanya tadi mama yang make-up kamu, soalnya kalo kamu yang pake sendiri baru jadi besok."

Ran memejamkan mata, merasakan emosinya seakan berbisik untuk menyakiti fisik perempuan itu jika bukan ibunya. Untungnya dia bisa menahan diri.

Hello Lovenemy [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang