Chapter 5: 'Daebak' Moment.

5.9K 197 6
                                    

Hari Senin pagi.

Ran melangkah masuk ke dalam kelas dengan ekspresi paling suram yang pernah dia tunjukkan. Alea dan Zahra sejak tadi sudah memberikannya solusi, tapi tak satupun cocok dengan keadaannya sekarang.

"Udah, beli aja dulu topi baru, ntar gue jajanin deh."

Benar, cewek itu lupa bawa topi sebagai bagian atribut lengkap untuk upacara pagi. Kedua sahabatnya sejak tadi sudah menyuarakan beberapa saran, tapi semuanya ditolak.

"Nggak bisa, Al. Satu, ntar gue pulangnya gimana? Kak Chana hari ini nggak bisa jemput. Dua, gue nggak mau ngerepotin kalian." Katanya, menolak saran lagi.

Zahra merapatkan bibir, sejak tadi berpikir apa solusi yang paling solutif. Sementara Alea berdecih sambil berkacak pinggang.

"Terserah lo deh." Ucapnya menyerah sekaligus sebal. Dia celingukan kesana-kemari, menyadari semua teman sekelasnya tengah bersiap menuju lapangan upacara. Ada yang lagi sibuk pasang ikat pinggang, ada yang membujuk temannya buat menemani pinjam dasi, ada juga yang langsung lari ke koperasi buat beli atribut baru.

Zahra sadar kalau pacarnya juga pakai atribut pinjaman, makanya dihampiri. Dia bertanya dapat pinjaman dari mana, dan apakah temannya bisa ikut meminjamkan atribut.

Dino mengangguk. "Boleh aja, sih, tapi kamu kan udah lengkap. Buat apa?"

"Buat Ran. Dia lupa bawa topi."

"Kok bisa? Biasanya juga paling duluan ke lapangan?"

"Nah itu. Katanya semalam begadang, baru tidur waktu subuh."

Jinan yang mendengar semuanya jadi melirik pemudi itu. Masih bingung dan kelabakan, tentu saja. Dia tersenyum kecil, berjalan menghampiri Ran yang sekarang mengubek-ubek tasnya berharap topinya tersangkut di dalam.

"Makanya, sebelum berangkat di cek dulu." Cowok itu mendekat sedikit, menarik pundak Ran tiba-tiba dengan tangan lain meraih kepalanya.

Waktu Alea menoleh dia tiba-tiba disodorkan pemandangan Jinan yang memakaikan topinya pada Ran. Matanya spontan melotot, menangkap kejadian penuh kemustahilan itu dan merekamnya baik-baik di dalam otak.

Saat topi milik si pemuda akhirnya terpasang dengan pas di kepala Ran, Jinan menjauh. Dia terkekeh melihat ekspresi kaget mereka.

"Apa sih?"

"Sejak kapan?!"

"Apanya?" Pemuda itu menoleh santai tapi setelahnya menatap Ran lagi. "Yaudah, gue duluan. Mau beli topi lagi. Tapi nanti topinya balikin!" Pinta dia sebelum berbalik, berlari kecil keluar kelas meninggalkan Ran yang sejak tadi cengo.

Saat sadar, Jinan sudah tertawa mendengar teriakannya.

"HEH! Apa-apaan?! Gue nggak minta topi lo, woy!!"

"Ran!" Alea menepuk pundaknya dengan rasa penasaran yang luar biasa. Zahra yang baru bergabung juga begitu, mereka berdua menuntut penjelasan.

Si cewek mendelik melihat ujung topi Jinan di kepalanya, agak tak suka dengan fakta itu. Dia menipiskan bibir.

"Lo kudu cerita sama kita,"

"Iya nanti."

Saat upacara sudah selesai, kata nantinya langsung menjadi kenyataan.

Ran pasrah saja daritadi punggungnya didorong-dorong dua cewek yang dikenali sebagai temannya itu ke kelas. Zahra dengan sebungkus roti dan susu di tangannya, juga Alea yang mengeluarkan energi penuh untuk mendorong temannya itu ke dalam kelas agar cerita tentang hal yang membuatnya penasaran sejak tadi.

Hello Lovenemy [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang