Chapter 7: Heck Of a Type

5.3K 212 13
                                    

Siang itu di kelas sebelas tempat Ran duduk, suasananya ramai karena jam kosong. Nggak ada guru yang terlihat, dan murid-murid jadi liar karena itu. Ketua kelas nggak berniat memanggil guru pengganti atau meminta tugas, sementara pengurus kelas lain sudah terhanyut dalam kebebasan.

Ditengah-tengah ruangan ada Mahesa dan Tama bareng cowok-cowok lain sok mengide bermain kuda tomprok, diiringi backsound Dino yang cosplay jadi DJ EDM manual.

Kevin dan Jinan ikut kelompok yang lebih tenang, bermain UNO dengan taruhan yang kalah pertama kali harus memberi contekan ke pemenang di mapel yang dikuasai.

Ran, seperti biasa, menggambar di ponselnya. Zahra menonton video mukbang tempura di YouTube.

Alea yang tadinya menopang dagu dengan tangan lain menopang ponsel jadi menengok sambil menahan senyum menatap Ran.

"Lo tau nggak, sekarang setiap kali gue liat lo sama Jinan, gue jadi ngakak nginget ini," Katanya, buat Zahra jadi menoleh.

"Apaan?" Ran membalas tanpa mengalihkan pandangan dari layar ponsel.

"Lo inget gak hari pertama kelas sepuluh?"

Zahra manggut-manggut, jadi mematikan ponselnya karena Alea hendak bercerita. "Ooooh, iya-iya. Yang waktu itu rame banget katanya ada anak mau daftar SMP tapi salah jalan jadi ke SMA."

"Gue gak sebantet itu ya anjrit."

"Siapa yang bilang elo bantet, Sani. Gue mau bilang kalo elo babuface. Uwu,"

Ran tergelak mendengar Zahra mengejek Alea dengan tiga serangan. Sarkas, nama panggilan kecil, dan 'babu'.

"Babyface, woy! Ogah gue jadi babu lo."

"Udah buruan cerita!" Si cewek menyela, meletakkan stylus-nya diatas meja dan berfokus pada lawan bicaranya.

Zahra terkikik, sementara Alea jadi celingukan kecil seakan memastikan tak ada yang bisa mendengar apa yang bakal dia ceritakan kecuali dua temannya itu. Dia berdehem, menatap mereka berdua seakan mau mengucapkan pidato kepresidenan.

"Jadi dulu kan gue susah banget punya temen, makanya temenan sama kalian aja baru waktu semester 2. Tapi, pas semester 1, pernah ada yang ngajak gue temenan duluan.

Kenalannya di kantin, soalnya waktu itu gue kepeleset terus dia yang bantuin bangun,"

Zahra menyela. "Dia siapa? Cowok?"

"Iya. Dengerin aja dulu," Alea mengangguk, mengibaskan tangan tak mau diganggu. "Gara-gara itu, kita jadi temenan. Dia nggak ragu nyapa gue atau ngajak ngobrol, sementara gue jadi bisa nanya-nanya ke dia dan berasa punya temen. Anaknya tuh dulu sama gue ramah, suka senyum, kalem gitu.

Tapi cuma disitu doang, dia juga kayak gitu ke semua orang. Tapi gue salah kira sama sikapnya dia dan sempat naksir, apalagi kesamaan kita lumayan banyak.

Waktu lagi naksir sama dia, gue lihat sikapnya beda sama satu cewek ini. Kelihatan kalo dia naksir si cewek."

"Pasti lo ketikung,"

"Diem dulu, bacot," Cewek itu melotot lagi ke arah Zahra, buat Ran jadi tak bisa tak tertawa melihat dua temannya. Alea berdehem, melanjutkan. "Sama cewek itu, dia malah nggak ramah. Senyum? Adanya senyum yang suka bikin si cewek marah. Dari yang biasanya sopan kalo ketemu si cewek jadi sengaja bikin dia kesel. Cowok ini juga sengaja pinjem barang-barangnya cewek itu dan nggak dikembaliin biar si cewek marah-marah."

"Waduh, cinta Alea berakhir sebelum dimulai."

Kali ini, celetukan Zahra tak ditanggapi baik oleh Alea maupun Ran. Ran kehilangan fokusnya karena dia tiba-tiba menenggelamkan diri dalam pikiran sendiri.

Hello Lovenemy [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang