Chapter 23: Close The Door

3.7K 135 6
                                    

Ding dong!

Ran yang hampir memejamkan mata bersender pada Jinan jadi penasaran, melirik si pemuda yang memainkan ponsel tanpa suara sejak beberapa saat lalu seperti tak mendengar suara bel yang sudah dibunyikan dua kali.

"Pintunya nggak dibukain?"

Si pemuda menggeleng. "Dari dulu orang tua aku selalu ngelarang. Katanya kalo ada urusan sama bunda atau ayah pasti langsung ketemu mereka, bukannya ke rumah waktu hari libur." Ucapnya dengan sinar mata lembut menatap Ran. "Kamu tidur aja kalo masih ngantuk,"

"Jangan-jangan Cakra?"

"Kalo Cakra pasti langsung masuk,"

"Mungkin mau nge-prank kamu." 

"Yaudah tambah nggak usah dibukain," Si pemuda mengedikkan bahu, semakin yakin dengan keputusannya yang bikin kantuk Ran menghilang digantikan rasa gemas-sebal. 

Ding dong!

"Tuh bunyi lagi," Ran tak jadi bersender pada Jinan, menunjuk pada pintu depan rumah dengan tangan kanannya buat si lawan bicara mendengus maklum. "Coba bukain aja dulu, siapa tau penting, atau urusannya malah sama kamu,"

"Tapi aku nggak merasa checkout  Syopi bulan ini."

".....Kok Syopi?"

Jinan memiringkan kepala, menahan senyumnya saat membalas pertanyaan si cewek dengan niat sama sekali tak serius. "Yang punya urusan sama aku cuma kurir paket," Ujarnya bikin bahu cowok itu jadi korban geplakan.

"Ah, udah sana bukain pintu!"

Jinan tergelak menyadari reaksi Ran, akhirnya menyerah menuruti permintaan si cewek. Beranjak dan melangkah ke depan pintu, tapi sebelumnya mengintip lebih dulu di jendela samping pintu untuk memastikan siapa yang terus menerus membunyikan bel rumah.

Dia sedikit menyibak gorden yang menutupi jendela, lantas menempelkan wajahnya mengintip sosok yang berdiri tepat di depan pintu. Si pemuda bisa menangkap bentuk postur sosok itu. Sosok yang berdiri hanya mengenakan kaus putih dengan tangan kanan membawa kotak berwarna kuning, sama sekali tidak menyadari tuan rumah yang mengintipnya lewat jendela.

Wajah Jinan berubah tidak enak. Dia benar-benar mengerutkan keningnya heran saat berhasil mengetahui siapa sosok tersebut. Senyumnya yang tadi terkembang berubah dingin. "Kokㅡ?"

Dia kembali menutup jendela dengan gorden, kali ini lebih memastikan tidak ada celah di jendelanya, lantas bergerak mundur enggan membukakan pintu kembali ke ruang tengah. Ran menyadari hal itu, dan saat hendak bertanya suaranya dipotong oleh suara bel rumah.

Pemuda itu menghela nafas. Suaranya berat saat bilang, "Kamu tunggu di sini aja dulu. Ini orangnya ayah kayaknya, jadi nggak usah ikut ke depan, ya,"

Ran mengernyit kebingungan saat Jinan melarangnya mengikuti untuk menyapa tamu yang sudah beberapa lama menunggu di depan pintu tersebut. Dia diam, tanpa kata mengekori lawan bicaranya yang kembali berbalik untuk benar-benar membuka pintu kali ini.

Si cewek berusaha mengintip dari balik punggung Jinan begitu pintu dibuka karena penasaran siapa tamu tersebut. Sesekali cewek itu melirik ke arah pacarnya, terutama saat jelas sekali Jinan mengusirnya dan tak menginginkan Ran ada di belakangnya. Meski hanya sepersekian detik, Ran bisa melihat garis wajah Jinan berubah masam. Saat itulah dia bisa mengintip lewat celah yang dibuat si cowok karena lengah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 24, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hello Lovenemy [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang