Chapter 14: Pacar

4K 170 2
                                    

"WOY NGGAK GITU!"

"Jangan campㅡUR GULA KEDALEM KUAHNYA, BEGO!"

"Astaghfirullah, elus dada mulu gue disini."

"APINYA KEGEDEAN! KECILIN, KECILIN!"

"INI API UNGGUN, KECILIN BAGIAN MANANYA?!"

Chaos.

Adalah satu kata yang bisa dipakai untuk para penghuni tenda biru langit yang sekarang tengah berjongkok mengerumuni kompor portabel serta api unggun kecil. Kevin daritadi teriak-teriak, apalagi ngelihat kelakuan Tama sama Kai yang bikin lain kaget karena dengar dia teriak terus.

Jinan dan Mahesa sekarang tengah memotong buah dan sayur, sementara Dino, Tama, Xavi, kebagian masak lewat api unggun. Kevin dan Kai masak lewat kompor portabel.

Kenapa tiba-tiba mereka masak? Karena keesokan harinya yang merupakan hari ini, para guru mengadakan kontes memasak dadakan. Ala-ala masterchef, tapi gaya survival.

Batas waktunya satu jam, dan masakannya harus minimal dua jenis dengan jumlah banyak (biar yang bikin bisa makan siang juga), jadi setiap kelompok cukup kelabakan.

Apalagi ada kelompok yang cuma bawa mi instan dan makanan kemasan. Untungnya, mereka bisa beli bahan di toko dekat area perkemahan.

Kevin berdecak lagi, menyambar sendok di tangan Tama. "Lo mending bantuin motong atau ngupas, deh, daripada masak! Bisa-bisa masakan kita jadi nggak jelas tau, nggak?"

"Yaelah, kan katanya kudu ada balance antara manis asin biar enak,"

"TAPI KALO LO MASUKIN GULA SESENDOK, INI JADINYA DALGONA!" Pemuda itu mengacungkan sendok tadi ke depan wajah Tama dengan geram, bikin lawan bicaranya jadi memberengut. "Duh, gue nggak bisa bayangin rasanya. Lo masukin apa aja waktu gue nggak liat?"

"Kan tadi Mahes bawa susu, gue masukin. Terus ikan asin gatau punya siapa, sama makaroni yang tadi lo kasih."

"Tremendous," sarkas Xavi pasrah mengaduk-aduk makanan ghaib yang kini berwarna putih kekuningan. Kevin bergidik mendengarnya.

"Saking menjijikkannya gue sampe gak berani nyicipin."

"Lebay, anjim. Suruh bang Jinan cobain, kan dia omnivora."

"Lah, gue?" Pemuda pemilik nama menengok kaget saat dua yang sejak tadi berdebat langsung menatapnya. Kevin menyetujui.

"Iya deh. Sesuap aja bang, memastikan bisa dimakan apa nggak. Sayang nih bahannya,"

"Kalo misalnya nggak bisa dimakan? Nasib gue gimana?" Tanya dia, ganti memotong apel yang dibawa Kai sebagai bekal.

"Ya paling mentok masuk UGD."

"Buset,"

Kevin tak peduli, menyendok hasil masakan Tama lantas membawanya ke depan Jinan. "Nih cobain. Dosis aman itu,"

Jinan menurut, meski ragu menyuap sesendok itu dan mencecapnya pelan. Rasa susu yang manis langsung terasa di mulut, tapi selanjutnya digantikan rasa asin-amis yang menusuk. Dia menelannya, terus menoleh menatap Kevin dengan ekspresi bingung kentara.

Hello Lovenemy [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang