Chapter 15: Back to School

3.9K 157 2
                                    

"Oleh-olehnya udah beli?"

"Kan belinya bareng lo."

"Mungkin aja lupa,"

Ran bergerak menuruni bus saat kendaraan itu sudah terparkir sempurna kembali pada sekolah mereka tercinta. Hari sudah mulai siang saat mereka sampai, yang mana bikin sinar matahari terasa panas menusuk, apalagi karena mereka telah lumayan terbiasa di Malang.

Cewek itu menyedot susu kotak di tangannya, berjalan menuju kursi terdekat lantas duduk diikuti Jinan yang seakan jadi babysitter-nya.

"Barangmu nggak ada yang ketinggalan, kan?"

"Nggak. Kayaknya yang kudu lo tanyain begituan Tama, deh," Ran menunjuk kearah pemuda berwajah rupawan yang daritadi muram karena baru sadar kalau sepatunya ketinggalan di area perkemahan, meninggalkan dia dengan sandal biasa yang Tama pakai selama di Malang.

Jinan mengangguk setuju, "Tapi gimana, aku disuruhnya jagain kamu. Tama sih biarin aja Kevin yang repot,"

Ran tak menanggapi lebih lanjut, sibuk menghabiskan susunya sambil melihat-lihat sekitar, menunggu kak Chana menjemputnya pulang.

Sekarang hari Selasa siang, dan hanya angkatan merekalah yang ada di sekolah itu dengan pakaian bebas. Para anak kelas sepuluh yang keluar dari kelasnya melihat-lihat kearah kumpulan mereka dengan tatapan iri, beberapa bahkan mendekat untuk bertanya-tanya. Sementara kelas dua belas yang tak ada di kelas hanyalah para anak berandalan yang seakan tidak punya masa depan.

Ada beberapa murid yang langsung melipir ke kantin begitu turun dari bis, termasuk Mahesa. Ran yang melihat mereka menyeberangi lapangan menggelengkan kepala.

"Kok kayaknya mereka nggak ada capeknya, ya?"

"Hm?"

"Lo nggak ikutan Mahesa ke kantin?"

"Nggak, nanti aja di rumah."

Jinan menyandarkan dirinya pada sandaran kursi, memejamkan mata saat sinar matahari menerpa matanya. Di kejauhan, Ran bisa melihat beberapa anak kelas sepuluh berbisik histeris sambil tersenyum-senyum menatap kearah si pemuda. Cewek itu mengangkat alis, jadi menepuk bahu Jinan lantas menunjuk mereka.

"Ada yang ngefans kayaknya," kata dia sambil tersenyum miring. Lawan bicaranya membuka mata melirik kearah yang ditunjuk sebelum terkekeh pelan.

Para adik kelas itu semakin histeris, tapi keduanya berlagak tak tahu tak peduli.

"Biarin aja. Aku lagi sama kamu,"

"Oh. Jadi kalo gak lagi sama gue bakal lo samperin?"

Jinan menengok, menipiskan bibirnya mengerling jahil. "Kok nada ngomongnya gitu? Cemburu ya?" Disusul tawa begitu menyadari perilaku Ran yang mendadak salah tingkah begitu dia bilang mengatakannya.

"Dih?! Pede banget lo?"

"Nggak apa kali. Kan kita udah pacaran."

"Sa ae trisula Neptunus."

Pemuda itu akhirnya tergelak puas, sementara Ran membuang muka sok tak peduli meremat kotak susu yang sudah tak ada isinya. Setelah tawa Jinan mereda, dia berdiri sambil mengulurkan tangan pada cewek itu yang dibalas tatapan bingung.

"Laporan dulu sama pak Swara,"

"Laporan apaan?" Tanya Ran memiringkan kepala, masih enggan menerima sodoran tangan itu.

"Biar nanti kalo pulang nggak dicariin dikira hilang,"

"Oh," dia mengangguk paham, lantas bangkit dengan bantuan tangan pemuda itu dan mengekornya mencari guru yang dimaksud. Saat berjalan, lama-kelamaan Ran jadi menyipitkan mata karena sinar matahari membuatnya yang kaum rebahan ini tidak nyaman.

Hello Lovenemy [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang