Chapter 13: Hidden Waterfall

4.3K 170 8
                                    

Pagi menjelang di bumi perkemahan itu. Para guru sudah bersenda gurau dengan alat bakar-bakar mereka. Para murid yang sudah bangun sekarang tengah sibuk menikmati udara segar, berjalan-jalan di sekitar area perkemahan, atau sekedar menghabiskan waktu di dalam tenda.

Ran? Masih tidur, lah. Suasana enak, adem, white noise teman-temannya sibuk masing-masing, siapa yang tak akan tenggelam?

Sementara itu di tenda biru muda bermotif langit yang diisi oleh Jinan dan kelompoknya, hanya Tama, Kai, serta Mahesa yang masih tidur. Kevin tengah berfoto di sekitar dengan Dino sebagai fotografer, Xavi bergabung dengan teman sirkelnya, sementara Jinan sarapan dengan roti yang ia bawa.

Saat ia keluar dari tenda, udara dingin langsung menusuk kulit dan membuat hidungnya seakan membeku begitu saja. Menggigil, dia berjalan linglung sebelum bersandar pada salah satu pohon terdekat.

Kegiatan sekolah akan dimulai jam sembilan pagi, yang berarti satu jam lagi. Dia masih punya waktu satu jam yang bebas sebelum kembali berkegiatan sesuai instruksi.

Jinan mengedarkan pandangannya ke depan, ke arah tenda merah pastel yang bisa dipastikan hampir kosong karena semua pengisinya sudah sibuk sendiri di sekitar situ. Tapi yang dia cari nggak ada, membuatnya penasaran jadi memerhatikan tenda itu lebih jauh.

Tiga murid kelasnya tengah membersihkan bekas api unggun kecil buatan sendiri, sementara Zahra dan Alea sudah lompat kesana-kemari dengan walkie talkie masing-masing.

Kemana cewek itu?

Jinan melangkah pelan mendekati tenda itu, menengok ke kanan buka suara pada Illa yang baru saja hendak masuk lagi ke tenda.

"Bersih-bersih dari tadi?" Tanyanya basa-basi yang dijawab lawan bicaranya tanpa prasangka apa-apa.

"Baru tadi. Emang nggak kotor, sih, makanya gini doang. Lo ngapain?"

"Enggak, heran aja. Ran kemana?"

"Ohhh, Lo nyari Ran? Yaelah, nggak kapok-kapok ditabokin mulu." Illa terkekeh baru paham kemana arah pembicaraan mereka. Dia menaikkan tutup tenda keatas, memperlihatkan sedikit isinya termasuk Ran yang masih terpejam nyaman. "Tuh di dalem, masih mimpi bisa ikutan fansign,"

"Anjir." Pemuda itu menunduk, tersenyum kecil melihat si gadis terlelap. "Yaudah, tutup lagi. Udaranya masih dingin, ntar kebangun dianya."

"Siap mas bucin."

Satu jam kemudian, tepat jam sembilan, seorang guru tiba-tiba berdiri di tengah-tengah area tenda para murid sambil menyalakan toa-nya. Suara 'ngiiing'-nya yang menganggu jelas membuat beberapa murid langsung terbangun. Termasuk Ran.

"Selamat pagi, siswa-siswi kelas sebelas. Yang belum bangun ayo bangun, males amat jadi orang." Kalimat ini buat para siswa yang sudah segar jadi terkekeh. "Habis ini kegiatan kita bakal langsung bikin kalian segar. Ayo baris, baris, yang sudah bangun bangunin temannya! Kalau belum baris sampai hitungan ke-10, dilarang ikut kegiatan selanjutnya!"

Saat tutup tendanya dibuka, Ran sudah bangun sambil mengucek mata. Zahra buru-buru menarik tangan cewek itu untuk berbaris. Banyak murid di barisan mengobrol, buat suasanany jadi ramai.

Saat ratusan murid akhirnya berbaris rapi memenuhi area perkemahan itu, si guru kembali berbicara.

"SELAMAT PAGIIIII! Hari ini kita akan bermain air! Biar segar, para guru sudah menyiapkan beberapa kegiatan yang bisa buat kalian basah. Uuuu, nggak bawa baju ganti? Salah sendiri. Jadi kalian akan dibagi jadi dua baris, jalan turun ke sungai di bawah sana, ke air terjun tersembunyi di dekat sini. Air terjun? Iya, disini ada air terjun! Mau cepat kesana? Ayo bikin dua baris!"

Hello Lovenemy [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang