Chapter 9: Olimpiade

5.1K 197 25
                                    

Kemana nih yang masih baca? Kok semenjak revisi mendadak sepi? 😭








Akhir-akhir ini, Ran rasanya jadi lebih jarang melihat Jinan. Dan alasannya memang lebih jelas, karena olimpiade tingkat kota yang bakal diadakan sebentar lagi.

Meski baru sebulan di kelas sebelas, sekolah tampaknya tahu kalau mereka nggak bisa menyia-nyiakan kepintaran seorang pemuda berambut brunette itu.

Saat pagi, sebelum masuk kelas, pasti dia akan dipanggil entah oleh adik kelas yang diutus oleh guru, atau berinisiatif datang sendiri untuk latihan soal sebentar. Saat istirahat juga begitu. Kadang tak sempat makan, jadi dia harus menggunakan waktu pelajaran untuk melipir ke kantin sesaat. Dan meskipun jarang, ada kalanya pemuda itu tak kelihatan sama sekali tapi tasnya ada di kelas. Yang tidak tahu kalau Jinan anak Olimpiade pasti bakal mengira dia bolos.

Waktu dia bakal bisa beristirahat yang sungguhan istirahat sebelum terbebas dari latihan intens (ini bahkan baru tingkat kota) adalah waktu persami seangkatan yang rumornya bakal mulai menyebar surat edaran sekolah besok.

Suasana kantin sekarang sangat padat. Jam istirahat sudah dimulai sejak lima menit lalu, tapi para murid seakan langsung berteleportasi kesini. Semua tempat duduk sudah diisi, dan kebanyakan stan yang berjualan sudah memiliki antrian.

"Jinan sekarang sibuk banget, ya."

"Hm,"

"Matematika, kan, ya? Katanya sekelompok sama anak MIPA yang cantik itu? Siapa namanya? Irene?" Ran mengangguk-angguk saja meski tak tahu siapa yang dibicarakan Zahra. Dia lebih peduli pada perutnya yang lapar dan apa yang akan dia makan. "Bahaya tuh. Hati-hati ketikung."

"Daripada kalian bacot gitu mending cariin gue makan, biar gue yang cari meja."

"Siap nyai, galak bener." Alea terkekeh, menarik Zahra menuju stan bakso saat Ran berbelok berpisah dengan mereka menuju ke pojok kantin saat matanya menangkap ada satu meja yang kosong.

Dia duduk di kursi paling pojok, meletakkan sketchbook-nya diatas meja untuk menandakan kalau dia tak akan duduk sendiri. Setelahnya dia mengeluarkan ponsel.

Jinan (Sibuk/18yr) : kamu dimana?
Jinan (Sibuk/18yr) : Kok nggak ngajak kalo mau ke kantin?

Ran.A.C : ngajak siapa? tas lo? jelas-jelas lo langsung keluar begitu denger bel istirahat

Jinan (Sibuk/18yr) : cuma ambil latihan soal buat nanti sore kok. Kususul ke kantin kalo gitu.

Ran.A.C : y

Entah kenapa, Ran langsung mendongak memindai pintu masuk kantin. Seakan Jinan bakal langsung datang setelah mengirim pesan tak sampai lima menit.

"Ciye aku-kamuan sama Jinan. Ciye nyariin, ya?"

Cewek itu menoleh, menemukan Tama dengan roti bakar dan minuman di tangannya, mengejek dengan sinar mata jenaka. Tama duduk berhadapan dengannya, menyeruput minum saat mendengar balasan.

"Sok tau."

"HP lo masih nyala, bego. Mana terang banget kaya cahaya ilahi, siapa yang nggak bisa baca isinya?"

"DIH KEPO BANGET LO?!"

"Salah sendiri, lah," Pemuda itu tergelak, buat Ran langsung mematikan ponsel dan mengantunginya. "Omong-omong, akhir-akhir ini kelas rasanya damai gitu ya? Lo sama dia gak pernah berantem lagi, apalagi semenjak dia sibuk bolak-balik ngurusin olim. Udah hilang nih rasa bencinya? Udah diganti rasa kangen, nih?" Dia mengejek sambil tersenyum manis.

Hello Lovenemy [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang