Chapter 20 : One Who Grows Too Fast

3.8K 157 4
                                    

GUE GASUKA YA KARYA GUE DIMASUKIN DAFTAR BACAAN DENGAN JUDUL ANEH-ANEH. Rasanya kek anak gue dilabelin yang jelek-jelek. Bagi yang merasa, lo norak tau gak.

_____________________

"Gue suka sama lo, goblog."

Oh my God.

Adalah pikiran pertama Jinan saat rasanya jantungnya berhenti berdetak sesaat sebelum kembali berpacu lebih keras dari sebelumnya. Banyak kalimat lain yang berkelebat menyerang pikirannya, tapi yang paling menonjol adalah itu.

Pandangannya mengedar ke sembarang arah, meski batinnya bilang harus menatap mata Ran tepat untuk memastikan kalimat itu.

This is it. I'm definitely gonna marry this girl.

Batinnya berseru mantap, saat dia memikirkan kapan tepatnya Kirana Atharizz mulai menangkap atensinya dan membuat dia memikirkan hal-hal bodoh hanya untuk mendapatkan perhatian si cewek.

Mungkin awalnya saat kelas sepuluh. Saat waktunya dia memperkenalkan diri di depan kelas, dengan tawa gugup bilang yakin dan percaya diri bakal masuk kelas IPA unggulan yang bikin seluruh manusia di situ terkekeh. Kecuali satu cewek, yang hanya menatapnya dengan senyuman sopan sambil menopang dagu di atas meja.

Lalu kalimatnya menjadi template kalimat perkenalan murid lain setelah dia, kecuali cewek itu. Hanya Kirana yang bisa bilang dengan santai kalau dirinya tak peduli bakal masuk jurusan mana.

"Saya nggak masalah mau masuk jurusan manapun. Tiba-tiba dipindahin ke SMK jurusan Perhotelan juga terserah, yang penting nanti saya lulus dengan nilai baik dan bisa bekerja yang gajinya mencukupi buat saya hidup."

Bikin suasana kelas berubah hening. Si guru langsung mengalihkan ke murid lain cepat-cepat, tapi Jinan ingat lanjut menatapnya selama beberapa detik sebelum diinterupsi bisikan teman sebangkunya, Dino.

Lalu beberapa hari kemudian, kerja kelompok pertama, mereka satu kelompok. Ran dengan yakin menanyakan pendapat semua anggota kelompok termasuk dirinya, serta mengarahkan si ketua kelompok untuk memimpin. Bagi Jinan, si cewek tampak pintar. Dan berkarisma?

Mungkin karena masih kelas sepuluh dan beradaptasi, waktu itu Ran lebih banyak diam dan tak tampak galak seperti sekarang. Dia juga sigap, dan anehnya lebih banyak tersenyum di dekat Jinan.

Seperti satu kali keduanya menjadi salah satu penghuni kelas yang lebih memilih tidak berdesak-desakan menggencet nyawa sendiri di kantin.

"Lo nggak ke kantin?" Tanya Ran baru saja selesai menghapus papan tulis, menghampiri meja Jinan.

"Dibawain bekal." Jinan menunjuk kotak bekal berwarna biru yang diletakkannya di atas meja, bikin lawan bicaranya mengangguk paham. "Tapi minumnya lupa gue bawa."

Ran tak mengatakan apa-apa saat mendengar ucapan Jinan, keluar kelas begitu saja seakan tidak peduli. Tapi dia kembali lima menit kemudian membawa dua botol air dan meletakkan salah satunya di depan si pemuda.

Katanya, "Tenggorokan tetap terhidrasi dan tidak seret. Tapi sebagai gantinya gue nyicip bekal lo."

Padahal saat itu Ran hanya senang karena dikasih uang jajan lebih dan bekal Jinan berbau sangat harum sampai dia penasaran tapi sungkan bertanya. Jadi dia membelikan minum sebagai ganti mencicipi makanan.

Saat Nazha menjatuhkan tipe-x ke bawah meja dan Ran langsung menoleh untuk mengecek, entah kenapa Jinan langsung tahu kalau dia bisa menarik perhatian si pemudi lewat gerakan.

Hello Lovenemy [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang