Chapter 3

63.9K 3K 9
                                    

"Huft, akhirnya." ujar Hera karena telah berhasil menidurkan bayi tersebut.

Ia lalu teringat akan sesuatu. Ya, majikan baru nya menyuruh Hera untuk segera menemuinya di ruang yang terletak di lantai atas. Hera segera bangkit berdiri secara perlahan dan segera berjalan pergi meninggalkan kamar bayi tampan tersebut.

"Aku sangat heran, rumah ini megah tetapi tidak ada seorang pun di dalam nya. Dan mengapa terdapat banyak bodyguard di luar sana?" gumam Hera seraya menaiki anak tangga.

Setelah sampai di lantai atas rumah ini, Hera melihat sebuah ruangan yang ia yakini milik majikan nya tersebut. Ia lalu berjalan menuju ruangan itu.

Tok! Tok!

"Masuk saja." jawab pria tersebut dari arah dalam.

Hera menghembuskan napas. Ia lalu memutar kenop pintu dan segera memasuki ruangan tersebut.

"Duduklah." ujar nya kembali.

Hera mengangguk. Ia lalu berjalan menghampiri sebuah sofa dan segera duduk di samping majikan nya.

"Namamu Hera Maurine?" tanya nya.

"Iya pak. Nama saya Hera Maurine." jawab Hera seraya tersenyum ramah.

"Tidak usah memanggilku dengan sebutan pak. Namaku Nathan." ujar pria yang bernama Nathan tersebut.

"Tetapi saya tidak bisa karena-"

"Menurutlah." potong Nathan.

Hera terdiam. Ternyata pria di samping nya ini sangatlah garang.

Dan setelah itu, Hera pun mengangguk.

"Mengapa kau bekerja sebagai seorang baby sitter?" tanya Nathan.

"Aku menyukai anak-anak." jawab Hera seadanya. Ia tidak mungkin menceritakan nya secara detail.

Nathan mengangguk seraya tetap memandang wajah cantik Hera.

"Bukankah kau bergelar S2?" tanya Nathan.

Hera mengangguk. "Ya, tetapi itu hanyalah sebuah gelar."

"Maksudku, kau bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih layak dari ini." ujar Nathan.

Hera memang menyetujui pendapat dari majikannya ini. Tetapi apa boleh buat. Lagi pula ia menyukai pekerjaan baru nya ini.

"Tidak masalah. Lagi pula aku menyukai nya." jawab Hera seraya tersenyum.

"Menyukai apa?" tanya Nathan.

"Menyukai pekerjaan saya ini." jawab Hera.

"Tidak usah berbicara seformal itu, Hera." ujar Nathan.

"Tetapi saya tidak-"

"Menurutlah atau kau akan mendapatkan sebuah hukuman." potong Nathan.

Hera meneguk saliva nya dalam-dalam. Ia pun mengangguk. "Baiklah, akan kucoba."

"Bagus." ujar Nathan seraya tersenyum.

Bersamaan dengan itu, suara tangisan pun terdengar.

"Jordan." ujar Nathan seraya bangkit berdiri.

Hera mengernyitkan dahi. Tetapi ia pun bangkit berdiri dan segera berjalan lebih dulu.

"Oh, jadi nama bayi itu Jordan? Nama yang sangat bagus." gumam Hera pelan.

"Ya, aku yang memberikan nya." jawab Nathan yang tengah berjalan di belakang Hera saat ini.

Hera lantas terdiam. Ia tidak berani untuk menjawab nya.

Hera pun segera memasuki kamar Jordan. Dan benar saja, Jordan menangis.

Hera segera menggendong nya. "Kurasa dia haus."

"Berikan saja susu formula. Aku tidak mengerti cara membuatnya." jawab Nathan asal.

Mendengar hal tersebut lantas membuat Hera mengernyitkan dahi. Lalu, selama 7 bulan ini, apa saja yang diberikan untuk Jordan?

Hera memberhentikan pemikiran tersebut. Ia lalu membuat sebotol susu untuk Jordan seraya tetap menggendong nya.

Hera memang sudah terbiasa melakukan hal ini. Itu dikarenakan ia mempunyai dua sepupu kembar dan Hera selalu menjaga nya sewaktu ia duduk di bangku SMA.

Melihat hal tersebut membuat Nathan tiba-tiba tersenyum. Ia pun berjalan pergi meninggalkan kamar Jordan.

"Kau haus ya?" gumam Hera seraya memberikan Jordan sebotol susu.

Benar saja, Jordan segera meminum nya. Ia terlihat sangat haus.

"Apakah ayahmu tidak memberikan susu formula selama ini?" gumam Hera pelan. Ia tidak ingin jika Nathan kembali mendengar nya.

Hera terus menggendong nya sampai Jordan tertidur.

Dan tidak perlu waktu lama lagi, Jordan pun terlelap. Seketika Hera pun tersenyum.

Ia lalu membaringkan Jordan di tempat semula. Tidak lupa juga untuk mengambil botol susu tersebut.

"Jordan sangat mudah untuk tertidur." gumam Hera pelan.

Ia lalu beranjak pergi dari kamar Jordan.

"Hera." panggil Nathan. Pria tersebut tengah menyenderkan tubuh nya di dinding.

"Iya, pak?" jawab Hera.

"Pak?"

"Maksudku, Nathan." jawab Hera.

"Berapa lama shift mu untuk bekerja hari ini?" tanya Nathan.

Hera lalu melirik arloji nya. "3 jam lagi. Ada apa?"

"Menginaplah disini. Kami memerlukan mu." ujar Nathan.

Menginap?

"Aku? Menginap disini?" gumam Hera.

Nathan mengangguk. Tetapi sejak tadi wajah nya masih saja terlihat datar. "Ya, kau menginap disini untuk mengasuh Jordan. Mungkin aku akan kembali ke perusahaan setelah ini dan kembali pulang tengah malam nanti."

Hera tidak tahu apakah agen memperbolehkan nya untuk menginap disini. Lagi pula ini adalah hari pertama nya untuk bekerja.

"Tidak perlu khawatir. Aku sudah membereskan semua nya. Dan perlengkapan mu sudah tersedia di kamar itu." ujar Nathan yang telah berhasil membaca raut wajah bingung milik Hera.

Baiklah, apa boleh buat. Lagi pula ia menginap disini untuk sebuah perkejaan. Seketika Hera pun mengangguk. "Baiklah, aku akan menginap disini."

Nathan tersenyum tipis. "Lakukan pekerjaan mu dengan baik. Aku akan kembali ke perusahaan."

Hera mengangguk. "Baik, Pak Nathan."

Hera lantas menutup mulut nya.

Nathan yang mendengar hal tersebut hanya bisa menghela napas panjang. Apakah wajah nya setua itu?

Nathan pergi berlalu. Melihat hal tersebut lantas membuat Hera mengelus dada nya.

"Untung saja ia tidak marah karena aku salah menyebut nama nya." gumam Hera.

"Baiklah, ini demi pekerjaan dan juga Jordan." ujar Hera seraya kembali memasuki kamar Jordan.

Hera masih terheran dengan Nathan. Pria itu menjelaskan bahwa ia tidak bisa membuat sebotol susu formula untuk Jordan. Selain itu, ia juga tidak bisa meniduri Jordan.

Lalu, selama ini siapa yang mengurus bayi tampan yang tengah tertidur pulas itu?

Banyak sekali pertanyaan yang terdapat di benak Hera saat ini tetapi ia tidak mempunyai nyali yang besar untuk menanyakan semua itu kepada majikannya yang aneh tersebut.

Mungkin saja, ia akan tahu secara perlahan.

"Mama bilang, tidak baik jika kita terlalu penasaran dengan kehidupan seseorang. Bisa pamali." gumam Hera pelan.

Sampai saat ini, Hera memang selalu mengingat seluruh perkataan ibunya.

***

Nanny oh Nanny ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang