Chapter 12

46.5K 2.1K 10
                                    

"Jangan dengarkan ucapan Doris." ujar Nathan tiba-tiba.

Hera lantas menatap Nathan. "Tidak masalah."

"Maafkanlah dia jika semua perkataan nya telah membuatmu sakit hati." ujar Nathan. Ia lalu memasuki kamar sang putra. Tidak lupa juga untuk mengunci nya.

Hera menghela napas sejenak. "Sudahlah, aku memang pantas mendapatkan semua nya. Lagi pula aku ini hanya-"

"Sssstttt, kau tidak usah memikirkan itu semua. Jangan khawatir." potong Nathan seraya duduk di samping Hera.

Hera menunduk. Apakah yang ia lakukan selama ini salah?

"Jordan sudah tertidur?" tanya Nathan.

Hera mengangguk. "Ia sangat mudah untuk di asuh."

"Tidak mudah sebenarnya. Itu semua karena Jordan menyukaimu. Kau sangat lembut." jawab Nathan.

"Tidak juga." ujar Hera seraya terkekeh.

Nathan lantas menghela napas panjang. "Hera.."

Hera menatap nya. "Ada apa?"

"Aku-"

Bersamaan dengan itu, ponsel Hera berdering. Saat ini ia masih menggunakan ponsel lama nya. Lagi pula masih bisa digunakan, walaupun bagian belakang nya retak. Tidak masalah bagi nya.

Nathan memutar kedua matanya. Rencana nya untuk menyatakan perasaan kepada Hera gagal karena ponsel sialan itu. Nathan jadi berpikir bahwa ia sangat ingin membanting ponsel itu kembali agar menjadi hancur 100%. Tetapi ia urungkan semua niat nya.

"Halo, pa."

"Hera, bagaimana keadaanmu disana?"

"Aku baik-baik saja. Papa dan mama bagaimana?"

"Kami juga baik dan sangat merindukanmu."

"Hera juga. Kapan kalian akan datang ke Jakarta?"

"Entahlah, kau lihat saja nanti. Dan oh ya, apakah kau sudah mendapatkan pekerjaan baru?"

Hera membeku. Apa yang harus ia jawab?

"Sudah."

"Sungguh? Kau bekerja sebagai apa? Di perusahaan mana? Mungkin saja papa mengenal atasanmu."

Mungkin saat nya Hera harus mengatakan yang sebenarnya.

"Aku tidak bekerja di perusahaan mana pun saat ini."

"Lalu? Atau kau memiliki butik?"

"Aku seorang baby sitter."

Terjadi keheningan di antara kedua nya. Hera berharap bahwa tidak akan terjadi apa pun setelah ia mengatakan semua nya.

"Apa? Seorang S2 sepertimu bekerja sebagai baby sitter? Yang benar saja, Hera?"

Dugaan Hera ternyata meleset.

"T-tapi mencari sebuah pekerjaan di Jakarta sangatlah sulit. Dan lagi pula, aku menyukai anak-anak."

"Lupakan soal anak-anak untuk sementara. Mereka bukanlah anak-anak mu. Kau hanya diperkerjakan sebagai budak saja."

"Tapi pa, Hera sangat-"

"Besok papa akan menjemputmu. Kau harus kembali ke Australia. Bekerjalah di perusahaan papa."

Panggilan pun terputus. Hera lantas menghela napas panjang.

"Ada apa?" tanya Nathan.

"Mungkin hari ini adalah hari terakhir bekerja untukku." jawab Hera. Ia lalu meletakkan ponsel nya kembali.

Nanny oh Nanny ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang