Chapter 11

46.1K 2.1K 18
                                    

Setelah berhasil menidurkan Jordan, Hera lalu bangkit berdiri. Ia lantas berjalan pergi meninggalkan kamar tersebut.

"Nah itu dia." ujar Nathan dari lantai bawah.

Hera mengernyitkan dahi. Tetapi ia pun berjalan menuju lantai bawah.

"Namanya Hera. Jordan sangat menyukai nya." ujar Nathan. Ia mencoba untuk mengenalkan Hera kepada seorang wanita yang tengah duduk di samping Nathan.

Hera lantas melemparkan seulas senyum ramah kepada Doris.

Lain hal nya dengan Doris, ia terlihat tengah memandangi Hera dari ujung kepala sampai ujung kaki.

"Baiklah, kau boleh pergi." ujar Doris tak acuh.

Mendengar hal tersebut lantas membuat Hera mengangguk. Ia lalu berjalan pergi meninggalkan mereka berdua.

Doris lantas menatap tajam ke arah Nathan. "Itu yang kau sebut sebagai seorang pengasuh? Kau yakin?"

Nathan mengernyitkan dahi. "Apa maksudmu?"

"Dia bisa saja merampas seluruh kekayaan mu. Lihatlah gaya nya, melebihi seorang pengasuh pada umum nya." jawab Doris.

Nathan menaikkan sebelah alis nya. "Kau terlalu sering menonton film."

"Aku serius. Temanku telah mengalami nya. Jangan sampai itu terjadi kepadamu." ujar Doris.

"Kau tidak perlu khawatir." jawab Nathan.

"Aku tidak menyukai nya. Ia terlalu glamour." ujar Doris.

"Terserah." jawab Nathan.

Lagi pula ia telah mengetahui semua nya mengenai Hera.

"Mengapa kau terlihat santai?" tanya Doris.

"Lalu aku harus bagaimana? Bingung sepertimu? Khawatir seperti mu?" ujar Nathan seraya bangkit berdiri.

"Seharusnya kau pecat saja dia. Cari pengasuh lainnya." jawab Doris.

"Aku dan Jordan sudah terlanjur menyukai nya." ujar Nathan.

Doris membulatkan kedua matanya. "Apa maksudmu?"

"Mungkin aku mulai mencintai nya." jawab Nathan.

"Tidak tidak tidak. Kau tidak boleh mencintai seorang pengasuh seperti nya." ujar Doris.

"Memang nya kenapa?" tanya Nathan.

"Kau lihat pekerjaan nya, ia hanyalah seorang pengasuh saja. Tidak pantas untukmu. Kau bisa mendapatkan wanita yang lebih pantas dari nya." jawab Doris. Sifat diskriminasi nya mulai terlihat.

Nathan berjalan pergi meninggalkan Doris.

Doris menggerutu ketika melihat adik nya yang memiliki jiwa keras kepala seperti itu.

"Aku harus menemui pengasuh itu." ujar Doris seraya bangkit berdiri menuju ke arah dapur.

Nathan yang melihat Doris berjalan menuju ke arah dapur dengan ekspresi marah membuat Nathan mengikuti nya dari arah belakang.

"Hei kau." ujar Doris ketika melihat Hera yang tengah memasak.

Hera tersenyum. "Ada apa?"

"Kau tidak perlu berdandan seperti ini. Nathan tidak akan menyukaimu. Jangan mencoba untuk menggoda adikku." ujar Doris tiba-tiba.

Hera terkejut mendengar nya. "Apa maksudmu?"

Doris lantas tertawa sinis. "Tidak usah berpura-pura tidak tahu seperti itu. Aku sudah mengetahui semua nya dari Nathan."

Hera mengernyitkan dahi. Apakah Nathan mengatakan hal yang buruk tentang nya? Jika iya, maka Hera tidak bisa menerima hal tersebut.

Bersamaan dengan itu, terdengar suara tangisan dari Jordan.

"Maaf, aku harus menemui Jordan." ujar Hera seraya berjalan pergi dari tempat tersebut.

Doris menahan nya. "Tidak usah. Biar aku saja yang menenangkan nya."

Hera terdiam ketika melihat Doris yang berjalan pergi menuju ke arah lantai atas.

"Apa yang salah dariku?" gumam Hera pelan.

"Kau terlalu cantik." jawab Nathan yang tengah berdiri di ambang pintu dapur.

Hera menahan air mata nya yang akan siap membasahi kedua pipi nya saat ini. "Apa maksudmu?"

"Doris memang seperti itu. Ia akan terlihat sedikit jengkel ketika melihat seorang wanita yang lebih cantik dari nya." jawab Nathan.

Hera tidak tahu harus menjawab apa.

Bersamaan dengan itu, terdengar suara tangisan Jordan yang semakin menjadi-jadi.

"Ada apa denganmu? Mengapa kau tidak bisa diam?" ujar Doris kepada Jordan. Bocah itu terlihat tetap menangis.

Nathan menjadi iba melihat Jordan. Apakah selama sebulan penuh waktu itu Jordan selalu mendapatkan perlakuan yang sedemikian rupa?

"Biar aku saja yang menenangkan nya." tawar Hera seraya berjalan mendekati Doris.

"Tidak perlu. Kau bukan siapa-siapa kami. Jadi, mana mungkin Jordan akan terdiam." jawab Doris.

"Berikan Jordan kepada Hera." ujar Nathan.

"Tidak." jawab Doris.

"Berikan. Dia adalah anakku." teriak Nathan.

Doris terdiam. Ia lalu menatap sinis ke arah Hera seraya memberikan Jordan kepada Hera. Hera pun menerima nya. Ia lalu menenangkan Jordan seperti biasanya.

Tetapi ajaibnya, Jordan seketika terdiam. Ia lalu memeluk Hera seraya memejamkan kedua matanya.

"Aku akan menaruh nya di dalam kamar." ujar Hera kepada Nathan.

Nathan tersenyum lantas mengangguk.

Mereka berdua lalu menatap kepergian Hera.

"Apa maksudnya ini?" pekik Doris.

"Kau lihat sendiri bukan, ia adalah wanita ajaib. Jordan telah menyukai nya." jawab Nathan.

"Terserah. Yang terpenting, kau harus memecatnya segera karena sebentar lagi aku akan menjodohkan mu." ujar Doris.

Mendengar hal tersebut lantas membuat Nathan terkejut.

"Kau? Akan menjodohkan ku? Apa maksudmu?" tanya Nathan.

"Jordan juga memerlukan kasih sayang dari seorang ibu. Maka dari itu aku memutuskan untuk menjodohkan mu kembali." jawab Doris.

"Kau akan melihat ku duduk kembali di depan pengadilan." ujar Nathan.

"Aku yakin, pilihanku ini sangat tepat. Ya, walaupun aku belum melihat nya. Tetapi kau tenang saja, kita akan bertemu dengan keluarga dari pihak wanita besok." jawab Doris.

Nathan menggeleng. "Aku sibuk."

"Kau tenang saja. Aku bisa menyuruh mereka untuk mendatangi perusahaan mu itu." jawab Doris.

Nathan mendengus. Ia lalu berjalan pergi menuju kamar Jordan.

"Hei, aku belum selesai bicara." teriak Doris.

"Pulanglah. Aku akan beristirahat." jawab Nathan.

***

Nanny oh Nanny ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang