Hera duduk di hadapan Lucas dan juga Monica. Ia sangat gugup untuk saat ini.
"Jadi, apa benar pekerjaanmu sebagai seorang pengasuh?" tanya Monica.
Hera seketika membeku. Tetapi ia pun lantas mengangguk.
"Hera, apa yang ada di dalam pikiranmu? Mengapa kau menginginkan pekerjaan semacam itu?" tanya Lucas.
"Dan dimana kau bekerja?" tanya Monica.
Hera menghela napas panjang. "Aku sudah mengatakan nya bahwa aku ini menyukai anak-anak. Dan saat ini aku bekerja dengan-"
"Hera bekerja di perusahaan ku. Ia menjadi seorang sekretaris disana." ujar Nathan seraya berjalan mendekati mereka semua.
Lucas lantas menatap ke arah belakang nya. Seketika ia pun bangkit berdiri.
"Tuan Clavinsky?" ujar Lucas.
Nathan mengangguk. Ia lalu duduk di samping Hera.
Hera tertegun ketika Lucas mengetahui nama belakang Nathan. Bahkan dirinya saja tidak mengetahui nama belakang majikan nya ini.
"S-sedang apa kau disini?" tanya Lucas gugup. Bagaimana tidak, ia tengah bertatap muka kembali dengan sang billioner pujaan nya selama ini.
"Aku hanya berkunjung ke apartemen sekretaris ku. Itu hal yang wajar untuk seorang CEO dan sekretaris nya." jawab Nathan.
Hera tidak mengerti dengan jalan pemikiran Nathan saat ini. Tetapi untung nya saja pria di samping nya saat ini telah menyelamatkan nya dari berbagai pertanyaan yang siap dilontarkan oleh kedua orang tua nya tersebut.
"T-tetapi, Hera berkata bahwa ia tengah bekerja sebagai-"
"Hera berbohong. Ia memang menyukai seorang anak-anak. Maka dari itu, ia menyukai anakku dan Hera juga sering mengajaknya untuk menginap disini." potong Nathan.
Lucas mengangguk. Ia memang mengetahui sebuah fakta bahwa Nathan saat ini dalam status duda. Ia juga memiliki seorang anak yang berusia 7 bulan. Tidak dirinya saja, tetapi semua orang juga mengetahui nya.
"Jadi, kau berbohong kepada kami? Untuk apa, Hera?" tanya Lucas.
"Hera malu untuk mengungkapkan nya. Tetapi itu tidak akan menjadi masalah, bukan?" tanya Nathan.
Lucas mengangguk. "Tidak masalah. Kami akan merasa sangat bahagia dengan hal tersebut. Bukan begitu, ma?"
Monica mengangguk antusias. "Betul sekali. Kami akan sangat tersanjung jika putri kami ini bekerja denganmu."
Nathan tersenyum. "Terima kasih atas sanjungan kalian. Hera telah bekerja dengan sangat baik di perusahaanku."
Mereka berdua pun mengangguk antusias.
"Tunggu sebentar." ujar Lucas seraya bangkit berdiri. Ia pun berjalan menuju ke arah luar apartemen.
"Papa mu memang sangat sibuk dengan perusahaan nya. Apalagi ketika memulai kerjasama dengan perusahaan Clavinsky Company." ujar Monica.
Nathan lantas tersenyum. "Aku salut dengan nya. Ia mempunyai daya kinerja yang sangat tinggi."
Hera lantas menghela napas lega. Untung saja semua nya tidak terlalu buruk. Baiklah, setelah ini ia harus mengucapkan banyak terima kasih kepada Nathan.
Mungkin ucapan itu bisa Hera tunjukkan dengan menjawab mengenai perasaan Nathan terhadap nya.
"Baiklah, kalian semua tunggu disini. Aku akan segera kembali." ujar Lucas dari arah ambang pintu.
"Papa terlihat sangat sibuk." ujar Hera.
Monica mengangguk. "Begitulah. Tetapi ini belum seberapa. Kau harus melihat nya secara langsung di Australia nanti."
Bersamaan dengan itu, suara tangisan Jordan pun terdengar. Hera pun segera bangkit berdiri.
"Biar aku saja." sergah Nathan seraya bangkit berdiri. Ia lalu berjalan pergi meninggalkan mereka berdua.
"Anak siapa itu?" tanya Monica pelan.
"Anak nya Nathan." jawab Hera.
Monica mengernyitkan dahi. "Kau memanggil nya dengan sebutan Nathan? Apakah ia tidak marah jika mendengar nya secara langsung?"
Hera menggeleng. "Tidak. Lagipula ia sendiri yang menyuruhku untuk memanggil nya dengan sebutan Nathan."
Monica tampak senang. "Wah, itu berarti ia telah jatuh hati kepadamu. Asal kau tahu, ia akan sangat kesal ketika seseorang memanggilnya dengan sebutan seperti itu."
Hera mengernyitkan dahi. Apakah itu berarti ia sangat spesial bagi Nathan?
Tetapi Hera sedikit tidak mengerti dengan Monica. Mengapa ia tidak mengamuk ketika mendengar suara tangisan dari Jordan?
Apakah ia harus menanyakan nya?
Hera menggeleng pelan. Jika suasana nya telah membaik seperti ini, Hera tidak akan berani untuk mencari permasalahan dengan menanyakan hal tersebut.
Nathan terlihat menghampiri mereka berdua dengan menggendong Jordan.
"Wah, ia terlihat sangat menggemaskan. Siapa namanya?" tanya Monica.
"Jordan." jawab mereka berdua secara bersamaan.
Mendengar hal tersebut lantas membuat Monica tersenyum geli. "Oh, ini yang dinamakan jodoh rupanya."
Hera tersipu malu. Lain hal nya dengan Nathan, ia lantas terkekeh.
"Kelihatan nya, putri semata wayangmu ini pemalu." ujar Nathan.
"Tentu. Ia memang seperti itu ketika sedang disanjung." jawab Monica.
"Mama." rengek Hera.
Monica lantas tertawa. "Boleh ku menggendong nya?"
Nathan mengangguk. "Tentu." Ia lalu menyerahkan Jordan kepada Monica.
Monica menerima nya. Seketika ia sangat terkejut ketika melihat kedua mata Jordan. "Lihatlah, kedua matanya persis seperti mu, Hera."
"Tentu saja." jawab Nathan santai.
Hera lantas mencubit Nathan pelan, membuat pria tersebut meringis.
"Ada apa?" tanya Nathan pelan.
"Diamlah. Tidak usah banyak bicara." jawab Hera.
"Aku harus melakukan nya. Lagi pula mereka adalah calon mertuaku." ujar Nathan seraya terkekeh.
Hera hanya bisa menghela napas panjang. "Sabar Hera sabar."
"Ya, kau harus sabar menunggu acara pernikahan nya." jawab Nathan.
Hera tidak tahu apakah ia harus membunuh pria di samping nya ini atau memeluk nya.
Tunggu..
Untuk apa ia memeluk Nathan?
Seketika Hera pun tersenyum kecil. Mungkin ia telah mempunyai perasaan tersendiri terhadap Nathan.
"Kau tersenyum seperti itu karena tengah memikirkan anak kita nanti, bukan?" ujar Nathan.
Hera pun kembali mencubit nya dan membuat Nathan kembali meringis kesakitan.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Nanny oh Nanny ✔
Romance"Tidak ada seorang pun yang boleh menyentuh atau memilikimu selain diriku," bisik Nathan. "T-tidak. Aku hanya seorang pengasuh saja disini," jawab Hera gugup. "Sssttt, diam dan nikmati saja," ujar Nathan lalu mencium Hera kembali.