Oeekkk oeeekkk!
Terdengar suara tangisan Jordan. Hera lantas segera membuka kedua matanya.
Tetapi sebelum hendak beranjak dari posisi nya, seketika ia terkejut. Bagaimana tidak, posisi nya kali ini yaitu : Hera yang tengah memeluk Nathan dari arah belakang. Berbanding terbalik.
Hera lantas menepis semua itu. Lagi pula ia memang tidak sadar karena telah memeluk Nathan. Ia pun segera bangkit berdiri untuk menenangkan Jordan.
"Kembalilah berbaring. Biarkan saja anak itu menangis." ujar Nathan pelan. Tetapi kedua matanya masih terlihat tetap terpejam.
Hera mengernyitkan dahi. "Mungkin ia tengah bermimpi indah." Hera lalu menggendong Jordan dan mulai menenangkan nya.
"Aku sedang tidak bermimpi, Hera." ujar Nathan seraya membuka kedua matanya.
Seketika Nathan terdiam saat melihat Hera yang tengah menggendong darah daging nya.
Hera lantas memilih untuk memunggungi Nathan. Ia sangat takut untuk melihat wajah pria itu.
"Mengapa berbalik?" tanya Nathan.
"Aku takut jika Jordan terkena panas. Nanti ia silau." jawab Hera berbohong. Padahal saat ini baru pukul 6 pagi.
"Tidak ada sinar matahari. Lagi pula di luar sana tengah hujan." ujar Nathan seraya memilih untuk duduk.
Benar saja, terdengar bunyi rintik hujan dari arah luar. Mengapa Hera tidak mengetahui nya?
"Jordan sudah berhenti menangis. Lebih baik kau taruh dia kembali." ujar Nathan yang membuyarkan lamunan Hera.
Hera mengangguk. Ia lalu kembali menaruh Jordan di tempat semula.
"Dua jam lagi kau akan mandi. Bersabarlah." ujar Hera pelan.
Saat Jordan ditempatkan di tempat semula, seketika ia menangis kembali.
Hera sedikit terkejut. Ia pun segera menggendong Jordan kembali.
Melihat hal tersebut lantas membuat Nathan berdecak kesal. "Mengapa ia selalu menangis?"
Hera lantas menatap nya tidak suka. "Ini sangatlah wajar. Lagi pula Jordan sangat memerlukan kasih sayang dari orang tua nya, terutama kasih sayang dari seorang ibu."
Entah mengapa Nathan terdiam. Ia tidaklah takut dengan perempuan yang tengah menggendong anak nya tersebut, melainkan sangat takjub akan pemikiran dari nya.
"Kalau begitu, calonkan saja dirimu menjadi seorang ibu untuk Jordan." ujar Nathan santai.
Hera tidak membalas semua itu. Ia lebih memilih untuk menenangkan Jordan.
Nathan memutar kedua matanya. Ia lalu bangkit berdiri dan segera berjalan pergi meninggalkan mereka berdua.
Hera lantas menghela napas lega. Akhirnya pria aneh itu pergi dari sisi mereka.
"Kita aman sekarang." bisik Hera pada Jordan.
Tetapi seketika Hera terdiam. Ia teringat akan sesuatu.
Kapan ia bisa kembali ke apartemen nya?
Seketika hatinya menjadi bimbang. Di sisi lain ia sangat kasihan terhadap Jordan. Tetapi di lain pihak, ia juga mempunyai sebuah kehidupan yang harus dibangun. Hera pun menghela napas panjang.
Dan bersamaan dengan itu, Hera mengingat kembali perkataan yang di lontarkan oleh Nathan sebelum pria itu beranjak pergi.
"Lagi pula siapa yang ingin mencalonkan diri sebagai istri nya? Mungkin tidak ada." gumam Hera.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nanny oh Nanny ✔
Romance"Tidak ada seorang pun yang boleh menyentuh atau memilikimu selain diriku," bisik Nathan. "T-tidak. Aku hanya seorang pengasuh saja disini," jawab Hera gugup. "Sssttt, diam dan nikmati saja," ujar Nathan lalu mencium Hera kembali.