EPISODE 1

11.6K 474 22
                                    

꧁​꧋꧋꧋꧋꧋꧋꧋꧋꧋꧋꧇꧑꧇꧋꧋꧋꧋꧋꧋꧋꧋꧋꧋꧂

Mocca P.O.V

Sore itu, sepulang dari kampus aku langsung di jemput kawan baikku ke kost, namanya Arya. Lengkapnya Nararya Eka Rahardja, dia merupakan teman satu SMA, satu kampus, satu kelas, satu perjuangan, dan banyak lagi yang satu-satu lainnya, dan satu lagi, kami berdua satu divisi di Marching Band, yaitu divisi lowbrass. Bahkan, kita berdua memegang alat yang sama yaitu Euphonium. Kita sepertinya ditakdirkan untuk selalu bersama :).

Hari ini Arya agak cukup aneh buatku, tiba-tiba ia memaksa menjemput untuk berangkat latihan bersama, karena biasanya kita lebih sering berangkat sendiri-sendiri. Tanpa ba bi bu aku menerima tawaran tersebut. Lumayan tidak capek-capek nyetir, pikirku.

"Udah, Pangeran. Nggak usah cakep-cakep gitu lah" ucap Arya yang membuatku terkesiap saat sedang merapikan rambutku. Ia sedang berdiri ambang pintu kamar sambil menggeleng-gelengkan kepalanya memergokiku sedang merapikan rambutku serapi mungkin.

"Cuma sisiran doang, loh" timpalku.

"Ntar juga ketutupan topi. Udah buru" suruhnya agar cepat.

Tak lama, aku pun menyeretnya turun dan berangkat.

***

Sesampainya di lapangan, tepatnya di salah satu GOR di kampus. Aku melihat kondisi lapangan tampak masih lengang, walau sudah ada beberapa teman yang sudah datang. Aku, Arya dan beberapa teman yang lain bergegas mengambil alat di gudang seberang jalan. Semua peralatan Marching Band disimpan di sana.

Ini adalah bulan ke tiga kami latihan setelah penempatan alat pada para anggota baru. Kami sudah melewati latihan dasar, baik dari cara meniup, cara rollstep, beberapa sikap, dan lain-lain, serta melewati beberapa seleksi penempatan alat.

 Kebetulan sekali tahun ini akan dilaksanakan sebuah lomba Marching Band bertaraf Nasional yang akan dihelat di Ibukota, dan Unit kami sudah mendaftarkan diri untuk mengikuti perlombaan tersebut, tentunya kegiatan ini sangat menjadi sorotan dan didukung penuh oleh petinggi-petinggi kampus.

Sekitar 90-an orang yang akan mendukung dalam perlombaan ini. Cukup banyak memang mengingat ketersediaan alat cukup melimpah ruah jadi apa salahnya jika kita mengerahkan massa lebih banyak.

Aba-aba latihan pun mulai terdengar. Kami tinggalkan sejenak alat untuk briefing sebelum latihan dimulai. Bersikap siap dan berbaris rapi sejajar dengan divisinya masing-masing. Berhubung aku lumayan tinggi daripada yang lain, mau tak mau, aku harus berada di urutan terdepan sebuah barisan, bersebelahan dengan Arya yang tingginya hampir sama denganku. Setelah cuap-cuap basi dari pemimpin apel, kemudian datanglah pak Anom memasuki lapangan upacara. Mereka kebanyakan memanggilnya Kak Anom, tapi aku tetap kekeuh memanggil dengan panggilan Pak Anom.

Pak Anom adalah salah satu coach yang paling setia sepanjang abad di MB Universitas ini. Dari tahun ke tahun-menurut penuturan kakak senior-hanya pak Anom yang paling semangat jika di kontrak untuk melatih MB ini, entah alasannya kenapa. Pak Anom adalah ketua pelatih, namun juga khusus mengurus bagian Brass (bagian alat tiup), sementara divisi Perkusi (alat pukul) dan Color Guard (yang bawa-bawa bendera) sudah ada pelatih masing-masing.

Sesampainya pak Anom di belakang pemimpin apel, kemudian desas desus pun terdengar di telinga. Apalagi dua cewek yang di belakangku, Sisca dan Febri. Sudah mulai bercuap-cuap. Dua orang yang paling banter tahu gosip yang terjadi.

"Eh, katanya bakal ada asisten coachnya pak Anom loh" bisik Febri pada Sisca.

"Asisten coach? Gaya banget ada asisten segala" sahutku dalam hati. Tak lama setelah itu, mataku menyorot kepada dua orang laki-laki muda yang baru saja mengekor di belakang pak Anom. Kemudian pak Anom pun maju dan memberi sebuah pengumuman.

Pacarku, Pelatihku [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang