꧁꧋꧋꧋꧋꧋꧋꧋꧋꧋꧋꧇꧑꧐꧇꧋꧋꧋꧋꧋꧋꧋꧋꧋꧋꧂
-Mocca POV-
Langit malam ini tampak cerah, secerah hatiku. Perasaanku juga ikut ringan sekarang, seringan angin yang kini sedang menerpaku di jalan. Meskipun masih ada mendung-mendung sedikit tapi tidak apa-apa semua itu masih dalam batas wajar. Arya yang selama ini belum mengetahui kartu yang selalu 'ku sembunyikan dari banyak orang akhirnya pun tahu. Tapi dari kejadian itu banyak yang bisa kuambil. Yang paling mengesankanku adalah ternyata Arya tak berubah sama sekali kepadaku. Bahkan saat berboncengan seperti ini, ia tidak memberi jarak apapun walau aku sering duduk mepet punggungnya. Aku pikir dia akan jijik, ternyata tidak sama sekali. Ah aku sayang sekali dengan manusia satu ini.
Tak terasa kami berdua sampai di tempat tujuan. Arya langsung memarkirkan motor, sementara aku menerima sobekan kertas dari tukang parkir siluman yang tiba-tiba muncul begitu saja dari belakangku. Lalu kami memilih tempat duduk sekenanya, ada yang kosong kami duduki begitu saja.
"Selamat malam, kak, mau pesan apa?" seorang Waitress menanyai kami dari samping meja makan.
"Chicken Double satu, minumnya Jus Alpukat. Heh kamu apa?" ucapku beralih pada Arya yang masih sibuk membolak-balikkan daftar menu.
"Bentar-bentar"
Aku dan mbak-mbak Waitres pun menunggu dengan sabar.
"Double chicken juga deh," celetuknya kemudian, mbak-mbak Waitress dengan sigap menulis, "sama nasi satu, minumnya milkshake coklat" pungkas Arya sembari menyerahkan buku menu kembali.
"Udah gitu saja?" tanyaku.
Arya mengangguk.
"Tambah kentang goreng satu ya, mbak" tambahku.
"Baik. Jadi saya ulangi..." waitress mengulangi pesanan kami, kemudian berlalu ke dapur.
Selama menunggu, aku hanya memainkan ponsel, pun juga Arya melakukan hal yang sama setelah itu. Tiba-tiba Arya menyenggol kakiku di bawah meja. Lantas aku mendongak ke arah Arya,
"Apa nyenggol-nyenggol?" tanyaku.
Arya tersenyum tipis, "Siapa pacarmu sekarang?"
"Heh?!" Tiada angin, tiada hujan, mendadak pertanyaan Arya bak guntur yang memekakkan telinga. Aku terkejut atas pertanyaan yang dilemparkan Arya barusan. Seakan sudah tidak tabu membicarakan urusan asmara seorang homo.
"Belum punya" jawabku kaku.
"Masa?" Ucap Arya dengan tatapan tidak percaya.
Aku mengangguk pelan.
"Mantanmu? Eh, berarti Kak Gilang itu beneran mantanmu? Anak basket itu?"
Mendadak aku terbayang kakak kelas yang pernah menjadi kekasihku. Namanya Gilang, lengkapnya aku lupa, lebih tepatnya aku lupain. Putusnya dia denganku saat dia sudah jadi mahasiswa, dan aku tahu kalau dia selingkuh dengan teman kampusnya. Memang LDR itu berbahaya sekali, apalagi kalau pasangannya mudah tergoda. Sudahlah itu masa lalu.
Aku mengangguk.
"Gile! Nggak nyangka banget. Padahal aku lihat dia lurus-lurus aja"
"Sebutannya straight" celetukku,
"Hah apa tuh?"
"Ya kalo straight itu normal maksudnya" jelasku kemudian.
"Oh gitu, ilmu baru nih di dunia perhomoan" ucap Arya, "Terus abis itu? kok bisa?"
Aku mengangkat bahuku. "Ya Aku heran aja kok bisa aku dulu pacaran sama orang brengsek"
"Ya karena ganteng!" sahut Arya, "sekarang lagi deket sama siapa kamu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Pacarku, Pelatihku [Slow Update]
General FictionBercerita tentang seorang mahasiswa yang mencintai pelatih atau asisten coach UKM Marching Band yang ia ikuti di Kampus. Perasaan yang kuat, serta kehidupan dimasa lalunya masing-masing membuat mereka akhirnya saling terikat. . . . . . BOYXBOY Comeb...