EPISODE 5

6.4K 313 13
                                    

꧁​꧋꧋꧋꧋꧋꧋꧋꧋꧋꧋꧇꧕꧇꧋꧋꧋꧋꧋꧋꧋꧋꧋꧋꧂


Mocca POV

Ponselku berdering kencang memekakkan telinga. Nada dering dan juga getaran ponsel cukup membuatku terbelalak saat itu. Usai mematikan alarm, aku tidak langsung bangun melainkan duduk sebentar di atas kasur. Sesaat aku menyadari bahwa pagi ini rasanya tubuh sangat sangat ringan, seperti tak ada beban. Kejadian kemarin malam masih terbayang diingatanku pagi ini. Senyumku masih sempat terkembang membayangkan bagaimana asyiknya makan berdua kemarin. Ah semoga saja kita sering-sering seperti itu, ya. 

Beranda pemberitahuan di ponselku sudah berjubel menampakkan diri ingin segera dibuka satu persatu. Grup whatsapp kelas saat itu tampak ramai pagi-pagi, nampaknya ada sesuatu. sudah ada 43 pesan menumpuk di grup yang belum aku lihat. melihat dari percakapan teman-teman nampaknya ada kabar bagus, dan usai kugulirkan ke atas ternyata...

"Hari ini tidak ada dosen keduanya!"  pesan dari koordinator kelas.

Yes!!

Sontak aku bersorak kegirangan. Ya aku masih mahasiswa normal ya, yang selalu bahagia kalau tidak ada dosen. Tanpa ba bi bu lagi, aku merebahkan diriku di kasur sambil melirik Instagramku sebentar, scrolling Tiktok barangkali ada info-info menarik. Aku tak tahu harus berbuat apa lagi setelah itu, yang kulakukan hanya memandangi langit-langit kamar. ingin kupejamkan mata lagi tapi sayangnya mataku sudah terlanjur melek! sulit diajak merem lagi.

Sepertinya aku akan mencuci baju saja, tapi saat kulirikkan mataku ke keranjang baju kotor ternyata masih kosong. Mau main ke Arya juga nggak mungkin. Arya itu kalau sudah tahu nggak ada dosen, dia pasti tidur lagi. Nggak mau banget pokoknya diganggu jam tidurnya. Apalagi jam tidur siang kami sudah lumayan tersita oleh kegiatan Marching Band.

"Ke cafe kali, ya? tapi ngapain coba disana" gumamku. Aku berpikir lagi untuk kedua kali, apakah aku harus pergi dari kost atau ke cafe saja. Ya daripada menganggur juga sih, akhirnya aku memantapkan diri untuk ke cafe.

***

Kring.

Sebuah lonceng berbunyi ketika aku masuk ke dalam sebuah café milik ayahku. Saat ini sedang dikelola oleh kakak keduaku, Maro. Setibanya di dalam cafe, kusadari kondisinya sudah lumayan ramai. Padahal ku pikir tempat ini baru saja buka dua jam yang lalu.

"Pagi, mas Mocca!" sapa salah satu pegawai, namanya Ben. Biasa aku panggil Mas Ben karena dia lebih tua dariku. "Tumben mas kesini?" lanjutnya.

"Eh? Pagi mas Ben. Nggak tau, gabut aja di kost!" aku menjawab sapanya saat itu sambil ia membuatkan pesanan. Aku langsung melipir mendekati bar di depannya memperhatikan Mas Ben sedang sibuk kerja.

"Oh ya, Kak Maro sudah datang, mas?" tanyaku.

"Udah tadi, mas, tapi sekarang keluar lagi"

"Hmmm.. kuncinya dia yang bawa?"

"Sepertinya iya, tadi aku sempat lihat pak Maro main-mainin kuncinya di meja Bar tadi sebelum keluar"

"Owalah" keluhku. Padahal kalau kuncinya di tinggal, kan aku langsung naik ke atas.

"Mas tunggu saja disini" ucap Mas Benny sambil menunjuk sebuah kursi di belakangnya yang sering ia pakai untuk duduk istirahat.

Ide bagus, pikirku. Aku langsung melipir ke belakang meja bar dan duduk di belakangnya.

"Mau dibuatkan minuman apa?" tanyanya pelan.

"Nggak usah. Aku sudah bawa sendiri kok" jawabku. Perhatian sekali orang ini hehe.

Pacarku, Pelatihku [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang