EPISODE 2

9.2K 439 33
                                    

꧁​꧋꧋꧋꧋꧋꧋꧋꧋꧋꧋꧇꧒꧇꧋꧋꧋꧋꧋꧋꧋꧋꧋꧋꧂

Mocca P.O.V

Sebenarnya hari ini Sabtu, namun tak ada kata libur bagi kami, latihan tetaplah latihan. Berhubung ini weekend, jam latihan pun dimajukan dari jam tiga sore ke jam dua belas siang. Ah malas. Jujur, itu jam-jamnya matahari lagi gencar-gencarnya menyengat kulit.

Jam di tanganku sudah menunjukkan pukul 11.40, namun Arya tak kunjung datang menjemput. Aku cemas maka aku menelponnya, ternyata keterlambatan Arya karena ban motornya sedang bocor, dan sedang proses menambal. Ia memaksaku untuk berangkat lebih dulu agar bisa mengizinkannya kepada kepala lapangan karena ketelatannya.

Segera aku mengeluarkan motorku dan pergi berlalu dari kost. Sesampainya aku langsung berlari menuju ruang alat untuk mengambil alatku, sementara yang lain sudah berkumpul di lapangan akan mengadakan apel. Dan ya, Aku sudah terlambat.

Di ruang alat, kukira bakal sehening yang ku bayangkan ternyata masih ada beberapa anak CG yang baru mengambil alatnya, dengan segera aku mengambil alatku dan keluar dari sana.

Tidak sampai pada pintu sudah ada yang memanggilku,

"Mocca, Arya mana? Kok nggak sama kamu?" Tanya salah seorang anak CG bernama Sastya. Desas desusnya suka sama Arya.

Lantas aku berhenti dan memutar badanku, menjawab. "Oh, Arya bannya bocor kayaknya telat. Kenapa?" tanyaku kemudian.

"Ih, kasihan banget. Kenapa kamu tinggal dia?" tanyanya balik.

"Dia maunya begitu." jelasku.

"Hmmm aku tungguin Arya deh disini. Kalian duluan aja aku gak apa-apa kok" ucap Sastya menyuruh aku dan kedua temannya untuk berlalu meninggalkannya.

"Ini udah apel loh, sas!" sergah salah satu temannya.

"Iya udah, bilang aja aku telat. Sana buru ke lapangan" usir Sastya.

Setelah itu aku tak menghiraukannya lagi, aku bersama dua anak CG itu berjalan bersama keluar gedung dan sesegera mungkin ke lapangan. Aku langsung beringsut di barisan para orang-orang telat. Ada sekitar 12 anggota yang telat.

Lima menit setelah itu, aku melihat Arya  memarkikan motor di samping lapangan. Kami saling mengetahui satu sama lain, aku memberikan aba-aba untuk cepat-cepat dan hati-hati. Melihat aku baru saja mengatakan hal itu, Arya tiba-tiba diam

"Hati-hati kenapa?" gerak bibir mulut Arya bertanya.

Kupikir itu akan membuatnya lebih terlambat, maka aku mengaba-aba untuk segera pergi saja. Dalam hati ingin tertawa, membayangkan bagaimana terkejutnya Arya sudah di tunggu oleh Sastya.

Hingga pada pertengahan apel, ku melihat Arya berjalan hanya berdua saja dengan Sastya menuju lapangan sambil memasang wajah tak enak dilihat ia memasuki barisan. Selepas apel, kami melakukan pemanasan terlebih dahulu dengan berlari keliling lapangan sebanyak 12 kali seperti biasanya.

Saat aku sedang asyik berlari. Tak terasa ternyata Arya sudah berada di sampingku menyamai gerakan kakiku agar sejajar.

"Kamu kenapa? Kok wajahmu kayak seneng banget gitu" godaku.

Buuk. Arya menggempur badanku dengan tangannya.

"Seneng, mbahmu. Mimpi buruk, iya!"

Aku pun tertawa terbahak-bahak. "Kenapa sih? uang kamu habis buat nambal ban motor?"

"Bukan itu! Kamu kok nggak bilang ada Sastya di gudang?" gerutunya.

"Aku udah coba bilang tadi cuman nggak pas aja suasananya. Lagian Sastya yang inisiatif nungguin kok tadi bilangnya" bohongku.

Pacarku, Pelatihku [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang