EPISODE 12

5.1K 298 10
                                    

꧁꧋꧋꧋꧋꧋꧋꧋꧋꧋꧋꧇꧑꧒꧇꧋꧋꧋꧋꧋꧋꧋꧋꧋꧋꧂

-MOCCA POV-

Pak Anom saat ini sedang berdiri di depan barisan apel. Jika sudah demikian, bisa ku tebak tandanya akan ada pengumumam penting darinya.

Sesuai dugaanku beliau mengumumkan sesuatu, bersamaan dengan itu beberapa mulai berdiskusi masing-masing dengan sebelahnya.

"Penampilan? mau tampil maksudnya?" heranku sendiri.

"Iya, penampilan. Jadi di sela-sela kita lomba pasti ada saja yang menyewa MB buat penampilan sebuah acara, bilang saja jadi Guest Star." jelas kak Tety yang saat itu di sebelahku. "Ya selain sebagai penghilang jenuh, soalnya kita pasti keluar kota, bisa buat ongkos kita berangkat nanti" jelasnya lagi.

Aku hanya menganggapinya dengan mengangguk. "Iya juga ya, mana ada sih mau ikut kegiatan nggak pake biaya" gumamku sendiri.

Setelah pengumuman itu, pak Anom berbalik. Apel di bubarkan. Selain tetap belajar untuk lomba, selama seminggu penuh kami juga belajar lagi lagu baru yang memang khusus dipakai untuk penampilan. Lagu yang dipelajari tidak susah, tidak njelimet seperti lagu lomba ini.

H-1 penampilan. Tepatnya malam hari sebelum besok berangkat. Aku dan Arya beringsut ke dalam Ruang Baju untuk fitting kostum yang akan kami kenakan. Ini adalah kali pertama aku memasuki ruang kostum.

"Permisi" ucapku mendorong pelan pintu kaca di depanku. Sesaat setelah aku masuk, aku langsung dibuatnya terpana. Tak luput juga Arya yang hanya diam saja memandangi ratusan kostum yang tergantung rapi di sana. Mulai dari kostum monokrom hingga yang berwarna warni. Ada rak-rak baju yang membumbung tinggi hingga menyentuh plafon atas ruangan, disertai tangga guna mempermudah mengambil kostum-kostum tersebut.

Yang paling menyita perhatianku adalah sebuah kail derek yang dibuat mengangkat baju agar bisa sampai ke atas. Sementara orang yang sedang diatas tinggal menarik saja baju-baju yang sedang di derek tersebut agar di tata sesuai rak. Wah sudah sangat pro! Selain baju, ada juga sepatu yang berbagai macam modelnya, topi, bulu-bulu, sarung tangan dan berbagai macam aksesori untuk menunjang tampilan fisik para pemainnya. Aku akui, Marching Band ini benar-benar top markotop.

"Adik, sudah dapat kostum?" seseorang senior mengalihkan perhatianku.

"Belum, kak kita" sahut Arya.

"Heheh yuk sini ikut kakak, kalian ukuran apa biasanya?" tanyanya sambil terus berjalan.

Aku menyebut ukuranku L, sama dengan Arya dia juga menyebutkan ukurannya L. Diberikanlah baju pada kami sesuai ukuran kami. Aku pun langsung mencobanya di depan sebuah kaca yang alaihumgambreng besarnya, mungkin bisa di taksir dua meter kali tiga meter. Itu sudah bisa ku bilang besar.

Setelah kupakai nampaknya sudah pas di aku, dan sedikit lebih ganteng haha. Narsis. Tapi serius, setiap orang yang memakai baju seperti ini pasti auranya langsung berbeda daripada pakai baju kaos atau semacam kemeja begitu. Setelah itu aku mengikuti alur pengambilan baju, langsung berjalan di bagian pembagian sepatu dan seterusnya sampai akhirnya aku mendapatkan semua perlengkapan bajuku.

Berbeda dengan Arya, ia masih berada di bagian topi. Topi yang ada masih banyak yang kelolosan alias kegedan dengan kepala Arya. Sembari menunggu, aku berkeliling sebentar disana. Hingga mataku berhenti di dua kostum yang telah tergantung rapi dan wangi.

"Waah!" pujiku. Lalu seseorang senior berdiri di sebelahku, ikut memandangi kostum itu.

"Ini kostum untuk Drum Mayor dan Field Commander. Bagus, kan?" ucapnya. Aku menolah ke arah suara. Ternyata Kak Yogi, ketua di bidang kostum. Sepertinya ia meminta pendapatku juga makanya ia bertanya seperti itu.

Pacarku, Pelatihku [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang