EPISODE 19

4.7K 294 55
                                    

꧁꧋꧋꧋꧋꧋꧋꧋꧋꧋꧋꧇꧑꧙꧇꧋꧋꧋꧋꧋꧋꧋꧋꧋꧋

AUTHOR POV

Suara gemericik air pada kran wastafel mengucuri tangan Yogi kala itu. Bersamaan dengan itu derit suara pintu terdengar. Mata Yogi memandang dari arah Kaca di depannya, dan ia mendapati Mocca mendekatkan diri.

Mocca ikut membilas tangannya di sana. Terbesit di benak Yogi akan kehadiran Mocca di undangan traktirnya Bagus. Menimbang ini adalah kesempatan yang tepat, Yogi melempar pertanyaan,

"Kamu kok bisa tiba-tiba ikut makan sama coach Bagus?" tanya Yogi memulai percakapan.

"Oh itu, emang diajakin sih" jawab Mocca jujur.

"Terus Arya diajakin juga? kan dia nggak deket sama coach Bagus" tanya Yogi lagi. Yogi mempunyai pendapat bahwa yang Bagus undang hanyalah orang-orang terdekatnya saja. Terbukti yang diundang selain mereka ada dua teman dekatnya Bagus, yaitu Sendi, dan Pras.

"Ya sebenernya Arya yang nodong sih, kak. Terus disuruh berdua ikutnya" jelas Mocca lagi.

Yogi tampak mengangguk, Mocca dapat melihat wajahnya dari kaca yang ada di hadapannya.

"Spesial banget berarti ya kalian berdua sampe diajakin"

"Halah biasa aja. Justru Kak Yogi yang spesial, kan justru beneran diundang bukan nodong ikutan"

"Ya kalo itu sih karena emang aku deket sama coach Bagus." Jelasnya dengan nada yang terdengar bangga.

"Emang sedeket apa kak?" tanya Mocca yang ingin tahu.

"Ya, tiap hari pasti ada aja yang diobrolin" jelas Yogi.

"Lah, asyik dong" seru Mocca. Ia sudah selesai mencuci tangannya, kini ia menyambar tisu di sebelahnya untuk mengeringkan tangan. "Jadi kak Bagus mau ngapain aja tau ya? Kan ngobrol terus" lanjut Mocca lagi.

"Kebanyakan begitu" kata Yogi. "Kalo kamu sendiri sering ngobrol di chat, gitu?" Yogi menyambung obrolan lagi.

Mocca menggeleng, "Nggak sering juga sih. Kalo lagi ada butuh atau apa baru nge-chat"

"Sering keluar-keluar gitu sama coach Bagus?" tanyanya lagi.

"Yaelah kak, keluar sendiri aja hampir jarang, apalagi kalo diajak-ajakin..." Mocca menjeda ucapan, "tau sendiri kan di MB kayak gimana latihannya" pungkas Mocca kemudian.

"Ya curi-curi waktu mungkin kalo senggang?" tanya Yogi lagi. Kini ia sembari merapikan rambutnya di depan cermin sambil menunggu jawaban Mocca.

Mocca menggeleng. "Nggak sempet deh malah curi-curi waktu. Kalo kak Yogi pernah keluar bareng sama kak Bagus?" Mocca melempar pertanyaan.

"Pernah, ya kita sering ke tempat café favoritnya dia. Bahas-bahas latihan, atau cuma sekedar ngobrol" jawabnya. Ia masih setia merapikan rambutnya meski sudah rapi.

"Di mana tuh favoritnya?" tanya Mocca antusias.

"ada cafe di Jalan Samudra, depannya toko kue Hooky"

Mata Mocca berkedip cepat, ia tahu betul lokasi tersebut. Tidak lain dan tidak bukan, itu adalah Pleasure Cafe.

"Oh disitu. Itu cafenya emang asik sih buat ngobrol. Terus kapan ada cara ke situ lagi?"

"Besok lusa mungkin, udah janjian kemarin" Jelas Yogi.

"Mantab, kak. Kepercayaan Coach banget."

Yogi tiba-tiba mengulas senyumnya, "Iya dong."

Terdengar derap langkah kaki memasuki toilet. Keduanya terkejut mendapati orang itu masuk dengan terburu-buru.

Pacarku, Pelatihku [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang