BAB 46

28K 1.1K 11
                                    

"Keluarga ibu Marisa" ucap dokter Tiara setelah keluar dari ruangan tempatnya memeriksa Marisa.

"Saya dok" balas Rendra spontan. Rendra menghampiri dokter yang usianya sudah akhir kepala tiga tersebut. "Bagaimana kondisi istri saya dok?" Tanya Rendra dengan nada cemasnya.

"Istri anda kekurangan darah setelah melahirkan bayi keduanya istri anda langsung pingsan karena lelah istri anda juga kekurangan banyak darah, tapi untunglah kami masih memiliki stok darah yang sama dengan istri anda" jelas dokter Tiara pada Rendra.

"Tapi dia baik baik saja kan dok? Dia akan sadar setelah ini kan dok?"

"Ya, anda tidak perlu khawatir, saya juga sudah memberikan obat pada istri anda dan sebentar lagi istri anda akan dibawa keruang rawat biasa"

"Terimakasih banyak dok, uhmm ... oh ya dok bagaimana dengan kedua anak saya?"

"Oh kedua anak bapak akan dibawa keruangan anak oleh perawat. Untuk sementara waktu anda tidak bisa bertemu langsung dengan mereka, anda hanya bisa melihatnya dari kaca karena dikhawatirkan itu dapat mengganggu bayi yang lain juga" balas dokter Tiara.

Rendra menghela nafasnya lega. Syukurlah bayinya selamat dan istrinya juga selamat.

"Saya permisi dulu ya, kalau ada yang ingin ditanyakan anda bisa datang keruangan saya" ucap dokter Tia pada Rendra.

"Iya dok, sekali lagi terimakasih dok"

"Iya sama sama" ucap dokter Tia lalu meninggalkan Rendra.

Tak lama kemudian Rendra melihat istrinya dibawa oleh beberapa perawat. Dibelakangnya juga ada dua perawat yang menggendong dua bayinya.

Hendry, Risma, Joko, dan Diana tersenyum saat melihat cucu mereka dibawa keluar oleh perawat.

"Lucunya cucu mama" ucap Risma pada sang suami. Risma benar benar bahagia akhirnya ia menjadi seorang nenek setelah 4th menunggu Rendra dan Risa.

"Cucu papa juga ma" balas Hendry tak mau kalah dari istrinya.

Rendra tersenyum tipis melihat kebahagiaan kedua orangtuanya. Hatinya masih belum lega lantaran sang istri masih tak sadarkan diri juga.

Dengan langkah gontainya Rendra mengikuti perawat itu membawa istrinya kesalah satu ruangan VVIP dirumah sakit ini.

"Besok pagi kami akan melakukan pengecekan kepada ibu Marisa pak, nanti jika ibu sudah sadar bapak tolong langsung tekan tombol ini" ucap salah seorang perawat pada Rendra sambil menunjuk tombol yang berada diatas ranjang Marisa.

"Ya" balas Rendra singkat.

Setelah tiga perawat itu pergi Rendra memilih duduk dikursi samping ranjang istrinya. Rendra mengamati wajah damai istrinya saat tidur. Tangannya kirinya terulur untuk mengelus kepala Marisa.

Saat seperti inilah ingatannya membawanya menuju masa lalunya. Lebih tepatnya membawa Rendra menuju masa lalu kelamnya. Masa dimana ia menghianati sang istri karena tergoda oleh keseksian mantan sekretarisnya itu. Masa dimana ia sering menghabiskan waktunya ke club hanya untuk meminum alkohol. Masa dimana ia mengajukan syarat pernikahan setahun pada Marisa.

Rendra ingat betul setiap hal yang terjadi dalam pernikahannya dengan Marisa betapa bodohnya ia dulu menyia nyiakan wanita seperti Marisa demi seorang jalang seperti Angela mantan sekretarisnya.

"Maaf" ucap Rendra sambil mencium punggung tangan istrinya yang tertancap selang infus.

"Terimakasih sudah mewujudkan keinginanku" ucap Rendra sambil menatap wajah istrinya yang damai.

"Rendra maaf ya nak mama gak bisa nemenin kamu disini buat jaga Marisa. Mama mau pulang dulu ya sayang, inikan udah malem juga" ucap Risma membuyarkan lamunan Rendra.

Happiness After Gloomy [COMPLETE] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang