√DAVKA ~ 8

5.4K 682 54
                                    

"Davka!"

Davka yang baru saja datang dengan langkah lemah itu, langsung ditubruk dan dipeluk seerat mungkin oleh ketiga sahabatnya.

Siapa lagi mereka kalau bukan Shadengga.

Davka tersenyum hangat, bercampur haru. Di sinilah ia mendapatkan pelukan hangat, kasih sayang dan segalanya.

Kalau boleh, ia ingin waktu berhenti berputar. Sebentar saja, sampai ia benar-benar puas dan merasa cukup merasakan hangat pelukan ketiga sahabatnya.

Davka tak terlalu berharap lagi untuk berada di masa depan. Melihat senyum ketiga sahabatnya adalah yang sangat Davka suka. Menyimpannya di dalam hati, sedalam mungkin. Ia berjanji, tidak akan pernah lupa mereka. Mereka yang selalu menerbitkan senyumnya setiap waktu.

Mereka, si penyembuh luka dan pelipur sepi.

Entah dengan cara apa nanti Davka akan membalasnya?

"Davka ... lo dari mana aja sih? Kenapa lama gak nongol? Gak kangen apa sama kita?" celetuk Angga.

Davka memamerkan cengiran terbaiknya, "Aku ada urusan."

Shafa merangkul Davka tanpa mempedulikan tatapan sekitar, "Ya ampun, sok sibuk banget sih, lo? Sibuk apa, wei?"

Davka tahu, sudah seharusnya ia jujur kepada ketiga sahabatnya. Karena, ia tak tahu kapan ajal akan menjemputnya.

Davka mengerti, dosanya pasti sudah sangat besar kepada ketiga temannya. Ia selalu saja membohongi mereka dengan berpura-pura baik-baik saja. Padahal, ia tidak baik-baik saja.

"Ka, kantin kuy! Laper, sumpah." Angga merangkul bahu Davka, membuat Shafa mendelik sebal dan melepaskan rangkulannya pada bahu Davka.

"Aku engg—"

"Gak ada penolakan! Gue yang traktir pokoknya," potong Angga.

"Tapi aku—"

"Pokoknya hari ini dan besok-besok harus mau. Kalo enggak, gue marah!" Angga mengancam layaknya anak kecil, membuat Shafa dan Deon terkekeh karenanya.

Bolehkah jika sekali saja Davka menuruti keinginan teman-temannya? Sudah sejak lama ia ingin mengiyakan semua ajakan dari ketiga temannya yang tak pernah lelah mengiming-iminginya untuk ditraktir. Hanya saja, Davka selalu takut. Bagaimana jika umurnya tidak cukup sampai ia mempunyai uang untuk membayar semua yang telah ia rugikan dari ketiga sahabatnya itu?

"Pokoknya, lo pesen apa aja yang lo mau, gratis! Biar gue yang bayarin," ujar Angga.

"Kalo duitnya si Angga kurang, masih ada gue nih!" Deon menimpali.

"Gue juga ada," tambah Shafa. "Gampanglah, lo bebas mau pesan apa aja, pokoknya."

Terkadang, Davka berpikir. Apa sih yang membuat ketiga sahabatnya itu begitu niat untuk mentraktir dirinya?
Memang sih, ia sangat lapar. Terlebih lagi, beberapa hari ini ia hanya makan sangat sedikit makanan dan air. Perutnya itu juga berontak terus, tetapi ya mau bagaimana lagi? Namanya juga tidak ada apa-apa?
Ia bukan orang berada seperti ketiga sahabatnya. Dia miskin. Bahkan sangat-sangat miskin. Bahkan untuk makan saja, ia harus mencuri terlebih dahulu. Ya, walaupun mencuri di rumah sendiri, tetapi tetap saja yang namanya mencuri, tetaplah mencuri, bukan?

"Ka, lo mau makan apa?"

Davka tak tahu, makanan apa yang sedang ia inginkan saat ini. Sebab, semua makanan yang berada di kantin, sangat-sangat ingin Davka cicipi rasanya. Namun, ia cukup sadar diri karena tak memiliki uang untuk membayarnya.

"Terserah kalian aja," ujar Davka. "Aku nurut."

"Ya ampun, Ka! Kalo lo bilang begitu, gue pesenin semuanya deh, makanan buat lo," ujar Deon gemas.

"Iya, terserah kalian aja deh. Kan yang mau makan kalian."

"Lo juga mau makan, bege. Yaudah deh, gue pesenin mi ayam, gimana? Mau nggak?"

"Terserah kalian aja," ujarnya.

Kali ini saja, Davka ingin menikmati harinya. Kali ini saja, Davka ingin melanggar semua janjinya untuk tidak membebani orang lain. Karena Davka tak tahu, apakah ini hari terakhirnya menikmati hidup di dunia atau bukan. Bagaimana jika ini memang hari terakhirnya?

"Ka, nanti malem main yuk! Please, sekali aja," bujuk Deon sambil merangkul bahu sahabatnya itu.

Boleh kan, Davka menikmati hari ini?
Hari ini saja. Davka janji.

"Iya, boleh," putus pemuda itu pada akhirnya. Membangkang sekali saja, tidak membuatnya merugi di kemudian hari, bukan?

******
TBC.
071218
Revisi: 23.09.20

✔DAVKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang