"Ini kita ngapain ya, kira-kira diajakin ke sini?" tanya Deon penasaran. Ia kini tengah merebahkan diri di atas tempat tidur. Sementara Angga tengah berganti pakaian.
"Gak tau, gue," ujar Angga. "Gak mungkin juga deh, kalo om-om itu mau culik kita. Dia aja kaya raya begini."
"Iya sih. Tapi 'kan, aneh aja gitu ya. Tiba-tiba kita diajakin ke luar negeri, Belanda lagi. 'Kan kaget."
"Eh, si Shafa gimana, nih?" tanya Angga.
Deon mengangkat bahunya tanda tak tau. "Gak bisa dipake nih hape. Gak nemu jaringan."
"Yaiya, katrok."
Mereka tertawa. Hingga pintu kamar mereka diketuk.
Angga membuka pintu kamar itu, lalu muncullah seorang maid yang tersenyum kepada mereka. Angga dan Deon meneguk ludah, sebab ia tak mengerti bahasa Belanda. Namun, seketika keduanya menghela napas lega, saat maid itu melebarkan selembar kertas bertuliskan;
Tuan Davian meminta untuk kalian ke ruang makan.
Seketika, Deon dan Angga ingin tertawa. Sepertinya, maid ini menerjemahkan bahasa mereka, ke bahasa Indonesia. Terlihat dari bahasanya yang terlihat kaku.
Keduanya pun mengikuti langkah maid tadi dan ternyata, Shafa juga menyusul tak jauh dari mereka.
Ketiganya asyik saling tatap dan bertanya-tanya satu sama lain, tetapi sama saja, mereka tak tahu harus menjawab apa. Ketiganya malah membuat para maid menatap mereka dengan tatapan tak mengerti.
"SHADENGGA!"
Ketiganya mematung di tempat, mendengar kata itu disebutkan. Setahu mereka, hanya satu orang yang selalu memanggil nama mereka dalam satu kata begitu.
"DAVKA!"
Astaga. Mereka tidak bermimpi bukan? Ini Davka? Sahabat mereka, 'kan?
"Hai!" Davka dengan senyum manisnya, melambaikan tangan ke arah mereka.
Sontak, Shadengga berlari ke arah pemuda itu dan memeluknya. Membuat Davian dan Karina yang mengekor di belakang Davka, tersenyum haru.
"Davka! Lo ke mana aja, hah?! Gue khawatir, tau!" Shafa, gadis itu bahkan sudah menitikkan air matanya.
"Ah lo mah, Ka! Kenapa gak bilang-bilang sih, kalo mau pergi? Kenapa semuanya serba mendadak? Ngilang gitu aja, gak ada kabar berbulan-bulan! Gak asik lo!" Deon, berkata panjang kali lebar.
Angga juga ikut menitikkan air matanya, saat ia tak sengaja mendengar isakan Deon. "Gue kangen tau sama lo, Ka! Lo ke mana aja? Kenapa gak kasih kabar ke kita, hah? Kita cemas tau, cariin lo!"
Davka. Entah kenapa, hari ini perasaannya sangat-sangat bahagia. Melihat kembali ketiga sahabat yang mau menerimanya apa adanya. Melepas rindu yang sejak lama terpendam dalam dada. "Maaf," ujarnya pelan. Tanpa sadar, air matanya ikut menetes. Percayalah, Davka hanya makhluk lemah yang kadangkala, bisa menangis. "Davka kangen banget sama kalian."
"Kita juga kangen banget sama lo, Ka!"
Bahagia itu, terkadang memang sederhana. Melihat orang yang kita sayangi tersenyum saja, kadang sudah membuat kita bahagia. Sesimple itu. Begitu juga yang Davian dan Karina rasakan. Keduanya menatap haru, pertemuan antara putra mereka dan ketiga sahabatnya.
"Tau gini, dari dulu kita bawa mereka ketemu Davka ya, Pa?" bisik Karina, yang berada dalam rengkuhan Davian.
Davian mengangguk samar. "Tapi asal kamu tau aja. Mereka cerewet banget, serius! Kewalahan aku."
KAMU SEDANG MEMBACA
✔DAVKA
Teen FictionAll Right Reserved ©2018 Windarti Rahma Dani Start: 17 September 2018 Selesai: 28 November 2019 Revisi: 17 September 2020-23 September 2020