√DAVKA ~ 12

5.1K 565 56
                                    

Kehilangan. Setidaknya, itulah yang dirasakan oleh Shafa, Deon dan Angga sejak berbulan-bulan yang lalu. Davka mereka hilang tanpa kabar. Sedih, sudah jadi barang pasti. Mereka bahkan sudah mengerahkan segala waktu mereka untuk mencari Davka. Namun, nihil. Tidak ada hasil sama sekali.

Banyak yang bilang, jika Davka sudah pergi. Meninggalkan dunia, yang penuh dengan rasa sakit. Namun, ketiganya menolak untuk percaya. Mereka merasakan, jika Davka mereka, masih ada di sini. Hanya saja, mereka tak tahu, di mana pemuda itu.

Ketiganya, bahkan berhasil menemukan rumah yang Davka tempati waktu itu, setelah melalui proses panjang, bertanya ke sana ke sini. Namun, sayangnya rumah itu kosong. Tetangga bilang, kedua orangtua 'Davka' selama ini, telah dijebloskan ke dalam penjara, atas tuduhan penyiksaan dan kekerasan, terhadap anak di bawah umur. Sudah jadi barang pasti, jika itu adalah Davka.

Shadengga sungguh tidak menyangka. Keluarga yang selama ini Davka bangga-banggakan, ternyata mereka jugalah, penyebab Davka sakit. Penyebab Davka menghilang tanpa jejak selama berbulan-bulan ini. Lantas, ke mana Davka? Ke mana perginya pemuda itu?

*****

"Nak, makanannya dimakan dong, Sayang," ujar seorang wanita cantik yang memiliki senyum manis. "Masakan Mama gak enak, ya? Kamu gak suka? Mau Mama masakin yang lain?"

Pemuda itu menggeleng pelan. "E-enak, kok M-Ma," jawabnya terbata. Jujur, ia masih belum terbiasa menyebut 'Mama'.

"Kalo gitu, dimakan dong Nak." kaqli ini, suara laki-laki yang terdengar lembut di telinganya.

"I-iya, P-pa."

Jujur, dari lubuk hati terdalam. Pemuda itu sama sekali tak pernah tahu, apa dan bagaimana takdir Tuhan untuknya. Dipertemukan dengan dua orang ini, membuatnya merasa senang, sekaligus sedih dalam waktu yang bersamaan.

Senang karena pada akhirnya, ia bisa merasa hangatnya sebuah 'keluarga' yang selama ini ia impi-impikan. Sedih, karena harus terpisah dari sahabat-sahabatnya.

Davka Natanugraha, nama aslinya. Bahkan, Davka bisa melihat sendiri, nama itu terukir di atas akta kelahiran yang terlihat masih terawat dengan baik. Natanugraha. Bukan Neočekivano. Nama yang selama ini ia tahu adalah namanya.

Berbulan-bulan yang lalu, Davka tak tahu apa yang terjadi pada dirinya. Ia lupa beberapa hal yang terjadi dalam hidupnya. Saat ia terbangun dari tidur panjangnya, ia malah mendapati bekas jahitan di dadanya yang sudah mengering dan hampir sembuh. Bahkan sekarang, benar-benar susah sembuh.

Ia bingung. Bertanya-tanya dalam hati, atas apa yang terjadi padanya. Hingga dua orang datang memeluknya. Menciumnya penuh kasih sayang dan mengaku jika mereka adalah orangtuanya.

Awalnya, Davka sempat menolak percaya. Namun, semuanya sudah dibuktikan oleh tes DNA.

Satu hal yang membuat Davka lebih kaget lagi. Ia sudah menjalani operasi transplantasi jantung. Bayangkan saja! Transplantasi jantung yang sangat-sangat mustahil untuk dilakukan dengan segera, tanpa pendaftaran dan lain sebagainya.

Semua dilakukan di luar negeri. Davka tidak berani bertanya banyak. Bagaimana dan seperti apa prosesnya. Yang Davka tahu, ia sudah menemukan keluarganya kembali. Keluarga yang selama ini ia harapkan.

"Davka, sayang." Sang Mama, Karina, mengusap pucuk kepalanya penuh kasih sayang. Beliau sudah menjelaskan semuanya secara detail, kepada Davka. Membuat Davka ingin berteriak dan menangis menyalahkan takdir. Hanya saja, ia tak bisa. "Kamu mikirin apa, Nak? Bilang sama Mama, heum?"

Davka menggeleng pelan. "Gak apa-apa, Ma. Davka gak mikirin apa-apa, kok." Ia menunduk, "Davka cuma inget temen-temen Davka. Davka rindu sama mereka, Ma."

Davian Natanugraha sang ayah, hanya tersenyum. Ia mengecup dahi Davka dengan lembut. "Siapa mereka, Sayang? Bilang sama Papa. Biar Papa jemput mereka ke sini, heum?"

Davka mengerjap, "Jemput ke sini?" tanyanya. Sang ayah mengangguk. "Ke Be-Belanda?"

"Iya, Nak."

Ya, memang benar. Setelah Davka sadar dan dinyatakan benar-benar pulih dari operasinya, ayah dan ibunya memutuskan untuk mengajak Davka tinggal di Belanda. Putra mereka butuh suasana baru. Mereka tak mau, membuat Davka kembali sakit. Putra yang selama ini mereka cari dan rindukan, akhirnya kembali ke pelukan mereka. Jelas saja, mereka akan melindunginya sepenuh hati.

"Ta-tapi 'kan, mereka sekolah, Pa," ujar Davka. Sangat sulit sebenarnya, membiasakan diri memanggil 'Mama dan Papa'. Hanya saja, bukankah ini yang Davka harapkan? Memiliki keluarga yang menyayangi dirinya sepenuh hati?

"Itu urusan gampang, Sayang." Davian tersenyum, sembari mengacak pucuk kepala putranya dengan lembut. "Sebentar lagi 'kan, liburan semester di Indonesia. Jadi, nanti Papa bakal jemput mereka, buat dateng ke sini."

Davka menggigit bibir bawahnya. "Davka boleh ikut jemput, Pa?" tanyanya pelan. Ia sudah tahu jawaban sebenarnya. Hanya saja ... ya, begitulah.

"Biar Papa aja, Sayang. Kamu, sama Mama di sini. Siapin kejutan buat mereka, heum? Setuju?"

Akhirnya Davka mengangguk. Sudah sangat tidak sabar bertemu dengan ketiga sahabatnya. Sangat-sangat tidak sabar.

*****
TBC
150819
Publish: 160819
Revisi: 23.09.20

✔DAVKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang