-Apology-
Ketika aku berjalan, ada banyak sekali tumpahan dan tetesan air yang jumlahnya jamak.
Mereka menyerangku bertubi-tubi, tak peduli kapan akan berhenti.
Aku berlari menembus beribu tumpahan air itu hingga akhirnya aku harus berlindung pada sebuah tumpuan tinggi menjulang.
Kapan ini akan berakhir?
Aku harap, tumpahan ini berhenti secepatnya sampai aku dapat bertenu dengannya untuk kali terakhir aku bernafas.
***
Jinyoung bangun dari tidur malamnya kala itu.
Ia bermimpi buruk, amat buruk.
Sampai ia terbangun dari lelapnya bunga tidur.Ia menatap kearah luar jendela, hujan membasahi kaca jendelanya.
Ia menghela nafasnya sesaat sebelum merasakan pipinya yang basah.
Ya, ia menangis dalam mimpinya.
Ah tidak, bahkan menangis ketika ia bermpimpi.Jinyoung mengusapnya, perlahan kepalanya tertunduk lesu.
Bayangan akan mimpi tadi terlintas.Tidak.
Itu tidak boleh terjadi.
Jinyoung mengusap kasar wajah kantuknya, kemudian menatap kosong kearah depan.
"Haruskah aku menjelaskan semuanya pada Mingyu? Aku takut akan terasa berat untuknya"
*pip pip*
Jinyoung meraih ponselnya ketika bunyi di ponselnya menginterupsi lamunannya.
Mark :
"Sudah ada perkembangan, usahakan kau beritahu Mingyu secepatnya"
Jinyoung menghela nafasnya kasar. Mana mungkin bisa ia memberitahu Mingyu semudah itu.
Apakah kau tega mengatakan ibunya dirawat dirumah sakit karena mencoba melakukan bunuh diri.
Kenyataan yang bahkan Jinyoung sendiri tidak percaya, tapi faktanya memang begitu.
Menjadi rapuh dan mencoba untuk menghabisi diri sendiri, melawan kehendak maut.
Jinyoung merasa bersalah akan hal ini, selalu setiap saat seumur hidupnya."Maafkan aku, Sana. Selalu saja kau yang menderita karenaku"
***
Hari demi hari berlalu, pagi itu Jinyoung bersiap-siap akan ke sekolah.
Hari ini hari kelulusan kedua anaknya.Nampak cerah dengan stelan kemeja putih--celana bahan coklat dan sepatu kulit berwarna coklat gelap.
Ia mengecek jam tangannya, mungkin sudah agak terlambat tapi ia tetap melajukan mobilnya santai.
Sementara itu di sekolah...
"Ibu darimana saja? Aku mencari tadi"
"Hanya mengobrol dengan wali kelasmu, beliau mengatakan kau dapat kedua beasiswanya---jadi kau memilih yang mana?"
Wajah Tzuyu seketika muram. Entah mungkin ini efek baby blues atau memang memikirkan sesuatu.
"Ada apa?" tanya Nayeon mengusap lengan putrinya.
"Kalau aku pergi, bagaimana dengannya? Bagaimana dengan Mingyu?" terdengar nada khawatir disana.
Nayeon mengerti, Tzuyu sangat ingin bersama Mingyu disaat kehamilannya ini.
Tapi membantu mengejar impian putrinya adalah suatu misi terbesar dalam hidupnya, ia tidak ingin hal itu jadi sia-sia.
KAMU SEDANG MEMBACA
APOLOGY✓
Short Story"Maaf karna aku membuatmu menderita. Maaf karna aku menyakitimu. Maaf karna membuatmu menangis. Aku minta maaf" ⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐ Cast : TWICE Nayeon TWICE Tzuyu TWICE Sana GOT7 Jinyoung GOT7 Mark SEVENTEEN Mingyu Happy Reading 🖤