20. Epilog 🌈

480 32 5
                                    

-Apology-

"Yujin ayo sarapan!"

Kaki jenjang gadis tinggi berambut sebahu itu melangkah menuju ruang makan.

"Sekarang apa, Yah?"

"Hmm, sandwich?"

"Lagi?"

"Hehe maaf, hanya ini yang bisa ayah buat"

Mingyu tersenyum lebar, masih sama seperti dahulu.
Senyum konyol yang selalu ia tampak kan.

"Lain kali aku sarapan dirumah nenek saja" gerutu Yujin.

"Kenapa tidak bangun lebih pagi supaya kita bisa sarapan dirumah nenek heum?" tanya Mingyu, ada sedikit nada kesal disana.

Yujin hanya diam dan melahap sandwichnya dengan wajah cemberut.

"Sudah telfon ibumu?" tanya Mingyu, pria itu juga ikut duduk dan makan sarapan sederhana mereka.

"Sudah, tadi pagi. Panggilan video" jawab Yujin.

"Pantas tidak menjawab panggilan ayah"

"Ayah kalah cepat, memang ayah kan selalu lambat"

"Hey Park Yujin!"

"Aku sudah selesai, berangkat duluan ya ayah"

Yujin mengecup pipi ayahnya kemudian melenggang pergi.

"Dasar anak itu, semakin mirip ibunya"

Mingyu hanya bisa mengelus dadanya.






-Apology-

"Hey, kenapa menangis? Padahal aku baru bisa menghubungi mu"

Mingyu tersenyum pada layar ponselnya, dimana ia sedang panggilan video dengan Tzuyu.

"Aku hanya merindukan kalian" suara Tzuyu nampak sesenggukan sambil menghapus air matanya.

"Libur musim panas nanti aku dan Yujin akan kesana, kau jangan menangis begini. Aku malah tidak bisa tidur nanti"

Tzuyu sedikit tertawa, membuat Mingyu sedikit lega walau istrinya masih menangis.

"Yujin sudah tidur? Bagaimana kalian? Yujin bilang kau membuatkannya sandwich setiap hari"

Mingyu  tersenyum kemudian tertawa.

"Anak itu sudah sama persis denganmu, pulang sekolah ia hanya mengurung dirinya di kamar lalu ia akan keluar saat makan malam. Bahkan kemarin ia mimisan karena terlalu keras belajar"

Tzuyu tersenyum bangga.

"Berikan dia vitamin, sebentar lagi kan ia ujian. Kau harus lebih sering memperhatikan kebutuhannya. Kau ini bagaimana, apa aku harus meminta bantuan eomma setiap hari?" keluh Tzuyu.

"Ck kau ini. Terus saja mengomeliku, aku lelah punya dua wanita yang cerewet. Apa aku harus mencari wanita lagi saja?"

"Mau mati?!"

Mingyu tertawa mendengar suara Tzuyu yang marah padanya.

"Omong-omong, kau tidak penasaran kabar ayahmu?"

Tzuyu tak menjawab, ia hanya diam.

"Hey ayolah, ini sudah berapa belas tahun berlalu. Kau tidak ingin melihat orangtuamu bahagia? Selama ini mereka menahan perasaan mereka demi dirimu. Khususnya ayah"

Tzuyu lagi-lagi hanya diam.
Mingyu menghela nafasnya, selalu memahami kondisi istrinya.

"Yasudah, kau tidur lah. Aku harus mengerjakan sesuatu lagi"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 18, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

APOLOGY✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang