Part 4. Naik Pitam
Ternyata bisa marah juga dia
---🖤🖤🖤---
Keesokan harinya, Someone bangun pagi-pagi agar tidak terlambat keesekolah karena ia akan mendaftar sekolah.
Ia memakai celana jeans berwarna hitam serta kaos yang berwarna senada dengan bawahannya dan mengambil clutch hologramnya.
Setelah itu ia keluar dari kamar."Ayo berangkat. Nanti telat." Akhirnya Someone bisa bernafas lega setelah ia mendapati Auxi sudah siap dengan seragam SMA-nya.
"Sebaiknya anda sarapan dulu, Nona," ucap Auxi ala-ala pelayan yang kemudian membuat Someone tertawa.
"Apaan sih kamu?"
"Jangan ketawa gitu, hati aku jadi deg-degan," ucap Auxi mendramatisir sambil memegangi dadanya.
Someone meninju pelan pundak Auxi. "Lebay."
Akhirnya mereka turun ke bawah untuk sarapan dan setelah sarapan mereka langsung berangkat ke sekolah.
*
Selama perjalanan menuju ruang Tata Usaha, banyak pasang mata yang memandangnya. Ada tatapan kagum, iri, dan sebagainya. Namun Someone berusaha tetap cuek, walau sebenarnya ia juga risih.
Someone terus berjalan sambil sesekali memainkan ponselnya, bukannya ia tidak memperhatikan jalan tapi ia terlalu malas menjadi pusat perhatian sehingga ia hanya melihat kaki Auxi sambil sesekali memainkan ponselnya.
Brukk
"Aww."
"Makanya jalan itu pake kaki! Mata dibuat jalan!" Semprot seseorang yang berada di depan Someone.
"Loh kok jadi kamu yang di depan aku?"
"Mana gue tau!" jawab laki-laki itu ketus.
"Aduh Auxi mana lagi? Kok aku ditinggal sendirian?" tanya Someone pelan pada dirinya sendiri namun masih didengar laki-laki itu.
"Eh, bentar deh. Lo cewek kemaren kan?"
"Kamu yang nolongin aku kemaren kan ya? Nama kamu siapa?"
"Emang harus banget lo tau nama gue?" Lelaki itu menaikkan kedua alisnya.
"Aku kemarin ditanyain sama tante aku, siapa yang nganterin aku pulang?"
"Trus?"
"Ya aku bilang kalo aku lupa nanya namanya."
"Oh." Lalu laki-laki itu pergi.
"Eh-eh. Kok pergi?"
"5 menit lagi bel masuk. Gue mau balik ke kelas."
"Bantuin aku dong, please." Someone ingin segera pulang rasanya, ia malas jika harus mencari Auxi yang nantinya pasti membuatnya menjadi pusat perhatian.
Laki-laki itu menaikkan salah satu alisnya menunggu kalimat selanjutnya yang akan diucapkan Someone.
"Bantuin aku daftar sekolah."
"Nyusahin aja sih lo. Kemaren pingsan di jalan, sekarang daftar sekolah aja gak bisa sendiri," ucap laki-laki itu sebal.
Someone menundukkan kepalanya. "Yaudah deh kalo nggak mau bantuin. Maaf nyusahin kamu terus."
Someone hendak membalikkan tubuhnya sampai akhirnya ada sesuatu yang menghentikan langkahnya.
"Jevon."
KAMU SEDANG MEMBACA
Someone [Completed]
Teen Fiction#1 in Someone for a month Cerita ini bukan tentang si ceria yang mencintai si dingin. Cerita ini juga bukan tentang seseorang yang akhirnya menikah dengan seorang CEO kaya raya. Aku yakin beberapa dari kalian pasti pernah mengalami setidaknya satu...