3. Luka Lama

181 73 4
                                    

Before That
By
A.N/AN

~Saat kebenaran pahit menghancurkan harapan kecil nan manis, apa yang harus kulakukan? Dengan apa caraku menyatukan keping-keping hatiku yang telah hancur?~

||Luka Lama||

🍃🌸🍃

AZKA menghela napas berulang kali. Lagi-lagi, teriakan itu selalu terdengar. Teriakan saling menyalahkan yang berasal dari kedua orangtuanya. Mereka tidak pernah absen untuk bertengkar. Ada saja penyebab mereka bertengkar. Dari hal sepele, sampai masalah rumit yang tidak Azka mengerti.

Azka pun baru pulang dari sekolah beberapa menit yang lalu. Namun, pertengkaran kedua orangtuanya membuat Azka tidak betah berlama-lama di ruang tamu dan langsung menuju kamarnya. Bahkan, Azka belum makan apa pun dari tadi pagi.

Sayup-sayup, Azka mendengar Sheila—ibunya—berkata tentang masa lalu yang telah Arka—ayahnya—lakukan. Sepertinya sangat fatal sehingga menyebabkan semuanya semakin berantakan.

Bukannya Azka tidak peduli dengan keluarganya. Dia hanya lelah menghadapi sikap kedua orangtuanya yang tidak pernah mau mengerti perasaannya. Azka ingin seperti anak-anak lainnya. Dia ingin mempunyai keluarga yang harmonis, seperti teman-temannya.

“JANGAN SALAHKAN AZKA ATAS APA YANG KAU PERBUAT!”

Terdengar teriakan Sheila, disusul teriakan Arka yang tidak kalah kuat.

“AKU TIDAK MENYALAHKANNYA! AKU MENYAYANGINYA, SHEILA!”

Azka mengacak rambutnya frustrasi. Ini bukanlah keinginannya. Tujuh tahun yang lalu, Azka masih merasakan hangatnya kasih sayang kedua orangtuanya. Walaupun waktu itu, Arka baru menampakkan dirinya setelah Azka berusia tujuh tahun dengan alasan, Arka mempunyai urusan penting di luar negeri.

Azka memaklumi dan mereka hidup dengan tenang selama satu tahun. Di tahun berikutnya, Azka masih sangat ingat apa yang menimpa keluarganya. Ingatan itu begitu membekas, memberikan luka tak kasatmata yang benar-benar merusak hati dan jiwanya.

“Di mana Arka Reikal?”

Terlihat beberapa pria berjas hitam berdiri di depan pintu rumahnya. Azka kecil yang ketakutan bersembunyi dibalik kaki ibunya.

Sheila melirik ke arah Azka dan mengelus surainya dengan sayang. “Arka tidak ada di sini,” ucapnya memberi jawaban. Berharap pria-pria menyeramkan itu segera meninggalkan mereka.

Tentu saja mereka tidak langsung percaya dan memeriksa ke dalam rumah. Namun, nihil. Arka benar-benar tidak ada di rumah itu.

Dengan takut-takut, Azka menarik ujung baju Sheila, membuat atensinya beralih ke arah Azka.

“Ma, Papa kenapa? Kenapa mereka nyariin Papa? Papa salah apa sampai dicariin orang-orang serem?” Rentetan pertanyaan itu Azka keluarkan.

Sheila menggeleng pelan dan mengisyaratkan Azka untuk tetap diam dan bersembunyi di belakangnya.

“Nyonya, jika Arka Reikal kembali, tolong katakan padanya, temui Mr. Theonal segera.”

Sheila mengangguk sebagai balasan. Lalu sekelompok orang berjas hitam itu pun pergi meninggalkan rumah Azka dengan beberapa mobil yang terparkir di pekarangan.

Sheila berjongkok di depan Azka. Entah kenapa, air matanya tiba-tiba saja mengalir. Mengetahui jika mungkin ini adalah akhir dari kebersamaan mereka.

𝙱𝚎𝚏𝚘𝚛𝚎 𝚃𝚑𝚊𝚝 (𝙿𝚛𝚎𝚚𝚞𝚎𝚕 𝚘𝚏 𝙱𝙱𝙾𝙶𝚂?) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang