11. Nadira Theonal

123 70 30
                                    

Before That
By
A.N/AN

~Mati. Aku tidak takut. Yang paling kutakutkan hanya satu, kau meninggalkanku sendirian di sini. Perlahan ... aku mati~

~Tolong berjanjilah padaku. Walaupun kutahu, janji ada untuk diingkari, tetapi tetaplah menjadi orang yang kukenal~

||Nadira Theonal||

🍃🌺🍃

“TUNGGU!”

Gadis kecil itu berbalik sambil berkacak pinggang. Bibirnya dimanyunkan beberapa centi sebagai tanda kalau dia sedang merajuk.

“Kak Nadira lambat!”

Nadira tersenyum hangat. Gadis kecil bernama Elif ini adalah temannya. Satu-satunya teman yang dia punya. Mereka memiliki selisih umur sekitar dua tahun. Namun, umur bukanlah masalah dalam pertemanan mereka.

“Sabar, Elif. Kaki Kak Nadira sakit.”

Elif terlonjak dan segera menghampiri Nadira yang mendudukkan dirinya di kursi taman bermain sekolah.

“Kenapa kaki Kak Nadira sakit?”

Nadira tersenyum ketika mendengar pertanyaan polos yang dilontarkan Elif.

“Kemarin Kak Nadira jatuh, tapi lukanya gak parah, kok.” Nadira memaksakan sebuah senyuman lain terbit di wajahnya. Hatinya dihinggapi rasa bersalah karena berbohong pada gadis kecil di depannya.

Elif memegang kaki Nadira yang dibungkus perban dan mengelusnya sayang.

“Kaki, cepat sembuh, ya. Biar nanti Kak Nadira bisa main lagi sama Elif.”

Liquid bening tiba-tiba saja menggenangi pelupuk mata Nadira. Hatinya sakit. Dia sama sekali tidak menginginkan perpisahan ini.

“Elif ....”

Suaranya pun terdengar bergetar sekarang. Elif menoleh dan tersenyum lebar memperlihatkan giginya yang tanggal beberapa buah.

“Kalau Kak Nadira pergi, Elif jangan sedih, ya.”

“Loh, memangnya Kak Nadira mau ke mana? Elif ikut!”

Nadira menggenggam kedua tangan mungil Elif dan menatap lekat ke arah mata hazel indah itu.

“Gak bisa, Elif. Kak Nadira perginya jauh banget. Elif gak bisa ikut.”

Elif menggeleng dan melepaskan genggaman Nadira. Matanya menatap kecewa sekaligus marah ke arah lawan bicaranya itu.

“Kak Nadira egois! Katanya gak akan ninggalin Elif, tapi apa buktinya? Kak Nadira bohong!”

“Bukan gitu, Elif. Kak Nadira pasti ke sini lagi, kok! Kak Nadira janji pasti ke Lampung lagi. Elif mau 'kan nungguin Kak Nadira?”

Elif mengangguk ragu.

“Besok kita masih ketemu lagi, 'kan?”

Nadira mengangguk yakin dan tersenyum tulus. “Kita pasti ketemu lagi, Elif.”

“Benar? Bohong dosa, lohhh ....”

𝙱𝚎𝚏𝚘𝚛𝚎 𝚃𝚑𝚊𝚝 (𝙿𝚛𝚎𝚚𝚞𝚎𝚕 𝚘𝚏 𝙱𝙱𝙾𝙶𝚂?) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang