Extra 1: PULANG

141 41 14
                                    

Before That
By
A.N/AN

~Aku kembali. Membawa luka dan kesakitan. Aku menapaki tanah yang sama denganmu berpijak, tetapi aku sama sekali tak punya nyali menatapmu~

||Pulang||

🍃🌺🍃

MATANYA bergelora menatap tempat yang sudah sangat lama ditinggalkan. Namun, gelora itu memudar. Tergantikan dengan pandangan sukar tanpa celah.

Ingatannya memaksa masuk untuk memutar memori lama yang sempat terkubur jauh di dalam lubuk hatinya.

“Azka ....”

Satu nama itu terucap. Sebenarnya, gadis itu tidak pernah absen memimpikan cowok bernama Azka Reikal yang dengan kurang ajarnya selalu menghampiri malam-malam buruknya. Menyapa dengan kelewat riang dan tertawa di atas penderitaannya.

“Aku merindukanmu.” Celia bergumam pelan di tengah keramaian Bandara Soekarno-Hatta kala itu.

“Celiana?”

Menarik diri kembali dari lamunan, Celia melihat seorang pria paruh baya menyapanya dengan hangat.

“Selamat siang, Celiana. Saya temannya Andrean, pamanmu. Beliau menyuruhku untuk mengantarkanmu selamat sampai tujuan.”

Celia tersenyum canggung dan membungkuk sembilan puluh derajat. “Terima kasih banyak, Paman.”

“Tidak perlu sungkan. Ayo, saya antarkan.”

Celia terdiam. “Bolehkah saya diantarkan ke suatu tempat terlebih dahulu?”

Dengan senyuman secerah matahari, pria paruh baya itu mengangguk. “Tentu saja.”

Akhirnya mobil sedan keluaran lama itu berhenti di area pemakaman. Celia melangkahkan kakinya dengan ragu dan meminta pria paruh baya itu menunggunya sebentar.

Hujan?

Celia menadahkan tangannya menangkap butiran kristal air. Merasakan dinginnya air hujan yang menusuk pori-pori.

Sebenarnya dia tidak ingin ke sini, tetapi entah mengapa hatinya memberontak untuk sekadar memberikan salam jika dia telah kembali ke tempat ini. Di mana semua rasa sakit hatinya membekas sampai ke akar.

Namun, lagi-lagi langkahnya harus terhenti karena melihat objek yang selama ini dihindarinya berdiri mematung di depan nisan bertuliskan nama 'Anggun Theonal’. Dia tidak sendirian. Ditemani oleh orang asing yang tidak dikenali siapa identitasnya oleh Celia.

“Nanti Kak Elios sakit.”

Entah mengapa, Celia refleks bersembunyi dibalik pohon beringin yang dilihat dari mana pun tampak angker.

Celia melihat cowok yang sepertinya seumuran dengannya itu terus-terusan mengajak Elios berbicara. Namun, hanya ditanggapi beberapa.

“Kak Elios, ayo main hujan!”

“Jangan gila, Milo. Kau bahkan tidak melihat kondisi di mana kita berada sekarang.”

Tanpa mengindahkan ucapan penuh sarkastis milik Elios, Milo melempar payungnya ke udara dan membuat dirinya dibanjiri oleh hujan rintik-rintik.

“Hujan ini menyusahkan. Namun, aku sama sekali tidak membencinya.”

Merasa Elios tidak akan bertanya alasan dia tidak membenci hujan, Milo melanjutkan ucapannya tanpa peduli Elios akan mendengar atau tidak.

𝙱𝚎𝚏𝚘𝚛𝚎 𝚃𝚑𝚊𝚝 (𝙿𝚛𝚎𝚚𝚞𝚎𝚕 𝚘𝚏 𝙱𝙱𝙾𝙶𝚂?) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang