13. Pencarian Tak Berujung

117 46 15
                                    

Before That
By
A.N/AN

~Aku hanyalah manusia biasa. Aku hanyalah satu di antara berjuta-juta manusia yang mencintaimu dalam diam~

||Pencarian Tak Berujung||

🍃🌺🍃

“MAU ke mana, Dek?”

Azka menutupi wajahnya dari Pak Supri. Padahal sudah jelas dia naik motor ninja yang selalu dipakainya ke sekolah. Tentunya Pak Supri kenal betul siapa orang dibalik helm itu.

“Dek Azka?”

Beberapa detik berlalu dalam keheningan. Tiba-tiba saja Azka membuka helm dan menarik tangan Pak Supri dengan tampang memelas.

“Pak, izinkan saya bolos, dong!”

“Heh! Kamu ini gimana, sih, Dek! Masa orang mau bolos diizinkan bolos!”

“Aduh, ini genting buangeeettt, Pak! Hayuk atuh kasih saya izin. Nanti saya gak ngajak Pak Supri makan mi pedes lagi, lho!” ancam Azka sambil menaikturunkan alisnya.

Pak Supri galau sekarang. Jika dia izinkan Azka pergi, kalau terjadi apa-apa padanya, pasti dia yang kena. Tetapi, kalau tidak dibiarkan pergi ....

“Ehem!”

Pak Supri memejamkan matanya sejenak sambil mengintip sedikit. Azka menunggu dengan sabar. Untung Pak Supri, coba kalau orang lain, sudah Azka tendang pantatnya.

“Ini masih jam sekolah, tidak seharusnya seorang siswa berkeliaran. Apalagi siswa itu sendiri yang bilang dia mau bolos.”

Azka merasa tersindir dengan ucapan Pak Supri.

“Setidaknya saya jujur kali, Pak!”

“Terus, dia ingin saya membuka gerbang sekolah untuknya, mimpi apakah anak itu semalam?”

Azka kesal. Benar-benar kesal sekarang. Dengan asal dia menjawab,

“Saya mimpiin Bapak lagi kerokan pake garpu taman! Jadi intinya saya boleh keluar atau enggak, Pak?!”

Ini namanya Celia keburu mati sebelum diselamatkan.

“Nah, soal itu ... silakan aja. Kamu boleh keluar.”

Azka percaya dia adalah orang yang sabar. Sangat sabar.

“Bhay!”

Azka segera menggas motornya setelah Pak Supri membuka gerbang sekolah. Tujuannya adalah STM sebelah SMA Petra. Beberapa menit kemudian, Azka sampai di sekolah STM yang sepinya mengalahkan kuburan. Bukan karena siswanya sibuk belajar di kelas, melainkan karena siswanya sibuk tawuran diberbagai tempat.

Azka mengeluarkan handphone-nya dari saku celana dan mendial nomor Petra. Tentu saja dia sudah mendapatkan nomor Petra dari Tora.

“Tsk!”

Azka berdecak karena panggilannya tidak diangkat sama sekali.

“Woi Azka!”

Azka terdiam sejenak dan mencari dari mana asal suara yang memanggilnya samar-samar. Setelah mencari-cari, dia tetap tak menemukan siapa pun. Tubuhnya tiba-tiba saja merinding.

𝙱𝚎𝚏𝚘𝚛𝚎 𝚃𝚑𝚊𝚝 (𝙿𝚛𝚎𝚚𝚞𝚎𝚕 𝚘𝚏 𝙱𝙱𝙾𝙶𝚂?) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang