7. Sakit

148 62 22
                                    

Before That
By
A.N/AN

~Pernah sakit, tapi tak pernah sesakit ini~

||Sakit||

🍃🌺🍃

MUNGKIN ini adalah hari tersial bagi seorang Azka Reikal. Pasalnya, tiba-tiba saja dia terserang demam sehingga mau tak mau dia harus absen sekolah hari ini.

Azka bukanlah tipikal anak yang tidak akan ke sekolah karena masalah sepele. Azka berandalan, hanya saja dia tetap ingat harus pergi ke sekolah walaupun jarang sekali mengikuti atau menyimak pelajaran yang diajarkan oleh guru.

Sudah cukup kelakuannya yang minus, jangan sampai nilainya juga ikutan minus. Azka memang tidak pernah mendapati peringkat sepuluh besar.

Mustahil katanya.

Namun, berkat absensinya yang sangat jarang, membuat nilainya sedikit terbantu. Maksimal, Azka mendapat peringkat lima belas tahun lalu. Pencapaian yang lumayan memuaskan karena sekalipun ia tidak pernah belajar.

Sangat berbeda dengan Elios yang tidak pernah tergeser dari peringkat satu paralel. Disusul oleh Milo diperingkat kedua. Rata-rata nilai mereka pun hanya beda satu atau dua angka.

Azka itu ... pas-pasan.

"Aish!"

Azka berdecih dan bergelung di dalam selimut tebalnya. Hidungnya tersumbat dan badannya panas. Dia benci saat sakit karena tidak bisa melakukan apa pun.

Sejurus kemudian, Azka bangkit dari kasurnya dan segera berjalan ke kamar mandi. Dia bosan jika harus tidur-tiduran. Tidak bermanfaat. Lebih baik berkelahi dengan beberapa orang.

Terdengar bunyi shower yang menyala menandakan sang empunya sedang mandi. Ya, Azka mandi walaupun dia tahu, dia sedang sakit.

Beberapa menit kemudian, Azka keluar dari kamar mandi saat jam baru saja menunjukkan pukul sembilan pagi.

"Bosan!"

Azka mengacak surai basahnya dengan frustrasi. Sehari di rumah itu bagaikan di neraka, baginya. Tidak ada siapa pun yang bisa dia ajak bicara. Sepi.

Azka segera menyambar kunci motornya setelah memakai kaus oblong dan celana training hitam. Peduli setan dengan kondisinya yang sedang tak baik, ia ingin pergi dari sini.

Azka segera berjalan menuruni tangga. Keadaan rumah tampak sepi tidak berpenghuni. Seperti inilah biasanya. Hanya ada pembantu yang disewa untuk membersihkan rumah.

"Den Azka!"

Langkah Azka terhenti dan ia segera berbalik. Cengiran itu ia perlihatkan saat melihat Bi Rasih-pekerja lama di rumahnya-memanggil.

"Mau ke mana, Den? Bukannya kamu lagi sakit?"

Azka menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Dia tidak tega membohongi Bi Rasih yang selama ini merawat dan menyayanginya lebih daripada orangtuanya sendiri.

"Azka mau cari angin, Bi." Lagi-lagi Azka menyengir.

Bi Rasih menggelengkan kepalanya. "Gak bisa, Den. Kamu lagi sakit, nanti sakitnya nambah parah."

𝙱𝚎𝚏𝚘𝚛𝚎 𝚃𝚑𝚊𝚝 (𝙿𝚛𝚎𝚚𝚞𝚎𝚕 𝚘𝚏 𝙱𝙱𝙾𝙶𝚂?) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang