[9] semakin membaik

2.6K 196 0
                                    

/pengertiannya yang berbeda, mampu menjelaskan pesan alam yang memberi kabar baik untuk kita/

Sepertinya, hari ini memang harinya Fakhira untuk berbahagia. Setelah mendapatkan perhatian lebih lagi dari Alan untuk mengantarkannya pergi ke kampus, Fakhira pun mendapatkan kabar gembira dari kawan satu fakultasnya bahwa dosen yang bertugas memberikan pelajaran di jam terakhir tengah ada halangan dan tidak bisa hadir.

Meskipun di jam pertama hingga empat jam ke depan Fakhira telah dibuat pusing oleh pelajaran yang berhubungan dengan uang, bank, utang, dan berbagai istilah lainnya yang berhubungan dengan akuntansi. Tapi dirinya cukup bahagia karena tak ada pemberian tugas di akhir jam pembelajaran. Jadi, Fakhira masih bisa bernapas dengan lega menikmati hidup di dunia.

Namun, mengingat jam masih menunjukkan pukul satu siang, Fakhira memutuskan pergi ke kantin kampus untuk membeli minuman dingin di sana. Awalnya Fakhira hanya berniat untuk membeli minum lalu pergi, tapi ketika dia melihat keberadaan Widia terduduk di salah satu bangku kantin, dia memutuskan untuk menghampiri sahabatnya itu.

"Lagi nunggu jam kelas ya, Wid?" tanya Fakhira sembari mendaratkan bokongnya di atas bangku panjang, tepat di depan Widia yang tengah berkutat dengan laptopnya.

Widia mengalihkan pandangannya pada Fakhira sembari mengangguk. Menyeruput kopi dingin di samping laptopnya sembari memejamkan mata sesaat. "Lo udah kelar jam kelasnya?" tanya Widia sembari menaruh kembali gelas kopinya ke atas meja.

"Sebenarnya masih ada satu jam lagi sih seharusnya, tapi dosennya berhalangan. Katanya sih ... istrinya melahirkan."

Widia kembali mengangguk dan beralih lagi pada layar laptopnya. Rasanya tak sopan jika harus mengabaikan lawan bicara di depannya jika Widia harus tetap berkutat dengan layar laptopnya. Kecuali jika dalam keadaan darurat, tapi nyatanya tak ada hal serius yang Widia kerjakan di laptonya. Hanya melihat-lihat kembali hasil design-nya yang baru selesai beberapa hari yang lalu. Widia memutuskan mematikan laptop dan menutupnya.

"Kok tumben nggak langsung pulang?" tanya Widia.

Fakhira menggeleng dengan seulas senyum kembali menghiasi kedua belah bibirnya. "Nunggu jemputan."

"Bukannya tante Lisa pulang sore, ya?"

"Ya emang sore."

"Oh gue tahu," ujar Widia sembari mengangguk-anggukkan kepalanya. "Nunggu ojek atau taksi online, ya?"

Fakhira menggeleng lagi masih dengan seulas senyumnya. "Gue itu nunggu kak Alan, dia mau jemput gue soalnya. Bahkan dia mau ngajak gue makan siang, makanya gue cuma pesen minuman dingin aja," ucap Fakhira sembari memperlihatkan botol minuman dingin di tangan kanannya.

"Wuah, serius lo? Bagus dong kalau gitu?"

Fakhira membuka botol minuman dan diteguknya sebagian. Mengangguk dan menopang dagu dengan telapak tangan kanannya. Fakhira benar-benar tak bisa melepaskan senyum itu dari bibirnya. Bahkan ketika dia mengedarkan pandangannya ke arah lain, mata dan bibirnya selalu menandakan kebahagian.

Di satu titik yang Fakhira perhatikan, di tengah bangku-bangku kantin yang ada, sepasang muda-mudi yang tengah duduk berhadapan entah mengapa menyita perhatian Fakhira. Gadis yang terduduk itu terlihat memanyunkan bibirnya dan memandang tak suka pada pria dengan wajah tulus yang duduk di hadapannya.

"Liatin apa?" Karena tersadar dengan perubahan raut wajah Fakhira, Widia penasaran dan mengikuti arah pandang sahabatnya itu. "Ngapain liatin mereka?"

"Lo kenal?" tanya Fakhira sembari melipat kedua tangan di atas meja.

"Mereka Vita sama Riko anak fakultas seni, cuma kayaknya jarang satu kelas sama gue. Tapi gua kenal mereka. Emangnya ada apa?"

Komunikator (Completed) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang