/jika ingin menetap, aku meminta tolong perbaikilah. jika ingin menyudahi semuanya, tolong kembali pikirkanlah/
✓
Salah satu alasan Fakhira ingin pergi ke Bandung selain rindu dan teringat dengan keluarga ibunya, alasan lainnya adalah dia sedang ingin menghindari seseorang. Seseorang yang mungkin saja akan datang menemuinya. Seseorang yang jika Fakhira melihatnya, dia merasa sangat sulit untuk kembali berpaling darinya.
Namun, alasan kepergiannya tiba-tiba saja datang menghampiri keberadaannya kini di Bandung. Dengan tanpa terduga dan tanpa sedikit pun tanda.
Dengan langkah yang begitu hati-hati, Fakhira kembali menghampiri meja makan itu dan duduk di samping Lisa. Tempat yang cukup jelas untuk melihat keberadaan Alan yang kini terduduk di samping Famela. Fakhira berusaha keras untuk tak memandang ke arah pria itu sedikit pun. Dia sedikit duduk menyamping sehingga dapat melihat wajah Lisa dari samping dengan jelas.
Fakhira mencubit kecil paha Lisa sehingga tantenya itu sedikit meringis dan menolehkan pandangannya pada Fakhira. Karena terlalu paham dengan maksud Fakhira, Lisa dengan cepat mengucapkan kata, "Bukan aku." Tanpa suara dan hanya dengan gerakan mulutnya.
"Kira, itu teman dokter kamu ... namanya Alam, ya?" tanya Elang sembari melirik keberadaan Alan dan juga Fakhira bergantian.
"Alan, Opa, bukan Alam," jawab Fakhira.
Elang mengangguk sembari masih memberikan tatapannya pada Alan yang duduk cukup jauh dari tempatnya. "Alan itu yang kerja di rumah sakit ayahmu 'kan, Kira?"
Meski dengan pertanyaan itu sedikit membuat Fakhira tak nyaman, tapi dia tetap menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. "Iya, Opa."
"Sekarang masih kerja di sana, Lan?" tanya Fazar yang kini ikut mengalihkan pandangannya pada Alan.
"Masih, Om," jawab Alan dengan singkat dan selalu diiringi dengan senyuman ramahnya.
"Masih sama Fakhira juga?" tanya Fazar, lagi.
"Masih juga, Om."
"Hah?" Jawaban yang begitu tak terduga direspons dengan sangat tak bisa dipercaya oleh Fakhira dan Lisa. Mereka berdua sama-sama membulatkan mata sembari saling berhadapan. Anehnya, meski mereka berdua telah berekspresi seperti itu, Alan tetap santai terduduk di tempatnya tanpa menghilangan senyum ramahnya itu.
"Oh, baguslah kalau begitu. Langgeng-langgeng deh, ya." Fazar tersenyum menggoda pada Fakhira yang kini mulai tidak nyaman duduk di atas kursinya.
"Kakak dokter ganteng itu ... pacarnya Kak Kiya?" tanya Chika yang langsung kepo dengan perbincangan barusan.
"Iya, Chika Sayang. Jangan cemburu, ya," ujar Famela sembari mengacak rambut adiknya itu.
Semua anggota keluarga di ruangan itu tentu saja tersenyum menggoda pada Fakhira yang kini terlihat sangat salah tingkah.
"Alan sengaja ke sini atau emang kebetulan lagi ada kunjungan ke Bandung?" tanya Hanaya yang ikut mengalihkan pandangannya pada Alan seperti yang dilakukan Elang dan Fazar.
"Sengaja, Tante, aku mau ketemu Fakhira," jawab Alan masih dengan senyum ramahnya.
Hanaya mengangguk-anggukkan kepalanya dan beralih melirik Fakhira dengan senyum menggodanya. Fakhira hanya balas tersenyum canggung dan tak hentinya memainkan ujung kaos yang dipakai Lisa karena dia merasa sangat gugup berada dalam posisi seperti ini.
"Kira ...." Moza berbicara sembari menolehkan pandangannya pada Fakhira yang terlihat jelas tengah menyembunyikan wajahnya di samping Lisa.
"Iya, Oma?" tanya Fakhira.
KAMU SEDANG MEMBACA
Komunikator (Completed) ✓
RomanceSeri #1 Komunikasi A New Story by Kazzalisa ©2018 "Maintain good communication, why not?" Hati adalah penentu untuk sebuah rasa yang tak bisa dielakkan. Ketika hati mencinta, masa lalu entah mengapa selalu ikut andil di dalamnya. Tak akan pernah tah...