/keadaan selalu terasa serba salah ketika semua yang terjadi memang tercatat salah di mata dunia/
✓
"Astaga! Kamu kenapa?"
Nada bicara khawatir dari Lisa adalah hal pertama yang Fakhira dapatkan saat dirinya membuka pintu rumah pada saat hujan di luar sana baru saja reda. Karena Fakhira terlalu lama berada di bawah air hujan, matanya memerah dan rambutnya yang basah masih terlihat begitu kentara. Tentu membuat Lisa dengan segera beranjak dari sofa dan membalut tubuh basah Fakhira dengan handuk berwarna merah muda yang telah berada di tangannya.
Entah dari mana Lisa tahu Fakhira akan basah karena air hujan, tapi perlakuannya yang begitu siaga membuat Fakhira merasa diinginkan. Terlepas dari kejadian sebelumnya yang membuat Fakhira sangat merasa dikucilkan, suasananya saat ini terasa sedikit lebih menguntungkan.
Dengan gerakan yang terlihat lambat, Fakhira melepas tas selempangnya dan dibiarkan menggelantung di cekalan tangan kanannya. Melirik sekilas keberadaan Lisa dan menunduk. Menyembunyikan bagaimana matanya terlihat sangat tidak bahagia.
"Aku hanya ingin istirahat," ucap Fakhira dengan suaranya yang terdengar purau. Tentu membuat Lisa bertambah khawatir akan hal itu.
"Mau aku buatkan sesuatu?" Lisa mengangkat kembali kedua tangannya. Meletakkan keduanya di atas pundak Fakhira.
"Aku ingin tidur," ujar Fakhira dengan berusaha kembali mengangkat wajahnya. "Kalau ada yang cari aku, tolong bilang aku nggak mau diganggu."
Dengan kalimat yang baru saja Fakhira lontarkan, entah dorongan dari mana air matanya meluncur begitu saja. Seakan memberitahu bahwa dirinya sedang tidak baik-baik saja.
Lisa menatap Fakhira dengan tatapan yang semakin melembut. Mencoba untuk masuk ke dalam tatapan menyakitkan yang sedari tadi tak bisa Fakhira sembunyikan.
"Kamu sebenarnya ada apa?" Kedua tangan Lisa beralih mengelus rambut panjang Fakhira dan berdiri di sampingnya. "Aku nggak mau kamu memendam kesedihan sendirian aja."
Fakhira tak kuasa menahan diri untuk tidak menyandarkan kepalanya di lekukan leher Lisa. Matanya terpejam sembari menahan isak tangisnya yang kembali menjadi. Mencoba menyembunyikan kesedihan yang terlihat sangat jelas dalam pandangan Lisa sendiri.
Semenjak kepergian Angela dalam hidup Fakhira, Lisa tahu alasan kebahagiaan dalam hidup Fakhira hanya ada Alan seorang. Lalu untuk alasan kesedihannya, tak akan lepas dari masalah yang sedari dulu tak kunjung usai sampai saat ini.
Dengan gerakan yang sangat melambat, Fakhira mengangkat kembali kepalanya dan memberanikan diri menatap manik mata Lisa. "Aku mau istirahat dulu, Tante."
Dengan langkah yang begitu gontai, Fakhira melangkahkan kakinya pergi. Masih dengan tas selempang yang berada di tangan kanannya. Punggungnya pun terlihat begitu rapuh hingga Lisa berpikir bahwa sewaktu-waktu Fakhira akan runtuh.
Ketika tak kuasa melihat Fakhira berjalan seorang diri menaiki anak tangga, Lisa berniat untuk menemaninya. Tapi baru saja akan melangkah pergi, pintu rumah terketuk dari luar. Membuat Lisa mengurungkan niatnya untuk menyusul Fakhira.
"Alan?" tanya Lisa dengan alis berkerut saat membuka pintu dan melihat Alan berdiri di depan teras rumah.
Raut wajah Alan terlihat begitu khawatir tanpa menampilkan senyum ramah seperti biasanya. Matanya berkeliaran melirik ke sana ke mari untuk mencari sesuatu.
"Ada perlu apa? Ayo masuk dulu!" Lisa membuka pintu lebih lebar untuk memberikan akses pada Alan masuk ke dalam rumah.
Alan melangkahkan kakinya tanpa memandang ke arah Lisa yang telah membukakan pintu untuknya. Matanya masih terus saja berkeliaran. "Fakhira sudah pulang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Komunikator (Completed) ✓
RomanceSeri #1 Komunikasi A New Story by Kazzalisa ©2018 "Maintain good communication, why not?" Hati adalah penentu untuk sebuah rasa yang tak bisa dielakkan. Ketika hati mencinta, masa lalu entah mengapa selalu ikut andil di dalamnya. Tak akan pernah tah...