[17] j a l a n

1.6K 128 0
                                    

/jika ingin keluar rumah dengan selamat, maka diamlah dan jangan pernah membantah/

Setelah kejadian tadi pagi, Fakhira merasa bagian kesedihan terbesar dalam dirinya sedikit perlahan meruntuh. Karena berbagai alasan lainnya masih terperangkap dengan seseorang yang bahkan tak pernah bisa Fakhira tentang. Seharusnya sedari dulu Fakhira menyadari kesalahannya dengan mengambil keputusan yang salah. Bahkan tanpa disadari, kedekatannya dengan Alan akan menjadi sebuah malapetaka bagi dirinya.

Jika tak ada rasa kagum dalam diri Fakhira, mungkin sedari dulu dia akan pergi meninggalkan Alan tanpa mempercayai sedikit pun janji-janji yang diucapkan. Tapi saat ini semua telah terlambat. Hati Fakhira bahkan tertahan dalam perasaan serba salah dan takut semuanya semakin cepat mendalam.

"Kak Kira udah bangun?" tanya Famela yang kini tengah berdiri di depan meja riasnya. Memoleskan sedikit pewarna pada bibirnya

"Mau ke mana, Mel?" Tanpa memedulikan pertanyaan Famela, Fakhira kembali bertanya. Dia segera bangkit dari tidurnya dan terduduk di atas kasur dengan kaki yang dibiarkan menjuntai ke lantai.

Famela terlihat waspada dengan melirikkan matanya ke kanan dan kiri. Padahal ini kamarnya sendiri dan dia tengah berdua saja dengan Fakhira. Entah apa yang harus diwaspadai olehnya.

Berjalan dengan langkah hati-hati ke arah Fakhira dan membungkukkan badannya. Mendekatkan mulutnya pada telinga sebelah kanan Fakhira sembari berbisik, "Mau ke toko buku."

"Mau ke toko buku aja pake bisik-bisik segala."

"Sutt!" Famela mendaratkan jari telunjuknya di permukaan bibir Fakhira sampai dia sedikit memundurkan badannya. "Jangan kencang-kencang ngomongnya!"

Fakhira menangkis tangan Famela yang berada di atas bibirnya. "Emangnya kenapa?"

"Pokoknya nggak boleh berisik! Nanti ketahuan sama si kembar," ujar Famela lagi-lagi dengan tatapan waspadanya ke segala penjuru kamar. Padahal, sangat jelas bahwa pintu kamarnya terkunci dari dalam. "Mau ikut nggak, Kak Kira?"

Fakhira tertawa kecil ketika melihat tingkah aneh Famela. "Ya udah boleh," jawab Fakhira sembari mengangguk.

"Bagus!" Famela menepukkan kedua telapak tangannya.

"Kalau begitu, aku mandi dulu deh." Fakhira bangkit dari duduknya dan menepuk pundak Famela sebelum masuk ke dalam kamar mandi.

"Aku tunggu di bawah ya, Kak!"

"Iya!"

Famela tersenyum senang ketika melihat punggung Fakhira menghilang di balik pintu kamar mandi. Karena biasanya dia akan pergi sendiri untuk menghabiskan waktu weekend, hari ini dia akan ditemani dengan Fakhira yang telah lama tak berjumpa.

Dengan segera Famela keluar dari kamar membawa tas gendong berukuran kecil berwarna hitamnya. Menuruni anak tangga untuk mencari keberadaan kedua orangtuanya dan berpamitan untuk pergi ke luar rumah. Yang jelas, Famela harus menghindari kedua adik kembarnya agar bisa keluar dengan tenang.

"Tapi kalau boleh tahu ... kok bisa sih kalian tahu kalau aku sama Fakhira mau datang?"

Kerika Famela tengah memainkan handphone di tangannya, suara Lisa yang terdengar dari ruang TV langsung membuat Famela mengambil keputusan untuk menghampiri pemilik suara itu.

"Nah, ini nih yang heboh bangetnya!" seru Hanaya ketika melihat Famela baru saja datang.

Famela mengerutkan keningnya sembari berjalan dan duduk di samping Moza. Berhadapan dengan sofa yang diduduki oleh Lisa dan Hanaya. "Apaan, Mah?" tanya Famela sembari menaruh handphone-nya ke dalam saku celana jeans-nya.

Komunikator (Completed) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang