/mungkin karena aku suka kamu, jadi aku terbiasa dengan semua kebiasaanmu. meski aku tahu, aku tak suka itu/
✓
"Kamu marah?" tanya Alan ketika dia mencoba untuk menahan kembali pergelangan tangan Fakhira saat mereka berdua telah berada di teras depan rumah.
"Enggak kok, aku nggak marah," jawab Fakhira sembari menghentikan langkahnya dan berbalik ke arah di mana Alan kini tengah memandangnya. "Aku emang mau nyari bubur buat Kak Alan. Kak Alan seneng, 'kan?"
Alan lagi-lagi tersenyum dan menggeleng kecil. "Nggak usah gitu, Ra, nggak enak sama yang lain. Nanti dikira aku nggak suka sama masakannya lagi."
"Kan tadi aku udah jelasin, Kak Alan nggak bisa sarapan kalau nggak ada bubur ayam. Jadi sebagai teman yang baik, aku mau cari bubur ayamnya buat Kakak."
"Kalau begitu, aku ikut," putus Alan.
"Jangan dong, Kak, kan aku niatnya mau cariin buat Kak Alan. Kak Alan kan tamu."
"Terus? Kalau tamu nggak boleh nemenin kamu buat nyari bubur, gitu?"
"Ya nggak gitu, tapi biar aku aja yang cari."
"Aku ikut aja, biar nanti kita sekalian makannya di sana. Berdua. Gimana?"
Fakhira terlihat berpikir sejenak sebelum akhirnya mengangguk. "Boleh deh, aku setuju. Tapi ... baju tidur?" Fakhira menurunkan pandangannya pada baju tidur yang masih melekat di tubuhnya dan juga Alan. Mereka bahkan belum membersihkan diri dan berganti pakaian.
"Terus kenapa?" tanya Alan dengan mengangkat sedikit kedua pundaknya.
"Nggak masalah sih, soalnya ... pake baju tidur pun, Kak Alan tetep manis. Aku suka."
Alan dengan gemas mengacak rambut Fakhira. "Kamu juga."
"Aku manis?" tanya Fakhira dengan kedua tangan yang ditempelkan di permukaan kedua pipinya.
"Asem, kan belum mandi," ejek Alan dengan suara tawa kecilnya yang terdengar sedikit samar-samar.
Dengan mengerucutkan bibir dan melipat kedua tangan di depan dada, Fakhira melangkah maju ke hadapan Alan dan berkata, "Dasar jelek!"
Setelah itu, Fakhira berlari menjauh dan mendahului Alan untuk keluar dari gerbang. Alan pun dengan segera menghampiri Fakhira dan ikut bergabung dengannya untuk mencari bubur ayam.
Ketika Fakhira berhenti berlari, Alan merangkul pundak Fakhira dari belakang dan berjalan tepat di sampingnya. "Jangan lari-lari deh, entar kalau jatuh, sakit loh."
"Biarin sakit, kan ada dokternya!" seru Fakhira sembari tertawa kecil ke arah Alan.
"Kalau ternyata sakitnya nggak bisa aku sembuhin, gimana?"
"Aku akan cari dokter baru," sahut Fakhira dengan senyum di ujung bibir kanannya.
Dengan tangan kanan yang berada di atas pundak Fakhira, Alan menahan pergerakan Fakhira dengan tangannya sehingga mereka berdua berhenti melangkahkan kaki di pinggiran jalan raya. Khusus untuk pejalan kaki di sana. Fakhira sedikit mengangkat kedua alisnya dan menoleh ke arah Alan.
"Apa dokternya lebih manis dari aku?" tanya Alan sembari menampilkan senyum manisnya di depan Fakhira.
"Ih, narsis!" seru Fakhira dengan sedikit tertawa kecil.
"Kalau dokternya lebih manis dari aku, apa kamu akan suka juga?"
"Sepertinya begitu," ujar Fakhira dengan kepalanya yang dianggukkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Komunikator (Completed) ✓
RomanceSeri #1 Komunikasi A New Story by Kazzalisa ©2018 "Maintain good communication, why not?" Hati adalah penentu untuk sebuah rasa yang tak bisa dielakkan. Ketika hati mencinta, masa lalu entah mengapa selalu ikut andil di dalamnya. Tak akan pernah tah...