[21] membangunkan

1.6K 120 2
                                    

/rasanya, sepagi ini menggenggam erat tanganmu ketika kedua mata baru terbuka, ternyata rasanya sangat menghangatkan/

Hal yang paling sering Fakhira lakukan ketika setiap hari libur adalah, tidur di pagi hari dan enggan dibangunkan oleh apa pun. Ketika dia sedang asyik meringkuk di dalam selimut tebal dan bantal yang empuk, tubuhnya tiba-tiba diguncang-guncangkan oleh sesuatu. Yang jelas, itu sangat mengganggu kenikmatan Fakhira untuk tertidur dengan nyenyak.

"Fak, bangun!" seru Lisa tepat di depan telinga Fakhira.

Fakhira menggosok bagian telinganya yang terasa berdengung akibat suara Lisa yang berisik. Dia berguling ke sisi lain kasur untuk menghindari terjangan Lisa agar tak bisa mengganggu tidurnya.

Namun, Lisa naik ke atas kasur dan menindih tubuh Fakhira. Cukup untuk membuat Fakhira meringis dan membuka matanya.

"Apaan sih, Tante? Aku masih ngantuk," gumam Fakhira dengan matanya yang belum terbuka dengan sempurna.

"Dengerin dulu, dengerin!" seru Lisa sembari menahan kedua tangan Fakhira di kedua sisi tubuhnya agar berhenti mengucek matanya. Jika ada orang lain yang masuk kamar dan melihat mereka, pasti di antaranya akan ada yang salah paham dengan posisi itu. "Alan nginep di sini, Fak?"

Masih dengan nyawanya yang belum terkumpul seluruhnya, Fakhira mengangguk. "Emangnya kenapa? Kak Alan udah pulang?" tanya Fakhira yang mulai menetralkan suaranya ketika mendengar kata 'Alan'.

"Boro-boro pulang, orang dia masih tidur di sofa depan," ujar Lisa yang langsung membuat Fakhira bangkit dari rebahannya sehingga kini mereka berdua duduk berhadapan. "Kamu biarin dia tidur di sofa, Fak?"

Fakhira menatap sebal pada Lisa. "Ya Tante sama Amel sih pake kunci kamarnya segala, aku kan jadi nggak tahu harus tidur di mana."

"Emangnya kamar tamu yang di bawah nggak bisa dibuka?"

"Emang ada?"

"Lupa, ya? Ya adalah!"

"Aku mana tahu, Tante, kan aku juga udah jarang main ke sini. Jadi udah agak lupa-lupa," ujar Fakhira sembari merangkak untuk terduduk di pinggiran kasur. "Lagian tante Hanaya juga nyuruh kak Alan buat tidur di sini."

Lisa melotot tak percaya sembari ikut merangkak dan terduduk di samping Fakhira. "Sama kamu?"

"Ya kali," dengus Fakhira. "Karena kak Alan disuruh tidur di sini, jadi aku disuruh tidur di kamar Tante Lisa atau Amel, eh malah pada dikunci semua kamarnya. Tadinya aku udah nawarin kak Alan buat tidur di sini aja, biar aku yang di sofa. Ya tapi kak Alan-nya nggak mau."

Fakhira mengambil ikat rambut berwarna hitamnya di atas nakas dan mengikat rambut panjangnya ke belakang.

"Bentar deh, Fak," ujar Lisa sembari menyentuh pipi kanan Fakhira dan ditarik ke arahnya. Menempelkan tangan kanannya di kening Fakhira. "Kamu demam, ya?"

Fakhira menggerakkan bola matanya ke atas, memerhatikan tangan Lisa yang menempel di keningnya. "Angetkah?"

Lisa mengangguk dan membenarkan posisi duduknya sehingga menghadap ke arah Fakhira. "Tadi malem hujan-hujanan, ya?"

Fakhira mengangguk sembari mengulum kedua belah bibirnya. Hujan malam tadi membuatnya semakin tergila-gila dengan sosok Alan yang selalu terlihat manis di matanya. Apalagi mengingat kejadian di mana mereka berdua hampir berdekatan tanpa jarak sedikit pun.

"Emangnya abis dari mana?"

"Halaman belakang."

"Sama Alan?"

Komunikator (Completed) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang