Rafaella POV
Gue berkali-kali mendial nomor telepon Gian. Gue bener-bener butuh saran dari dia.
"Kenapa gak diangkat sih?" keluh gue karena si Gian tiba-tiba bertingkah seolah dia udah jadi artis terkenal.
Tanpa gue sadari ponsel gue berbunyi dan tertera nama Bella di layar tipis tersebut.
"Pokoknya gue jemput lo jam sebelas malam. Lo tahu kan harus pake baju kayak gimana?" Terdengar jelas suara angkuhnya dibalik telepon.
"Iya, kita ke night club kan? Gue bukan pertama kalinya ke sana kok. Lo gak usah khawatir."
Gue bohong. Ini pertama kali gue ke night club.
Bella ini temen gue di kampus, bukan bener-bener temen gue sih. Lebih tepatnya gue butuh dia, dia yang bakalan bantuin gue biar bisa ngelaksanain penelitian gue di kantor bokapnya yang setahu gue cukup sulit untuk seorang mahasiswa bisa dapat izin penelitian di kantor tersebut.
Dan kalian tahu, syarat dari Bella adalah..
Temenin dia ke night club bareng kacung-kacungnya, Ferina dan Clau. Sebenernya gue gagal paham, ngapain harus ke club bareng mereka? Ini tuh bukan gue banget, gue lebih milih nyantai di kos sambil ngerjain proposal skripsi gue.
Akhirnya tepat jam 11 malam. Mobil Jazz Bella udah sampe di depan kos gue. Gak perlu berlama-lama, gue yang udah siap dengan pakaian mini—alias seksehh dan pastinya gampang bikin masuk angin—langsung naik ke dalam mobilnya.
"Siap-siap ya beb, gue mau ngenalin lo sama cowok-cowok ganteng dan tajir. Gue tahu kok lo lagi kesulitan nyari duit makanya kita ajak lo buat seneng-seneng. Tenang aja semua ini gue yang traktir."
Anjirr...
Gue cuma sanggup ngelus dada gue menanggapi ocehan Bella. Sabar Raf sabar..
Kesan pertama pas masuk night club tersebut adalah, bising! Bener-bener bising. Kuping gue gak terbiasa sama kebisingan ini.
"Minum dulu dong Raf, mahal loh ini!" Clau menyodorkan segelas vodka.
Gue menggeleng. "Gak suka gue!" ucap gue sekeras mungkin karena kebisingan ini.
"Coba aja dulu, yang ini gak pahit!"
Gue pun mengalah dan minum minuman keras tersebut. Dan yang dikatakan Clau memang benar vodka ini rasanya manis, seperti rasa melon dan gue suka melon.
"Enak kan?! Kalo mau tambah bilang gue aja!"ujar Bella yang kubalas dengan anggukan.
Mungkin alkoholnya gak seberapa kali ya, manis sih rasanya.
Bella dan gengnya terlihat sedang mengobrol dengan seorang laki-laki yang kira-kira umurnya sekitaran tiga puluhan, kelihatan sih dari kumisnya.
Kemudian mereka bertiga berpindah tempat duduk di sebuah sofa panjang yang ditempati oleh tiga laki-laki lain yang kira-kira seumuran sama si om kumis. Lah, kok gue ditinggal.
Mata gue terfokus kepada seorang laki-laki yang juga duduk bersama mereka. Ia tengah meneguk minuman kerasnya langsung dari botol. Ganteng sih, kelihatannya juga tampang-tampang cowok mapan.
Tiba-tiba kepala gue udah mulai kerasa berat.
Njir gue udah ngehabisin dua botol vodka. Enak banget sih, ternyata bener kata orang, alkohol bisa bikin kecanduan juga.
Gue mulai ngantuk. Kalo boleh, gue pengen tidur sekarang juga, disini juga gak apa-apa, gue ngantuk banget.
"Rafa!" panggil Bella dari tempat duduknya. "Rafaella!" panggilnya lagi karena gue cuma natap dia.
Akhirnya dengan langkah berat gue jalan ke arah dia.
"Kenalin Kak, ini temen baru kita namanya Rafaella." Bella menarikku hingga aku duduk di samping Om kumis tadi.
"Halo Rafa, nama kamu cantik persis kayak orangnya," goda si Om kumis. Gue pun yang setengah sadar hanya mengangguk-angguk.
"Kamu mau gak, temenin temen saya itu? Lagi galau dia, butuh temen curhat," Lanjut si Om kumis.
Karena yang di tunjuk om kumis adalah laki-laki ganteng yang sedari tadi gue perhatiin, ya gue mau mau aja.
Gue dengan sempoyongan berpindah tempat duduk di sebelah laki-laki itu.
"Rafa," ucap gue memperkenalkan diri.
Dia hanya menatap gue sekilas dan beralih kepada minumannya. Hadeh, sombong beud. Untung ganteng.
"Gue bilang nama gue Rafa! Rafaella! Nama kakak siapa?" teriak gue tepat di kupingnya.
Ia terlihat kesal. "El!" jawabnya singkat.
"El?" tanya gue lagi sambil membentuk jari gue membentuk huruf L.
L Infinite kali ya?
Ah pusing banget sumpah. Pengen pulang.
Mata gue bener-bener gak tahan dan akhirnya gue gak sadarkan diri.
Gak pingsan. Gue tidur.
***
Mata gue membuka secara perlahan. Gue ngerasain sensasi lucu di tubuh gue. Apa ini?
Kepala gue masih terasa berat.
Gue langsung teriak ketika sesuatu bergerak di selangkangan gue. "Kyaa!!.. hump."
Laki-laki itu membekap mulutku. "Diam. Gue udah bayar."
El?
Apa tadi dia bilang? Bayar?
Ia terus saja melakukan aktivitas kotornya di tubuhku yang masih virgin. Gue nangis, bener-bener nangis.
Kenapa ini mesti terjadi sama gue?
Mulut gue yang dibekap tangan besarnya mulai mengeluarkan suara-suara aneh, dan gue bener-bener gak bisa mengontrol suara itu. Gue hanya bisa menatap laki-laki itu dengan mata gue yang kabur sama air mata.
Gue bersumpah gue benci banget sama laki-laki ini. Gue baru kenal sama dia barusan dan sekarang dia nidurin gue.
Nyesel nganggap lo ganteng.
Aku insomnia dan akhirnya aku malah bikin cerita baru :'v
ada lagi satu cerita yang mau aku upload :'v
kalo ini temanya oppa dongsaeng :'v
yang satunya noona dongsaeng :'v
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Mistake
Romance[On Going] Gue ditidurin dosen pembimbing skripsi gue sendiri! Pupus sudah akhirnya impian gue pengen cepetan wisuda, kerja, terus biayain keluarga gue yang miskin. -Rafaella Charlotte Gue gak tahu dia anak bimbingan gue! -Gabriel Farlent Wijaya p...